Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Kebangkitan Sepak Bola Italia

Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola
15/4/2023 07:10
Kebangkitan Sepak Bola Italia
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

DUA belas tahun tanpa gelar Liga Champions merupakan jeda yang terlalu lama bagi sepak bola Italia. Padahal, sebelumnya, AC Milan, Internazionale Milan, dan Juventus bergantian untuk merajai sepak bola Eropa.

Dengan tiga klub melaju hingga perempat final pada musim 2022/23 sekarang ini, pantas jika dikatakan sepak bola Italia mulai bangkit kembali. Bahkan besar kemungkinan akan ada dua klub Italia yang akan lolos ke semifinal nanti.

Sayang kedua klub Italia harus bertemu di semifinal. Kalau mereka terpisah grup, bukan mustahil pertandingan final akan terjadi antarsesama klub Italia seperti terjadi di final Liga Champions 2003 saat Milan bertemu Juventus di Old Trafford, Manchester.

Italia tidak bisa dimungkiri merupakan salah satu kekuatan sepak bola Eropa dan juga dunia. Terakhir Azzurri mengangkat piala saat tim asuhan Roberto Mancini memenangi Piala Eropa 2021 di Inggris.

Salah satu yang merusak sepak bola Italia ialah kasus suap, pengaturan skor, atau manipulasi keuangan. Berulang kali Italia diterpa oleh isu-isu itu sehingga membuat banyak pemain bintang mereka ikut terjerembab.

Bahkan sekarang ini kasus manipulasi keuangan sedang menerpa Juventus. Klub besar Italia itu terbukti bersalah dan akibatnya dikurangi 15 poin di Seri A. Hukuman ini membuat Juve absen di Liga Champions musim mendatang.

Tidak hanya itu, para eksekutif Juventus pun dilarang untuk sementara terlibat dalam urusan sepak bola. Ada 11 pejabat Juve yang dihukum, termasuk Chairman Andrea Agnelli, Chief Football Officer Fabio Paratici, serta Direktur Olahraga Federico Cherubini. Agnelli dan Paratici dilarang terlibat dalam berbagai urusan sepak bola masing-masing selama 2 tahun dan 15 bulan.

Hanya karena bakat sepak bola yang luar biasa, Italia mampu cepat bangkit dari keterpurukan. Bahkan di periode 1980-an, Italia mampu memenangi Piala Dunia 1982. Padahal, bintang mereka, Paolo Rossi, sempat harus gantung sepatu sementara karena terbukti terlibat kasus suap.

Dengan talenta yang luar biasa, para pemain sepak bola Italia kuat dalam ball possession. Ketika bola berada di kaki para pemain Italia, sulit untuk bisa direbut oleh pemain lain.

Modal dasar sepak bola yang kuat itu membuat para pemain Italia mudah dibentuk dan bermain dengan pola apa pun yang diinginkan pelatih. Ciri lain dari para pemain ialah disiplin dalam bermain dan memiliki kolektivitas yang tinggi dengan sesama rekannya.

Tidak mengherankan apabila para pemain Italia kuat dalam bertahan. Mereka sepertinya menghayati betul catenaccio yang menjadi trade-mark sepak bola Italia. Pertahanan grendel sudah mendarah daging pada diri setiap pemain sepak bola Italia.

Begitu mereka mampu mematahkan serangan lawan, dengan cepat para pemain Italia keluar menyerang. Sprint kencang yang umumnya dimiliki para pemain Italia sering membuat lawan kewalahan dan kebobolan.

Cara bermain seperti itu menular pada diri pemain asing yang bergabung di klub-klub Italia. Di Inter Milan, misalnya, hanya lima pemain Italia yang bermain untuk Nerazzurri. Namun, pelatih Simone Inzaghi mampu membangun sebuah kesebelasan yang murni memainkan gaya tim Biru-Hitam itu.

Trio Alessandro Bastoni, Francesco Acerbi, dan Matteo Darmian benar-benar kukuh sebagai center-back di depan kiper Andre Onana. Mereka tanpa kompromi untuk menjaga setiap jengkal daerah pertahanannya.

Begitu berhasil merebut bola dari kaki lawan, dua gelandang Federico Dimarco dan Denzel Dumfriez akan turun menjemput bola dengan memanfaatkan lebar lapangan. Setelah itu, bola akan bergerak cepat langsung ke duet penyerang Lautaro Martinez atau Edin Dzeko.

Kalau pemain belakang lawan menutup daerah sayap, trio gelandang Nicolo Barella, Marcelo Brozovic, dan Henrick Mkhitaryan bermain dari tengah menjadi penghubung. Kreativitas tiga gelandang serang ini membuat Martinez atau pun Dzeko bisa punya waktu mencari celah terbuka di daerah pertahanan lawan.

Tuan rumah Benfica merasakan sulitnya mengendalikan permainan Inter Milan. Meski didukung para pecinta fanatiknya, klub elite Portugal itu harus menelan pil pahit dua kali kebobolan gol Barella dan penyerang pengganti Romelu Lukaku.

“Kami berhasil menunjukkan karakter permainan sesungguhnya dari Inter Milan. Dengan kemenangan ini, rasanya satu kaki kami sudah di semifinal sekarang,” ujar Acerbi puas.

 

Napoli

Penampilan menarik dan mengesankan juga dipertontonkan Napoli di perempat final Liga Champions, Rabu lalu. Meski harus menelan pil pahit 0-1 dari AC Milan, tim asuhan Luciano Spalletti memperlihatkan kualitas permainan, bahwa mereka pantas jika menempati puncak pimpinan klasemen Seri A sekarang ini.

Berbeda dengan Inter Milan atau AC Milan, Napoli memainkan sepak bola menyerang. Mereka menempatkan tiga penyerang yang sangat dinamis dan cair ketika menyerang.

Bahkan ketika mereka dipaksa bermain dengan 10 orang setelah gelandang Andre-Frank Zambo Anguissa mendapatkan kartu merah, Napoli tidak mengubah pola permainannya. Mereka tetap agresif menyerang padahal bermain di Stadion San Siro Milan.

Kalau Napoli gagal untuk bisa mencetak gol, itu karena penampilan gemilang kiper Milan Mike Maignan. Kiper asal Prancis itu menjadi bintang lapangan dengan beberapa penyelamatan yang dilakukannya.

Milan menunjukkan kematangan sebagai sebuah tim. Mereka tetap konsisten dan tidak goyah meski diteror lawan sepanjang pertandingan. Bahkan dari serangan balik yang tertata rapih, Rossonero mampu mencuri gol melalui kaki Ismael Bennacer.

Pelatih Stefano Pioli mampu mengembalikan kebesaran Milan dengan membawa tim asuhannya menjuarai Seri A musim lalu. Wajar apabila Pioli kini mengincar Liga Champions yang sudah dua dekade tidak pernah dibawa ke San Siro.

Pekan depan akan menjadi moment of the truth bagi tiga klub Seri A itu. Mampukah salah satu di antara mereka mengembalikan kebesaran sepak Italia? Jawaban pastinya kita tunggu 10 Juni mendatang di Stadion Olimpiade Ataturk, Istanbul, Turki.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya