Sabtu 01 April 2023, 07:20 WIB

Takdir Menjadi Negara Penonton

Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola | Sepak Bola
Takdir Menjadi Negara Penonton

MI/Seno
Takdir Menjadi Negara Penonton

 

SALAH satu ukuran kebesaran sebuah negara ditentukan oleh kemampuan menyelenggarakan event internasional besar. Untuk bisa menyelenggarakan event besar, negara itu harus mengajukan diri dan memenangi persaingan dengan negara-negara lain.

Dibutuhkan langkah luar biasa untuk bisa ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggara event internasional. Tidak selalu negara adidaya yang kemudian memenangi persaingan menjadi tuan rumah. Inggris yang membawa bintang sepak bola David Beckham dan Pangeran William kalah bersaing dengan Rusia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018. Amerika Serikat kalah dari negeri kecil Qatar untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Kalau banyak pihak menyesalkan pemindahan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 dari Indonesia ialah karena perjuangan untuk terpilih menjadi tuan rumah itu tidaklah mudah. Apalagi, semua persiapan sudah dilakukan dan hanya tinggal hitungan hari kejuaraan sepak bola untuk calon bintang masa depan itu bergulir.

Hanya karena kepentingan politik jangka pendek, hajatan besar itu kita buyarkan sendiri. Agenda besar pemerintahan Presiden Joko Widodo ditorpedo oleh partai politik pendukung utama pemerintah itu sendiri. Ibaratnya, pemerintah justru menembak kakinya sendiri.

Komite Eksekutif FIFA memutuskan untuk memindahkan tempat penyelenggaraan karena adanya keberatan negara tuan rumah atas kehadiran salah satu peserta putaran final. Israel yang lolos dari Grup Eropa oleh sebagian kecil politisi ditolak untuk hadir karena dianggap tidak sejalan dengan prinsip kebangsaan Indonesia yang antipenjajahan.

Israel dianggap sebagai negara penjajah karena menduduki sebagian wilayah Palestina. Indonesia sejak dulu mendukung perjuangan Palestina untuk merdeka dan memiliki kedaulatan atas wilayah negaranya.

FIFA tidak mau larut dalam polemik tersebut. FIFA menganggap semua peserta putaran final berhak untuk tampil karena mereka sudah berjuang untuk bisa merebut tiket itu. Negara penyelenggara berkewajiban untuk melaksanakan jadwal pertandingan dan menjamin semua peserta dan pertandingan bisa berjalan aman serta lancar.

Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Mimpi para pemain muda untuk mengecap pertandingan level dunia pun sirna. Latihan bertahun-tahun yang sudah dilakukan menjadi sia-sia. Tim asuhan Shin Tae-yong hanya bisa bersedih dan menerima kenyataan pahit.

Bangsa Indonesia pun kembali hanya bisa menjadi penonton kejuaraan besar. Kita bukan bagian dari masyarakat sepak bola dunia yang pantas dilihat kualitas permainannya. Ketika Piala Dunia U-20 kelak digelar di negara lain, masyarakat Indonesia hanya bisa duduk di depan layar kaca untuk melihat calon-calon bintang masa depan menunjukkan kemampuan mereka.

Sepertinya sudah suratan takdir, bangsa ini hanya bisa menjadi penonton kejuaraan sepak bola. Ketika Piala Dunia digelar, negara ini begitu ingar-bingar menyambutnya. Bahkan dini hari pun bukan masalah untuk menyaksikan pertandingannya.

Setiap orang menjadi pendukung fanatik tim yang diidolakan mereka. Semua larut dalam emosi masing-masing karena tidak memiliki common denominator. Kita tidak bisa bersatu karena tim sepak bola Indonesia tidak menjadi bagian dari komunitas elite dunia.

 

Der Klassiker

Oleh karena sepak bola baru tahap menjadi tontonan, malam ini lebih baik kita menikmati saja pertandingan. Ada dua partai besar yang akan terjadi, yaitu pertemuan antara Manchester City dan Liverpool di Liga Primer, serta Der Klassiker antara Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund di Bundesliga.

Der Klassiker ditunggu para pecinta sepak bola karena menjadi penentu berlanjutnya dominasi Bayern Muenchen atau sebaliknya, menjadi akhir kejayaan mereka. Setelah menguasai Bundesliga selama satu dekade, Die Bayern kini mulai tertinggal dari Dortmund.

“Kami biasa selalu menjadi yang diburu, tetapi sekarang kami harus menjadi pemburu,” ujar pemain kawakan Bayern, Thomas Mueller.

Prestasi Die Roten melorot setelah Piala Dunia 2022. Bahkan dalam 10 pertandingan terakhir, mereka hanya mampu meraih 10 poin. Sebaliknya, Dortmund bangkit dari peringkat keenam menjadi berada di puncak klasemen karena menang sembilan kali dan sekali seri pada 10 pertandingan terakhir.

