Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PADA 23 Mei 2025, langit pagi akan menampilkan fenomena astronomi menarik berupa konjungsi Bulan dan Saturnus, yang juga disertai dengan kehadiran Venus di dekatnya. Fenomena ini akan terlihat sebelum matahari terbit di arah timur, menjadi suguhan indah bagi para pengamat langit dini hari.
Konjungsi adalah peristiwa ketika dua benda langit tampak sangat berdekatan di langit dari sudut pandang pengamat di Bumi. Pada 23 Mei 2025, Bulan sabit tipis akan tampak sangat dekat dengan planet Saturnus, dengan jarak sudut sekitar 2°49' pada tanggal 22 Mei dan berlanjut hingga 23 Mei saat Bulan juga berdekatan dengan Venus.
Dave Eicher dari Astronomy Magazine menyarankan, “Sekitar pukul 4 pagi waktu setempat, jika Anda keluar dan menghadap ke timur, Anda akan melihat Bulan sabit yang tipis, Saturnus yang redup, dan Venus yang paling terang berdampingan di cakrawala.”
Saturnus, planet gas raksasa yang terkenal dengan cincinnya, akan tampak redup karena cincin-cincinnya hampir sejajar sisi pandang kita, sehingga memantulkan cahaya lebih sedikit ke Bumi. Venus, yang dikenal sebagai bintang pagi paling terang, akan menjadi objek paling mencolok dalam formasi ini.
Konjungsi Bulan, Saturnus, dan Venus terjadi dini hari 23 Mei 2025, sekitar pukul 3–5 pagi sebelum matahari terbit, di arah timur. Pilih lokasi terbuka tanpa halangan seperti gedung atau pepohonan untuk pandangan jelas.
Fenomena ini bisa dilihat dengan mata telanjang, namun teropong atau binocular dengan bidang pandang lebar disarankan untuk melihat detail seperti cincin Saturnus dan fase Bulan sabit. Kenakan pakaian hangat karena suhu pagi bisa dingin.
Abadikan momen dengan kamera atau smartphone yang dipasang tripod agar gambar stabil. Gunakan aplikasi planetarium seperti Sky Tonight atau Star Walk 2 untuk membantu identifikasi posisi objek. Meski waktu puncak konjungsi singkat, objek tetap dekat selama beberapa jam sehingga pengamatan sebelum dan sesudahnya tetap menarik.
Jangan lupa cek prakiraan cuaca agar tidak terhalang awan. (Time and Date/Celestron/When the Curves Line Up/Z-2)
Dua satelit cuaca Jepang ternyata merekam data berharga tentang planet Venus selama satu dekade.
Juli 2025 menjadi salah satu bulan yang dinanti para pengamat langit karena kehadiran Venus dan Jupiter yang tampak mendekat satu sama lain di langit timur menjelang fajar.
Ilmuwan menemukan tiga asteroid besar tersembunyi di orbit Venus yang berpotensi menghantam Bumi.
Para peneliti secara khusus meneliti "coronae," yaitu struktur besar oval di permukaan Venus, untuk memahami aktivitas ini. Bukti baru menunjukkan bahwa banyak coronae
Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa Venus, planet yang selama ini dikenal sebagai dunia yang sangat tidak bersahabat, ternyata bisa jadi lebih mirip Bumi daripada yang kita bayangkan.
Kawah Anders’ Earthrise di Bulan digunakan wahana JUICE ESA untuk uji radar RIME sebelum menjelajah bulan-bulan es Jupiter demi mencari tanda kehidupan.
Penelitian terbaru dalam dunia astronomi mengungkapkan fakta mengejutkan: Bumi pernah memiliki hingga enam “bulan mini” sekaligus.
Meteorit Bulan Northwest Africa 16286 berusia 2,35 miliar tahun ungkap aktivitas vulkanik dan panas radioaktif yang bertahan lebih lama dari dugaan ilmuwan.
Bulan tidak jatuh ke Bumi karena keseimbangan antara gaya gravitasi dan kecepatannya yang membentuk orbit stabil. Fenomena ini juga dijelaskan dalam Al-Quran.
Penelitian terbaru mengungkap rata-rata 6 fragmen Bulan mengorbit Bumi sebagai minimoon setiap saat.
Perusahaan antariksa ispace menjelaskan kegagalan Resilience mendarat di Bulan disebabkan gangguan pada sistem laser range finder (LRF).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved