Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
SIKAP dan pernyataan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok jelang hari pemungutan suara dinilai semakin menunjukkan kontras dengan Presiden Joko Widodo. Ahok dan Jokowi selama ini dinilai berada dalam sisi yang sama secara politik.
Menurut Direktur Algoritma Research and Consulting Aditya Perdana, pernyataan Ahok yang dilontarkan setelah mundur sebagai Komisaris Utama PT Pertamina mempertegas dukungan kepada calon presiden dan calon wakil presiden nomor 3 Ganjar Pranowo-Mahfud Md.
"Ahok ingin mengatakan bahwa dia adalah PDIP. Dan ketika dia adalah PDIP, maka berjarak dengan Jokowi yang mendukung 02 (Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka), itu yang kelihatan," terangnya kepada Media Indonesia, Sabtu (10/2).
Baca juga : Survei LSI Denny JA Hasilkan Pilpres 1 Putaran
Adit mengatakan, Ahok sengaja melontarkan pernyataan yang kontroversial sebagai bentuk kampanye. Apalagi, ia hanya memiliki waktu terbatas karena baru mundur dari jabatan di Pertamina pada 2 Februari lalu. Artinya, kesempatan ia mendukung Ganjar-Mahfud hanya tersisa delapan hari sebelum masa tenang.
"Ketika waktunya terbatas, dia punya strategi agar mengambil perhatian. Dan menurut saya itu yang dilakukan," kata Adit.
Kendati demikian, keterlibatan Ahok disebut tidak bakal banyak mendongkrak elektabilitas Ganjar-Mahfud secara signifikan. Di sisi lain, Adit juga berpendapat tidak banyak pemilih pasangan Prabowo-Gibran yang bakal beralih karena pernyataan Ahok.
Baca juga : Tindakan Jokowi Dinilai Bertentangan dengan Demokrasi
"Karena pilihan pemilih relatif sudah kuat, agak berat juga mendorong perubahan itu kecuali kalau ada situasi yang berat, yang berdampak luas, dan berpengaruh ke banyak orang. Kelihatannya enggak ada, masih adem ayem," pungkasnya. (Z-8)
Faktor utama justru datang dari tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sosok Presiden Prabowo.
PRESIDEN ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi membagikan momen bersama Presiden Prabowo Subianto, Presiden ke-6 RI Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), hingga Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh
Prabowo juga menyambut dengan senyuman dan sempat mengepalkan tangan.
Istana telah siap menyelenggarakan Upacara HUT ke-80 RI. Peringatan hari kemerdekaan itu diharapkan menjadi momentum mengenang jasa pahlawan.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Ahmad Muzani menegaskan Presiden Joko Widodo akan menghadiri Sidang Tahunan MPR serta sidang gabungan DPR dan DPD tahun 2025
Undangan peringatan HUT Ke-80 Kemerdekaan RI untuk para mantan Presiden RI sedang dalam proses finalisasi,
Keputusan Prabowo memberikan amnesti pada Hasto Kristiyanto dan abolisi pada Tom Lembong harus dibaca menggunakan asumsi yang tepat
Indonesia telah memiliki pemimpin nasional dari berbagai latar belakang, mulai dari militer (TNI) hingga sipil, tetapi belum ada yang berasal dari korps kepolisian.
Core memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2025 akan lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2024.
Pemilu serentak nasional terdiri atas pemilihan presiden dan wakil presiden, DPR RI, dan DPD RI.
WAKIL Ketua Komisi II DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi menyoroti kompleksitas Pemilu serentak atau yang berlangsung bersamaan, terutama dalam konteks pemilihan legislatif dan presiden
Usulan tersebut berkaca pada pelaksanaan Pilpres, Pileg, dan Pilkada serentak pada 2024 yang membuat penyelenggara Pemilu memiliki beban yang berat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved