Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
Ilustrasi: Magda Patyk
Menunggu kebebasan merpati putih
mengepakkan sayapnya menemui kekasih
memeluk dalam balutan bulu-bulu bersih
hangat mencium di balik rindang hijau dunia
melahirkan anak-anak, tak saling berselisih
Mari kita beranjak menapak
ke belahan bumi lain yang terbiak
beranak pinak, meski matahari kian terbias
cahaya bulan. Penerangan yang kita terima
datang di antar rombongan pengelana
sambutlah kawan, inilah kedamaian!
2023
Tiba-tiba mataku menyala
senandung ngilu mengusik
ketenteraman tidur sebagai bunga
namun kesepian menghantui dan
menjelma mimpi buruk penganiaya
Segalanya hidup tanpa aba-aba pasti
setiap saat memartil sakit dalam diri
sedang apa? Aku terlelap lagi
2023
Sepotong bibir terbang dan hinggap di dahan telingaku
membisik merdu; mengatakan hal-hal lucu
dan segala rupa rahasia yang belum kutahu
soal bagaimana sejauh ini dia merayu
Telingaku membisu, tapi gerakannya mengatakan;
paham akan kalimat yang telah bibir ucapkan
Seminggu berlalu, dia tidak lekas pergi dari telingaku
padahal aku sudah bosan mendengarnya
perkataan cuma diulang-ulang saja
Kucup rekahnya lekas kusadari menghianat
kata-kata merupakan muslihat yang dibuat
gerakan telingaku mengatakan padanya
untuk enyah tapi dia tidak pergi jua
Bibir itu terus menempel, tumbuh bersama telingaku
mendengar dan mengatakan hal yang sama!
2023
Sepotong bibir terbang dan hinggap di dahan telingaku. Dia membisik merdu seraya mengatakan hal-hal lucu.
Sudah sering kali rasanya
aku melewati jalanan ini,
tapal yang sama
Kolong langit masih sepi
apa yang kucari?
Hingar bingar telah lewat
rasa mungkin akan terulang
dua atau tiga kali, bahagia
kembali menghampiri
Tidak ada apa-apa hari ini
kuingat makanan dan minuman sebab lapar
kenapa tadi tak kuhabiskan?
2023
Itu adalah orang yang sama
muncul melewati lilin di sebelahnya
menghitam pekat pada tembok
sendiri!
Putus asa menancapi hatinya
selalu padam, remuk redam
suara rumusan sistem bahasa
tiada dapat lagi ditekan
terkepung hidup seperti
arwah bergentayangan
2023
Noktah keringat pecah di leherku
sepi alpa hari ini karena bekerja
menggosokkan tangan dan kaki
Ketika lelah menyergap tiba-tiba
aku merisaukan dirinya dan semua
terdiam dalam gelombang dada
melepas ratusan kuda liar berpacu adu
memekik hening seluas rinduku
tebas kaki-kaki mereka dan hentikan
aku yang kembali hanya berangan
2023
Baca juga: Puisi-puisi Eduard Asadov
Baca juga: Puisi-puisi Frans Purba
Baca juga: Puisi-puisi Iwan Jaconiah
Farras Pradana, menulis puisi dan cerita pendek, lahir di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 26 Mei 2001. Telah menerbitkan buku kumpulan cerpen pertamanya berjudul Sekelompok Babi dan Rumah-Rumah (Penerbit Semut Api, 2021). Kini bermukim dan bekerja di Semarang, Jawa Tengah. (SK-1)
Kata 'kofe' sendiri berarti kondisi awal gigi balita yang tumbuh pertama kalinya. Ia kemudian goyang dan jatuh sehingga terlihat ompong.
Kulit putih, bulu mata lentik. Kata orang itu cantik. Menurutku kita lebih manis.
Aku menyeberangi batas pantai di antara kebajikan dan kejahatan.
Petersburg, aku kan kembali bersama belahan jiwa. Mengulang janji suci kami di altar dulu
Kebebasan pun beterbangan di mana-mana serupa tarian angsa.
Mungkin aku yang terlalu ingin melindungimu, namun membuatmu merasa tidak nyaman.
Saat bibir-mu terbuka sedikit, amboi, betapa itu membuatku kasmaran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved