Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
SEBUAH studi mengungkapkan Bumi pernah memiliki sistem cincin layaknya Saturnus, sekitar 466 juta tahun lalu. Cincin ini diduga terbentuk setelah Bumi menangkap asteroid besar yang kemudian hancur.
Cincin puing-puing tersebut, yang kemungkinan bertahan selama puluhan juta tahun, mungkin telah menyebabkan pendinginan global. Bahkan berkontribusi pada periode terdingin di Bumi dalam 500 juta tahun terakhir.
Ini berdasarkan analisis terbaru dari 21 situs kawah di seluruh dunia yang para peneliti curigai semua tercipta oleh puing-puing yang jatuh dari asteroid besar antara 488 juta dan 443 juta tahun yang lalu, sebuah era dalam sejarah Bumi yang dikenal sebagai periode Ordovisium. Di mana planet kita mengalami peningkatan dramatis dalam tumbukan asteroid.
Baca juga : Bumi akan Memiliki Mini-Moon Bulan Ini
Tim yang dipimpin Andy Tomkins, seorang profesor ilmu planet di Universitas Monash di Australia, menggunakan model komputer untuk melacak bagaimana lempeng tektonik Bumi bergerak di masa lalu guna memetakan lokasi kawah ketika pertama kali terbentuk lebih dari 400 juta tahun lalu. Tim tersebut menemukan semua kawah terbentuk di benua yang mengapung dalam jarak 30 derajat dari ekuator, yang menunjukkan mereka tercipta oleh puing-puing dari satu asteroid besar yang terpecah setelah hampir menabrak Bumi.
"Dalam kondisi normal, asteroid yang menabrak Bumi dapat menghantam di sembarang lintang, secara acak, seperti yang kita lihat pada kawah di bulan, Mars, dan Merkurius," tulis Tomkins dalam The Conversation. "Jadi, sangat tidak mungkin bahwa semua 21 kawah dari periode ini terbentuk dekat dengan ekuator jika mereka tidak terkait satu sama lain."
Lokasi kawah yang membentuk rantai di sekitar ekuator ini konsisten dengan cincin puing-puing yang mengorbit Bumi, menurut para ilmuwan. Itu karena cincin semacam itu biasanya terbentuk di atas ekuator planet, seperti yang terjadi pada cincin yang mengelilingi Saturnus, Jupiter, Uranus, dan Neptunus. Peluang bahwa situs tumbukan ini terbentuk oleh serangan asteroid yang acak dan tidak terkait adalah sekitar 1 banding 25 juta, menurut studi baru tersebut.
Baca juga : Fenomena Langka! Asteroid 2024 PT 5 Akan Mengorbit Bumi Hingga November
Para peneliti memperkirakan asteroid yang menciptakan cincin tersebut memiliki lebar sekitar 12,5 kilometer jika berbentuk "tumpukan puing", atau sedikit lebih kecil jika berbentuk padat. Setelah pecah saat mendekati Bumi, fragmennya akan "bertumbukan" sebelum akhirnya membentuk cincin puing yang mengorbit ekuator Bumi, kata Tomkins.
"Selama jutaan tahun, material dari cincin ini secara bertahap jatuh ke Bumi, menciptakan lonjakan tumbukan meteorit yang diamati dalam catatan geologi," tambah Tomkins dalam pernyataan universitas. "Kami juga melihat bahwa lapisan di batuan sedimen dari periode ini mengandung jumlah puing meteorit yang luar biasa."
Tim tersebut menemukan bahwa puing-puing ini, yang mewakili jenis meteorit tertentu dan ditemukan melimpah di deposit batu kapur di seluruh Eropa, Rusia, dan China, terpapar radiasi luar angkasa yang jauh lebih sedikit daripada meteorit yang jatuh saat ini. Deposit tersebut juga menunjukkan tanda-tanda beberapa tsunami selama periode Ordovisium, yang menurut para peneliti paling baik dijelaskan oleh skenario asteroid besar yang tertangkap dan terpecah.
Baca juga : Ilmuwan Ungkap Air di Bumi Berasal dari Proses Hantaman Asteroid
Studi baru ini merupakan "ide baru dan kreatif yang menjelaskan beberapa pengamatan," kata Birger Schmitz dari Universitas Lund di Swedia kepada New Scientist. "Tetapi data saat ini belum cukup untuk mengatakan bahwa Bumi benar-benar memiliki cincin."
Mencari tanda umum pada butiran asteroid tertentu di kawah tumbukan yang baru dipelajari akan membantu menguji hipotesis ini, tambah Schmitz.
Jika Bumi memang memiliki cincin seperti Saturnus di sekitar ekuatornya, cincin tersebut akan mempengaruhi iklim planet kita secara signifikan, menurut studi baru. Karena sumbu Bumi miring relatif terhadap orbitnya mengelilingi matahari, cincin tersebut akan melemparkan bayangan di atas permukaan Bumi yang dapat menyebabkan pendinginan global. Namun, spesifikasinya masih belum jelas, kata para peneliti.
Mereka berspekulasi peristiwa semacam itu mungkin berkontribusi pada pendinginan dramatis Bumi 465 juta tahun yang lalu, yang menyebabkan periode terdingin dalam setengah miliar tahun terakhir, yang dikenal sebagai Zaman Es Hirnantian.
"Kami tidak tahu bagaimana cincin itu akan terlihat dari Bumi atau seberapa banyak cahaya yang akan terhalang atau berapa banyak puing yang harus ada di cincin itu untuk menurunkan suhu di Bumi," kata Tomkins kepada New Scientist. (Space/Z-3)
Penelitian ini memberikan pandangan yang lebih lengkap mengenai pembentukan tata surya kita 4,5 miliar tahun yang lalu, yang tidak bisa didapatkan hanya dari meteorit yang jatuh ke Bumi.
Studi terbaru menemukan asteroid tipe M dan K, meski berbeda komposisi, memiliki lapisan debu troilite yang sama.
Sebuah bola api seukuran tomat ceri yang menghantam atap rumah di kawasan metro Atlanta, Juni lalu, ternyata berasal dari meteorit berusia 20 juta tahun lebih tua daripada Bumi.
Penelitian terbaru dalam dunia astronomi mengungkapkan fakta mengejutkan: Bumi pernah memiliki hingga enam “bulan mini” sekaligus.
Sekitar 48,5 ton (44.000 kilogram) reruntuhan puing-puing dari pembentukan sistem tata surya kita menabrak atmosfer Bumi
Analisis awal terhadap sampel asteroid Bennu yang dikumpulkan oleh misi OSIRIS-REx NASA mengungkapkan keberadaan mineral fosfat magnesium-natrium, yang belum pernah terdeteksi
Para pengamat langit disarankan menyiapkan teleskop dan mengarahkannya ke Saturnus pada pagi hari 19 Agustus.
Penelitian dari UCL dan Cambridge mengungkap bahwa es luar angkasa tidak sepenuhnya amorfa, melainkan mengandung hingga 25% kristal.
Semburan uap air di permukaan es Enceladus memiliki pH sangat tinggi. Kondisi itu menciptakan kondisi unik bagi kemungkinan kehidupan mikroba.
Saksikan konjungsi Bulan, Saturnus, dan Venus pada 23 Mei 2025 sebelum matahari terbit. Fenomena langit ini akan terlihat jelas di arah timur dan dapat diamati dengan mata telanjang.
Tak hanya Saturnus, ternyata Jupiter, Uranus, Neptunus, hingga asteroid Chariklo juga punya cincin. Cari tahu bagaimana cincin planet terbentuk dan misterinya!
Pada Jumat (25/4) pagi, langit akan menyuguhkan fenomena langka yang menyerupai wajah tersenyum, saat Venus, Saturnus, dan bulan sabit membentuk formasi segitiga menjelang fajar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved