Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Puisi-puisi Eduard Asadov

Sajak Kofe
09/7/2023 11:00
Puisi-puisi Eduard Asadov
(Ilustrasi: Grant Fuhst)

Ilustrasi: Grant Fuhst

Elang 

Dunia menyebutnya raja burung. 
Dia sepertinya mengerti hal ini: 
Memukau semua orang dengan keberanian dan kekuatannya 
Serta mengepak tinggi sayapnya di atas awan. 

Oh, berkali-kali gagak mencoba, 
Duduk dengan jarak yang cukup jauh, 
Melempar bayangan kebencian dan kecemburuan
Tentang kehidupan elang yang sombong. 

Untuk apa dia terkenal sejak lama?
Mengapa dia harus dihormati dan disegani? 
Dia tidak memiliki rahasia umur panjang,
Dia tidak berparau seperti burung gagak,
Dia bahkan tidak makan bangkai!

Biarkan dia disebut apa saja,
Tetapi jika kau berpikir secara cepat,
Bagaimana dia berbeda dari burung gagak?
Yah, mungkin lebih besar dan lebih kuat! 

Bagaimana memahami burung gagak yang bodoh,
Apa inti dari seekor rajawali, yang tidak mengenal rasa takut,
Berjuang sampai mati, menjadi debu 
Dengan musuh mana pun di tanah kelahirannya,

Dan bagaimana hal itu dapat menyerupai mereka, 
Orang-orang yang memotong sayap zenith, 
Mampu hidup damai di antara semua makhluk hidup 
Sekalipun melihat matahari tanpa berkedip! ¹ 

Baca juga: Puisi-puisi Ted Rusiyanto
Baca juga: Puisi-puisi Osip Mandelstam
Baca juga: Puisi-puisi Maxim Gorky

 

Menangis 

Dia tahu segalanya,
Mencintai anaknya sendiri,
Bibir kering,
Begitu dia mengingat kenangan.

Tapi ada rumor,
Lebih keras dan tajam di antara teman-teman,
Ada hidangan di meja
Jatuh dari tanganku. 

Sepertinya mereka sudah lama duduk,
Di mana ada pohon anggur di bibir sungai
Lalu... butiran-butiran air mata berkilau
Lebih dari sekali menetes dari matanya.

Tapi tidak ada kekuatan di wajah 
Untuk melawan bencana. 
Di bangku itu, sayang
Aku bertemu dengan yang lain. 

 

Orang-orang yang memotong sayap zenith, mampu hidup damai di antara semua makhluk hidup. 

 

Gadis dan Rimbawan 

Di atas pohon aspen tua di hutan belantara
Hiduplah Goblin, bermata besar dan berbulu.
Bagi iblis, dia masih muda —
Tiga ratus tahun, tidak lebih. Sangat ramah,
Bijaksana, pendiam, dan belum menikah. 

Suatu hari di dekat Rawa-rawa Hitam, di sebuah lubang,
Dia melihat seorang gadis melewati sungai —
Cantik, dengan sekeranjang jamur penuh
Dan dalam gaun kota yang cerah. 

"Kurasa aku tersesat," ucap gadis sembari menangis. 
Goblin itu tiba-tiba tampak merindukan sesuatu…
"Wah, bagaimana cara membantunya?" Ini panggilan tugas!
Dia melompat dari dahan, tidak lagi bersembunyi, 
membungkuk di depan gadis itu sembari berkata:

"Jangan menangis! Kau mempermalukanku dengan kecantikanmu.
Kau adalah sukacita! Aku akan membantumu!" 
Gadis itu bergidik, melompat mundur,
Namun, mendengarkan tawaran itu, tiba-tiba dia memutuskan:
"Baiklah. Aku masih punya waktu! Aku akan terus melangkah!"

Gobin mengulurkan tangan padanya dengan cakar berbulu lebat
Ada buket bunga violet dan krisan.
Aroma segar nan indah, 
Ketakutan pun lenyap seketika… 

Gadis itu berkencan dalam hidupnya.
Tapi jujur saja, dia jarang diberi bunga 
Hanya ada sedikit gembira yang disajikan,
Berharap mendapatkan lebih banyak lagi. 

Leshii, si gadis itu, berkata: "Sangat menawan
Aku belum pernah lihat mata indah di tempat lain!" 
Selanjutnya, setelah benar-benar bingung,
Dia diam-diam mengecup tangannya. 

Gobin menenun topi untuknya dari lumut dan jerami.
Dia penuh kasih sayang, selalu senyum ramah.
Meskipun tidak memiliki tangan, tetapi cakar, 
tidak terbesit untuk coba meraba-raba.

Dia bantu membawakan keranjang jamur, 
Mengantar si gadis melewati hutan,
Maju terus di tempat-tempat sulit,
Membengkokkan ranting-ranting,
Menembus setiap lesung pipit. 

Dia mengucapkan sayonara pada lahan yang terbabat habis,
Menunduk sedih, menyembunyikan desahan. 
Tiba-tiba dia berpikir: "Leshii, Leshii,
Sepertinya, mungkin perpisahan ini tidak terlalu buruk!" —

Menyembunyikan rasa malu dalam karangan bunga dengan segala keindahannya
Tiba-tiba Leshii berkata pelan saat berjalan: 
"Aku sangat suka hutan ini, 
Mungkin aku akan kembali besok!" —

Wahai para lelaki, waspadalah! Nah, siapa yang tidak tahu,
Sungguh seorang perempuan, dengan jiwanya yang lembut,
Seratus ribu dosa terkadang akan mengampuni kita,
Maaf, barangkali seperti perampok di malam buta!
Namun enggan memaafkan bila kurang perhatian…

Mari kita kembali ke kehidupan sehari-hari 
Memanfaatkan waktu secara baik untuk saling mengasihi 
Sehingga orang-orang terkasih di sekitar kita terus terjaga 
Agar mereka tidak terpengaruh oleh roh-roh jahat! ²


Bacaan rujukan: 
¹ Asadov E. A. 2017. Kumpulan Puisi Cinta: serial buku saku. Moskwa: Eksmo: 320 hlm. ISBN 978-5-699-72960-9.
² Asadov E. A. 2008. Kata-kata Lembut (Wawancara di Hatimu Sendiri. Koleksi). Moskwa: Eksmo. ISBN 978-5-04-114108-0.

 

 

 

 


Eduard Arkadyevich Asadov, penyair dan prosais Soviet Rusia yang terkenal. Dia lahir di Merv, Turkestan (Uzbekistan), 7 September 1923 dan meninggal di Odintsovo, wilayah Moskwa, Rusia, 21 April 2004. Warisan kreatifnya mencakup 47 buku dan kumpulan puisi. Kehilangan penglihatan selama Perang Patriotik Rusia, Asadov tidak menyerah menulis puisi. Sebaliknya, dengan semangat dan kehausan yang lebih besar akan kehidupan, dia terus menulis dan menyenangkan para pembacanya dengan karya-karya yang segar. Puisi-puisi di sini diterjemahkan oleh Iwan Jaconiah, penyair, kulturolog, dan editor puisi Media Indonesia. (SK-1) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah
Berita Lainnya