Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Astronaut Bisa Makan Asteroid di Masa Depan, Bagaimana Caranya?

Ernest Narus
07/10/2024 11:21
Astronaut Bisa Makan Asteroid di Masa Depan, Bagaimana Caranya?
Foto asteroid(AFP/Handout / NASA/Jons Hopkins APL )

ASTRONAUT, di masa depan, akan dapat mengonsumsi makanan bergizi yang terbuat dari bakteri yang dibesarkan di asteroid dengan cara dihancurkan untuk menghasilkan sejenis milkshake atau yoghurt.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di The International Journal of Astrobiology, Kamis (3/10), para ilmuwan menyarankan agar para astronaut dapat melirik asteroid untuk menikmati makanan sepuasnya.

Para astronaut tidak disarankan untuk memakan batu asteroid, melaninkan proses kimia dan fisika akan memecah material asteroid dan komponen organik yang dihasilkan senyawa hidrokarbon, kemudian akan diberikan kepada bakteri. Setelah bakteri kenyang, para astronot dapat mengonsumsi kumpulan mikroba, yang biasa disebut biomassa.

Baca juga : SpaceHopper, Robot Lompatan yang Siap Bantu Eksplorasi Asteroid dan Bulan

Ide ini terinspirasi dari proyek yang dilakukan Defense Advanced Research Projects AS, yang menugaskan para peneliti untuk mengambil limbah plastik dan mengubahnya menjadi sesuatu yang berguna.

Dilansir dari New York Times, Joshua Pearce, profesor teknik di Western University Ontario, mengatakan, proyek itu berawal dari wadah plastik yang menampung daging sapi tahan lama milik tentara yang tidak dibuang, dengan alasan plastik tersebut dapat diubah menjadi makanan.

“Mereka tidak ingin membuangnya. Mereka tidak ingin membakarnya. Mereka tidak ingin mengemasnya, mungkin menurut timnya, mereka dapat mengubah wadah makanan plastik tersebut menjadi lebih banyak makanan," ungkap Pearce dikutip dari New York Times.

Baca juga : Siapkan Menu Khusus, Ketua Kloter Diminta Laporkan Jumlah Lansia

Bagaimana caranya?

Langkah pertama dalam proses tersebut memecah plastik menggunakan pirolisis. Pemecahan tersebut menghasilkan padatan, gas, dan minyak. Minyak tersebut kemudian masuk ke bioreaktor, tempat bakteri memakan apa yang diberikan kepada mereka. 

Akhirnya, ketika bakteri selesai makan, mereka menjadi makanan yang disebut Biomassa. Biomassa ini memiliki sifat nutrisi yang mirip dengan makanan yang kita santap setiap hari. Upaya pertama dalam menciptakan biomassa ini lebih mirip yoghurt karamel.

Dari temuan itu, Pearce kemudian berdiskusi dengan teman-teman antariksanya yang menunjukkan bahwa asteroid tidak jauh berbeda dari plastik.

Baca juga : Tips Makan Enak Tanpa Masalah Pencernaan Saat Lebaran

"Baiklah, mari kita tanggapi ini dengan serius, dan cari tahu berapa banyak karbon yang ada, dan apakah bentuknya tepat, dan apakah kita bisa mengubahnya menjadi makanan," tutur Pearce. 

Jawaban-jawaban tersebut bergantung pada apakah mikroba akan benar-benar memakan asteroid. Itulah yang diteliti Annemiek Waajen dari Vrije Universiteit Amsterdam, yang memberi makan bakteri dengan material meteorit, potongan-potongan batu angkasa yang jatuh ke Bumi.

Menurut Waajen dalam penelitiannya yang dipublikasikan dalam jurnal Astrobiology and Scientific Reports, mikroba dapat mengonsumsi karbon dan tumbuh. Meteorit mungkin telah membantu Bumi purba menjadi layak huni dan mempengaruhi evolusi kehidupan awal

Baca juga : Orangtua Bisa Beri Variasi Rasa pada Makanan Anak

"Banyak material meteorit menghujani permukaan pada waktu yang hampir bersamaan dengan munculnya kehidupan," tulis Waajen dalam penelitiannya.

Mengingat hal tersebut, Pearce menganggap gagasan bahwa asteroid dapat menjadi makanan adalah masuk akal. Proses biokimia sebenarnya kurang lebih sama dengan plastik. Jadi, ia dan teman-teman antariksanya, menghitung berapa banyak makanan yang secara hipotetis dapat dihasilkan oleh asteroid.

Para peneliti menggunakan asteroid Bennu sebagai model batuan antariksa mereka. Misi OSIRIS-REx NASA kembali ke Bumi tahun lalu dengan tabung berisi material dari asteroid tersebut. Menurut NASA, massa total Bennu sekitar 85,5 juta ton.

Kelompok tersebut menghitung bahwa, jika dipecah oleh mikroba, senyawa di Bennu dapat mendukung kehidupan satu astronot selama sekitar 600 tahun. Jika konversi lebih ideal, astronot tersebut dapat makan selama 17.000 tahun. Secara lebih praktis, untuk mendukung kehidupan satu astronot selama satu tahun, seseorang akan membutuhkan antara 5.500 dan 175.000 ton asteroid.

Namun, sebelum siapa pun mulai mengunyah bakteri batuan luar angkasa, para peneliti harus melakukan jenis uji toksisitas yang sama seperti terjadi pada plastik.

Waajen, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menganggap makanan asteroid masuk akal secara biokimia, tetapi akan tetap menjadi ide yang aneh untuk sementara waktu.

"Itu adalah sesuatu yang masih jauh dari kenyataan. Bagaimanapun, para ilmuwan pertama-tama harus membangun kapasitas penambangan asteroid dan pabrik makanan bakteri raksasa di luar angkasa," tutur Waajen.

Meskipun banyak pihak yang masih meragukan keamanannya, Pearce dan teman-temannya bersedia mencoba menyelesaikan dan melanjutkan sisi terestrial dari pekerjaan tersebut dengan harapan untuk mengumpulkan data yang menunjukkan bahwa makanan biomassa tersebut aman.

"Saya sudah berjanji akan menjadi orang pertama yang mencicipinya. Jika saya bertahan, kita bisa melanjutkan ke jenjang pascasarjana," tuturnya. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya