Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Tuhan, bantu aku tegar ini malam:
aku takut menjadi budak-Mu seumur hidup
tinggal di Petersburg, namun serasa tidur di keranda.
Januari 1931
Perempuan Amerika di usia dua puluh tahun
harus berkelana sampai ke Mesir,
melupakan sejenak kisah Titanic
dan tidur di bawah tanah yang gelap.
Di Amerika terompet berbunyi
gedung pencakar langit memerah
awan dingin sesekali menyenggol
bibirnya yang lembut basah.
Sedang di Louvre, putri samudra
berdiri anggun bagai pohon poplar;
ia hendak mengulum gula-gula
dan memanjati puncak Acropolis.
Tanpa memahami apa-apa
ia membaca Faust di kereta
penuh penyesalan bertanya
mengapa Louis tak lagi berkuasa.
1913
Di sini paroki ialah anak-anak tanah
mereka papan bukan gambar,
di mana Sebastian Bach hanyalah angka
yang muncul dalam kidung mazmur.
Perselisihan apa?
di bar atau gereja yang riuh,
bersukacitalah seperti Yesaya
oh, Bach yang bijaksana!
Kau penjinak yang tinggi moral, bukan?
paduan suara berkoar untuk cucu mereka
bersemangat mendapatkan dukungan
apakah kau masih mencari bukti?
Suara mereka terdengar keras, bukan?
enam belas sosok, tubuh-tubuh bergoyang
hanya gerutu kudengar jelas di kuping
oh, orang tua yang keras kepala!
Pendeta Lutheran berkhotbah
di atas mimbar hitam legam
sementara lawan bicara marah
dan mengganggu pidatonya.
1913
Aku datang dengan menggotong obor
jemari-jemari menuntunku ke gubuk;
"Biarkan aku melihatmu terakhir kalinya,
sebab peti mati telah tersedia di sini."
Kau menyuguhkan semangkuk jamur asin
yang diambil dari panci di bawah tempat tidur,
sebagaimana disajikan bagi anak-anak
menuangkan semangkuk kaldu panas bagiku
"Makanlah," ujarmu.
"Jika kurang, akan kutambahkan."
Mendekati batas ambang,
bahuku menempel dan mendekap tubuhmu.
Kutu dan gurun, hening dan lumut
sebagian kamar tidur bagai penjara...
tak ada apa-apa, namun rapih dan nyaman
aku sekarat di pangkuan sang ayah sarani.
4 April 1931
Aku goyah dan lelah dalam ketidakpastian, namun masih dapat menenangkan diri.
Aku menyukai hawa sejuk
musim dingin tiba: aku adalah aku,
sementara kenyataan adalah kenyataan.
Pipi bocah memerah seperti senter
penguasa menggiringnya untuk mengisi
bahan bakar sebelum bergegas mengapung.
Aku hidup bertengkar dengan dunia,
keinginan menjadi infeksi perdamaian
hidup dalam sangkar perak dan tersingkirkan.
Kelopak mata berkedip dan berjatuhan bulu-bulunya,
lalu terbang ke arus sungai yang mengalir lembut
awan putih merendah ke kaki yang dilapisi sepatu bot.
24 Januari 1937
Kita hidup tanpa merasakan kehadiran negara,
pidato-pidato terbungkam dalam sepuluh langkah,
hanya cukup untuk separuh percakapan.
Mereka mengingat para pendaki puncak Kremlin di sana.
Jari-jari yang tebal, seperti cacing gemuk yang kepanasan
kata-kata mereka, berbunga-bunga dan selalu saja benar.
Saat tertawa, kumis mereka bagai kecoak
dan sepatu bot mereka selalu bersinar.
Di sekeliling, rakyat jelata berleher tipis
dipermainkan atas dasar perikemanusiaan.
Siapa bersiul, siapa mengeong, siapa merintih.
Selalu mengekang dan menusuk dari belakang,
seperti tapal kuda, dekrit menempa dekrit:
Siapa di selangkangan, siapa di dahi, siapa di alis, siapa di mata.
Apapun hukuman, kita tetap saja rasberi
senantiasa setia berbunga di dada Ossetia.
November, 1933
Cukup disimpan saja: aku tahu
sebab diriku ditakdirkan menjalani hukuman;
tak pernah sembunyikan apa pun
tak punya rahasia tentang Muse...
Sungguh aneh aku rasa kini
tak bisa bernafas selega-leganya
hanya menunggu sakramen kematian...
Aku goyah dan lelah dalam ketidakpastian,
namun masih dapat menenangkan diri:
ini keputusan tak dapat kutarik kembali
semoga keabadian berikut milikku sendiri!
Akhir 1908 - Awal 1909
Bacaan rujukan
1] Mandelstam, O. E. Koleksi puisi-puisi dalam 4 jilid. Moskwa: Art-Business Center, 1993.
2] Mandelstam, O.E. Shum vremeni (The Noise of Time). Leningrad: Vremia, 1925.
Osip Emilyevich Mandelstam, penyair, lahir di Warsawa, Polandia, 14 Januari 1891 dan wafat di Vladivostok, Soviet Rusia, 27 Desember 1938. Mandelstam adalah salah satu pendiri Acmeism, sebuah gerakan sastra di antara penyair Rusia pada awal abad ke-20 yang ditandai dengan reaksi terhadap ketidakjelasan simbolisme dan gerakan futurisme. Ia belajar di Sekolah Tenishevsky pada 1900-1907. Pada 1908-1910, ia kuliah di Universitas Sorbonne, Paris, Prancis dan Universitas Heidelberg, Jerman. Di Paris, ia bertemu dengan penyair satu negaranya Nikolay Gumilyov sehingga terpengaruh gaya puisi Prancis, mulai dari epik Prancis kuno, Francois Villon, Charles Baudelaire, sampai Paul Verlaine. Pertama kali puisi-puisi Mandelstam muncul di media cetak pada 1908. Karya-karya awalnya sebelum 1912 begitu condong ke tema simbolisme. Beberapa buku kumpulan puisi berhasil diterbitkannya, yaitu Tristia (1922), Buku Kedua (1923), dan Batu (edisi ketiga, 1923). Buku-buku itu diluncurkan di tiga kota berbeda, yaitu di Petrograd, Moskwa, dan Berlin. Mandelstam wafat pada 27 Desember 1938 karena tifus yang dideritanya selama menjalani masa tahanan di kamp transit Vladperpunkt (Vladivostok). Semasa hidupnya, Mandelstam dianggap subversif karena melawan penguasa komunis Joseph Stalin (1878-1953). Nama baiknya kemudian direhabilitasi secara anumerta atas kasus yang dialaminya. Puisi-puisi Mandelstam di Sajak Kofe - Media Indonesia diterjemahkan oleh Iwan Jaconiah. (SK-1)
Kompetisi membaca puisi berbahasa Mandarin merupakan upaya mendukung program pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
LEBIH dari 1.800 pejalar dari seluruh Indonesia mengikuti lomba membaca puisi berbahasa mandarin tingkat nasional.
Rasakan emosi puisi! Pelajari citraan, kunci penyampaian perasaan mendalam melalui kekuatan kata yang memukau.
Acha Septriasa mengatakan puisi WS Rendra yang berjudul Hidup Itu Seperti Uap membantunya mendapatkan inspirasi dalam menjalani salah satu adegan di film Qodrat 2
Jelajahi puisi abadi Sapardi Djoko Damono! Temukan karya terkenal dan warisan sang penyair legendaris Indonesia.
Selami keindahan alam lewat puisi! Temukan pesan tersembunyi di balik rimbunnya hutan, birunya laut, dan gemerisik angin. Inspirasi dan refleksi menanti!
Surat An-Naba' merupakan surat yang penuh dengan makna mendalam, terutama sebagai pengingat akan Hari Kiamat dan kebesaran Allah dalam menciptakan alam semesta.
Penerjemah tidak sekadar menerjemahkan kata dari satu bahasa ke bahasa lain, namun juga menjembatani dua budaya yang berbeda.
Ayat Kursi biasanya dibaca sebelum tidur. Hal tersebut agar kita mendapat perlindungan dari Allah SWT saat tidur.
Membaca Ayat Kursi ini bisa kalian lakukan dimana pun dan dimana pun. Bahkan, Ayat Kursi bisa kalian jadikan bacaan untuk surat pendek dalam salat.
LAGU Rahmatun Lil'Alameen yang diciptakan Maher Zain menjadi lagu viral dan terpopuler pada Ramadan 2023. Lagu ini didedikasikan untuk mengenang mendiang ayah tercinta, Mustafa Zain.
Aku memimpikan cahaya musim gugur, ada kau dan temanmu di kerumunan badut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved