Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Kekayaan Alam

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
04/2/2017 05:04
Kekayaan Alam
(ANTARA)

SETIAP kali berbicara tentang sumber daya alam, kita pantas bersyukur atas berkah yang diberikan kepada bangsa ini.

Di balik rasa syukur, kita pun kemudian sering bertanya, apakah kekayaan alam ini benar-benar merupakan berkah ataukah justru menjadi musibah.

Para pendiri negara ini memimpikan kekayaan alam menjadi modal bagi bangsa ini mencapai kesejahteraan.

Oleh karena itu, di dalam konstitusi dikatakan, kekayaan alam itu dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.

Bagaimana lalu kita menerjemahkan dan mengimplementasikan mimpi para bapak bangsa itu? Di sinilah kita kemudian kehilangan pegangan.

Kita mempunyai persepsi sendiri-sendiri.

Bahkan akhirnya kita melihat aspek kesejahteraan rakyat itu terabaikan.

Itu tecermin dari angka kesenjangan yang semakin melebar.

Sayangnya, ketika berbicara soal kesenjangan yang semakin melebar, kambing hitamnya ialah investor asing.

Padahal, yang lebih membahayakan ialah penerjemahan dari para pemegang kekuasaan yang memberikan pengelolaan sumber daya alam itu kepada kelompok kepentingan mereka saja.

Sekarang ini kita sebenarnya sedang dihadapkan pada ancaman krisis energi.

Kebutuhan energi jauh lebih besar daripada produksi yang bisa kita hasilkan.

Pada 2025 mendatang, kekurangan pasokan energi bisa mencapai 2 juta barel ekuivalen minyak per hari.

Ketika harga minyak rendah seperti sekarang, anggaran negara masih bisa menutupinya.

Akan tetapi, ketika nanti harga minyak bergerak naik, yang menurut perkiraan Wood MacKenzie tahun ini akan bergerak ke US$57 per barel, artinya setiap hari kita harus mengeluarkan devisa Rp2 triliun untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

Satu tahun akan lebih dari Rp700 triliun devisa harus kita keluarkan dan itu berarti dua kali anggaran pembangunan infrastruktur yang tahun ini kita anggarkan.

Kita sebenarnya masih memiliki lebih dari 70 blok minyak dan gas yang bisa dieksplorasi. Namun, dibutuhkan biaya besar untuk kegiatan itu.

Ketika kemampuan pembiayaan nasional terbatas, kita bisa sebenarnya mengundang investor asing untuk berpartisipasi.

Akan tetapi, kita ragu untuk membuat iklim investasi yang menarik orang untuk menanamkan modalnya.

Inilah salah satu contoh kegamangan yang kita hadapi.

Kita lupa untuk menempatkan energi sebagai faktor pendorong pembangunan, bukan lagi sumber penerimaan negara seperti era Orde Baru dulu.

Karena itu bukan lagi sumber penerimaan utama negara, manfaat bagi kesejahteraan rakyat seharusnya dilihat bukan lagi dari nilai rupiah yang didapat, melainkan multiplier effect yang bisa dirasakan rakyat.

Hal yang sama berlaku untuk pengelolaan tambang.

Saudara kita di Papua selama ini hidup dari sektor tambang dan migas.

Satu-satunya tambang yang beroperasi di sana adalah PT Freeport Indonesia, sedangkan blok gas Tangguh ditangani British Petroleum.

Sekarang ada pemikiran untuk mengambil alih 51% kepemilikan saham Freeport seperti tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1/2017.

Tidak ada yang salah dengan keinginan itu.

Namun, semua itu ada tahapannya dan tidak sekali jadi.

Pada masa transisi seperti sekarang, bagaimana nasib warga Papua yang hidupnya bergantung pada kegiatan Freeport?

Dengan larangan ekspor saja, Freeport memutuskan untuk mengurangi produksi menjadi tinggal 40%.

Akibatnya, otomatis akan ada pengurangan kegiatan di lokasi tambang.

Ketika tidak ada alternatif lapangan pekerjaan pengganti, wajar masyarakat di Papua menjadi resah.

Keuangan pemerintah daerah saja sekarang ini langsung terganggu.

Penerimaan negara dari hasil tambang pun langsung menciut.

Ketika hal-hal seperti itu tidak diperhitungkan, yang rusak kredibilitas pemerintah sendiri.

Sekarang ada rencana untuk memberikan izin ekspor konsentrat sementara karena dampak sosial dan ekonominya ternyata terlalu mahal.

Kita perlu membuat definisi baru soal kesejahteraan rakyat dari kekayaan alam agar semua ini tidak menjadi musibah.



Berita Lainnya
  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.