Direksi Bayern Muenchen sampai mengambil keputusan drastis setelah dua pekan lalu, klub mereka ditundukkan Bayer Leverkusen 1-2. Pelatih muda Julian Nagelsmann langsung dipecat dari jabatannya, saat sedang berlibur.

Mantan pelatih Dortmund Thomas Tuchel yang baru dipecat Chelsea ditunjuk sebagai penggantinya. Direksi Bayern Muenchen tidak mau tren penurunan terus berlanjut dan mumpung Die Bavarian baru tertinggal satu poin dari Dortmund, perombakan besar harus dilakukan.

Tugas pertama Tuechel ialah mengembalikan kebersamaan dan konsistensi tim. FC Bayern sebenarnya merupakan klub paling produktif di Bundesliga dengan mencetak 72 gol dan paling sedikit kebobolan, yakni hanya 27 kali. Konsistensi permainan tim itulah yang hilang pada 10 pertandingan terakhir.

Dengan pemain bintang yang bertaburan di dalam tim, Nagelsmann tidak mampu meramu tim yang kompak. Pemain sayap Leroy Sane sering dimainkan di lapangan tengah sehingga kecepatannya tidak bisa dioptimalkan.

Malam nanti di Allianz Arena Tuchel harus menempatkan pemain secara tepat. Ia tidak punya pilihan lain kecuali mengembalikan FC Bayern ke jalur kemenangan dan klub pertama yang harus ia kalahkan ialah bekas klub asuhannya sendiri, Dortmund.

Kewajiban untuk meraih kemenangan tidak hanya diperlukan untuk membawa Die Roten kembali ke puncak klasemen. Namun, Tuchel harus segera menunjukkan tangan dinginnya karena FC Bayern akan bertemu Manchester City di perempat final Liga Champions.

 

Nasib Liverpool

Seperti halnya Bayern Muenchen, Liverpool sedang berada di ujung kejayaan mereka. Setidaknya bagi pelatih Juergen Klopp, ia sedang dihadapkan pada tren penurunan prestasi, setelah tersingkir dari ajang Liga Champios oleh Real Madrid dan berada di papan tengah Liga Primer.

Salah-salah the Reds di musim ini tidak hanya tanpa gelar, tetapi juga tersingkir dari tampil di ajang elite liga Eropa. Kalau itu terjadi, pertama kali di tangan Klopp, prestasi Liverpool terpuruk dan bukan mustahil pelatih asal Jerman itu akan kehilangan jabatannya.

Dalam pertemuan malam ini tidak ada pilihan lain bagi the Reds kecuali menang. Namun, tugas itu tidak mudah karena ketidakkonsistenan penampilan Liverpool dan tim yang harus mereka hadapi ialah tuan rumah Manchester City.

Mantan penyerang Liverpool Robbie Fowler tetap yakin para pemain di Anfield akan bisa melewati masa-masa sulit dan menembus empat besar Liga Primer. Para pemain Liverpool selalu mampu menunjukkan jati diri permainan mereka ketika menghadapi klub-klub besar.

“Tahun ini, pada setiap pertandingan besar, Liverpool selalu bisa memenangi pertandingan yang mereka butuhkan. Ingat saat menghadapi Manchester United, mereka harus menang dan mereka bisa lakukan itu. Mungkin saya agak bias bicara soal Liverpool, tetapi saya yakin mereka tidak akan kalah menghadapi Manchester City,” ujar Fowler.

Baca Juga

AFP/Oli Scarff

Final Liga Konferensi Eropa : Fiorentina dan West Ham Berambisi Tuntaskan Paceklik Gelar

👤Dhika Kusuma Winata 🕔Selasa 06 Juni 2023, 17:08 WIB
West Ham mengincar impian untuk merengkuh trofi setelah kemarau panjang 43...
MI/Meilani Teniwut

Perusahaan Diajak Gunakan CSR untuk Beasiswa Akademi Sepak Bola

👤Media Indonesia 🕔Selasa 06 Juni 2023, 16:55 WIB
“Perusahaan memberikan CSR berupa beasiswa sepak bola di klub-klub sepak bola, di sekolah sepak bola internasional kepada bakat-bakat...
MI/Adam Dwi

Erick: 10% Penjualan Tiket akan Disumbangkan untuk Palestina

👤Dhika Kusuma Winata 🕔Selasa 06 Juni 2023, 11:48 WIB
PSSI mengumumkan 10% hasil penjualan tiket pertandingan FIFA Match Day antara Timnas Indonesia melawan Palestina di Stadion Gelora Bung...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya