Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Waktu Pembuktian Vitinha

Suryopratomo
28/6/2025 05:00
Waktu Pembuktian Vitinha
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

BERITA yang muncul di surat kabar olahraga Prancis, L’Equipe, edisi 2022 menceritakan keresahan yang ada di tubuh Paris St Germain. Tiga bintang besar PSG, Lionel Messi, Neymar Jr, dan Kyllian Mbappe, tidak setuju dengan kebijakan pembelian pemain yang dilakukan klub. Ketika itu PSG memutuskan untuk melepas Leandro Paredes, Idrissa Gueye, dan Julian Draxler. Tiga pemain pengganti yang dimasukkan ialah Vitinha, Fabian Ruiz, dan Carlos Soler.

“Ini yang terlemah sejak saya ada di klub. Sulit untuk dipahami mengapa PSG mengambil keputusan seperti ini. Kalaupun pemain ketiga cukup baik, tetapi dua yang pertama bukanlah pilihan yang tepat,” ungkap L’Equipe menguping pembicaraan tiga bintang itu.

Vitinha merupakan pemain yang dianggap tidak layak direkrut PSG. Saat itu, gelandang asal Portugal tersebut masih berusia 22 tahun. Bahkan di Wolverhampton Wanderers, ia dikenal sebagai pemain menit ke-77 sesuai dengan nomor kostumnya 77. Ia memang lebih sering tampil sebagai pemain pengganti dan masuk antara menit ke-72 hingga menit ke-77. Bayaran 35 juta pound sterling yang dikeluarkan PSG untuk memboyong Vitinha dari Wolves dianggap sebuah perjudian yang terlalu mahal.

Tidak usah heran apabila Vitinha selalu menjadi olok-olokan di PSG. Tiga pemain bintang memandang sebelah mata pemain yang satu ini dan bahkan sering menerima umpatan. Salah satu yang tertangkap telinga wartawan ialah kekesalan yang dilontarkan Messi pada satu sesi latihan pada Februari 2023. Satu versi menyebutkan bahwa Messi berkata: “Kamu tidak hanya jelek, tetapi juga menyakitkan saya.” Versi yang lain menyebutkan: “Kamu lihat? Kamu memang pemain sampah.”

 

LUIS ENRIQUE

Pernyataan kasar yang dilontarkan Messi tidak membuat Vitinha kecil hati. Ia sadar bahwa dirinya masih jauh di bawah Messi. Apalagi Messi ketika itu baru saja memimpin Argentina memenangi Piala Dunia untuk ketiga kalinya. Kritikan keras Messi justru menjadi pemacu bagi dirinya untuk meningkatkan kualitas permainan. Apalagi setelah itu masuk Luis Enrique untuk mengambil alih kepemimpinan di PSG.

Enrique melihat potensi yang ada pada diri Vitinha. Ia suntikkan kepercayaan diri kepada gelandang asal Portugal itu. Ia arahkan Vitinha bagaimana bermain sebagai seorang playmaker. Vitinha pun berubah menjadi pemain yang menghidupkan permainan PSG. Mobilitasnya sangat tinggi sehingga ia selalu berada di setiap permainan. Daya jelajahnya hanya sedikit di bawah worker PSG, Joao Neves.

Kelebihan lain dari Vitinha sekarang ialah kemampuan mengubah permainan. Umpan-umpan panjang yang akurat membuat PSG cepat melakukan transisi, dan itu sering tidak diduga tim lawan. Saat tampil di final Piala Champions menghadapi Internazionale Milan, Vitinha pantas menjadi bintang lapangan. Ia melakukan 44 kali dari 46 kali kesempatan melepaskan umpan panjang dan menengah yang akurat sepanjang pertandingan.

Yang tidak bisa dilupakan ialah umpan yang ia sodorkan kepada Desire Doue yang menjadi gol ketiga kemenangan PSG. Bola yang dilepaskan Vitinha temponya begitu tepat, melengkung, dan jatuh tepat di depan kaki Doue yang sedang berlari. Tanpa ampun Doue melepaskan tendangan telak yang tidak mampu lagi ditahan kiper Milan, Yann Sommer.

Musim yang lalu menjadi musim yang istimewa bagi PSG dan juga Vitinha. Mereka mencetak treble dengan memenangi Ligue 1, Piala Prancis, dan Piala Champions.

 

BERTEMU MESSI

Catatan prestasi PSG akan semakin lengkap apabila bisa memenangi Kejuaraan Dunia Antarklub 2025 di Amerika Serikat. Tim asuhan Enrique sudah berhasil lolos ke 16 Besar. Minggu malam besok, Marquinhos dan kawan-kawan akan bertemu Inter Miami di Stadion Mercedes-Benz di Atlanta, Georgia.

Pertandingan ini menjadi menarik karena mempertemukan kembali Vitinha dan Messi. Setelah berakhir kontraknya dengan PSG, Messi memilih untuk bermain di Liga Utama Amerika Serikat dan bermukim di Miami, Florida.

Ini kesempatan bagi Vitinha untuk membuktikan bahwa dirinya bukan lagi 'anak bawang' seperti dulu. Vitinha sekarang sama seperti masa muda Messi dulu yang kreatif dan selalu tahu mencari jalan membongkar pertahanan lawan.

Inter Miami merupakan tim kumpulan pemain gaek. Messi mengajak dua rekan lamanya di Barcelona, yaitu Luis Suarez dan Sergio Busquets, untuk bermain di Miami. Namun, dengan usia di atas 30 tahun, mereka hanya mengandalkan pengalaman.

Sebaliknya, dengan energi yang masih penuh dan teruji dalam kompetisi yang ketat, PSG pantas diunggulkan. Bersama Ruiz yang sempat dilecehkan, Vitinha tentunya semakin bersemangat untuk membungkam Messi dan kawan-kawannya.

Enrique membawa kekuatan penuh ke Kejuaraan Dunia Antarklub. Satu yang tidak ikut tampil hanyalah Ousmane Dembele. Namun, PSG masih memiliki Senny Mayulu atau Goncalo Ramos yang sama tajamnya sebagai ujung tombak.

Dua sayap PSG, Khvicha Kvaratskhelia dan Doue, merupakan kekuatan lain. Mereka memiliki kecepatan bersama bola dan dingin dalam menyelesaikan serangan. Enrique mampu membuat PSG menjadi sangat produktif dalam mencetak gol. Belum lagi bek kanan Achraf Hakimi yang sangat agresif, baik dalam bertahan maupun membantu serangan. Pemain asal Maroko itu merupakan salah satu bek sayap terbaik di dunia saat ini.

Messi benar-benar harus bekerja keras untuk membangkitkan semangat rekan-rekannya dan memberikan perlawanan terbaik. Keajaiban yang sering dibuat Messi sangat diharapkan dalam pertandingan menghadapi PSG nanti.

Sebagai pemain yang matang asam-garam persepakbolaan, Messi paham bagaimana keluar dari tekanan. Persoalan sepak bola bukanlah permainan individu. Tanpa dukungan memadai dari pemain lain, sulit bagi Messi untuk menyelamatkan Inter Miami.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya