Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
HUKUMAN dikebiri diharapkan efektif menakuti calon pemerkosayang gagah sekalipun. Membayangkan dirinya dikebiri saja kiranya telah membuat gemetar, terlebih bila benarbenar mengalaminya. Hukuman dikebiri ditengarai bukan saja membuat orang kehilangan nafsu seks, melainkan juga kehilangan ‘keperkasaan’. Siapa mau kehilangan ‘keperkasaan’? Katanya, kehilangan ‘keperkasaan’ itu bakal membuat orang merasa kehilangan kedirian sebagai lelaki. Semua itu menyebabkan orang-orang kurang ajar tidak bernafsu memerkosa. Itulah kurang lebih alasan pendukung hukuman kebiri.
Ada dua pilihan cara mengebiri, yaitu kebiri fisik atau kebiri kimiawi. Kebiri fisik kiranya lebih menakutkan daripada kebiri kimiawi. Terlebih, bila ‘umur’ kebiri kimiawi itu hanya untuk 3 bulan, 6 bulan, bahkan 60 bulan (5 tahun), tidak bakal membuat pemerkosa gentar. Bukankah setelah hukuman kebiri 5 tahun dijalani, pemerkosa kembali bersyahwat dan berkemungkinan memerkosa lagi? Karena itu, dari sudut dampaknya, kebiri fisik kayaknya lebih menghunjam tajam untuk menimbulkan efek jera.
Akan tetapi, sebaiknya negara jangan terburu-buru mengambil keputusan perppu perihal kebiri. Kebiri fisik bukan saja dilakukan raja terhadap kalangan dalam istana karena khawatir permaisuri berselingkuh, melainkan juga, maaf, dilakukan peternak babi. Katanya, anak-anak babi berkelamin jantan, umur 2 bulan, segera dikebiri. Akibatnya, mereka tidak lagi melompat-lompat karena syahwat. Kurang gerak itu bikin mereka gemuk. Bertambahnya berat timbangan, memberi nilai tambah ekonomi lebih besar kepada peternak.
Tidak perlu banyak pejantan, cukup satu dua ekor saja. Selebihnya betina, yang diharapkan beranak pinak. Terlahir anak jantan? Lagi-lagi dikebiri. Caranya? Buah zakarnya dibuang. Saya bukan dokter yang paham kebiri fisik ataupun kebiri kimiawi. Saya pun bukan peternak babi. Saya hanya peternak kata-kata melalui forum ini, yang terusik pertanyaan, di manakah peran otak? Apakah setelah dikebiri, otak kriminal untuk memerkosa hilang? Apakah pemerkosaan hanya dilakukan melalui genital, alat kelamin? Bukankah pemerkosaan dapat dilakukan menggunakan alat kelamin buatan, sepanjang otaknya memberi perintah? Sekali lagi, apakah setelah dikebiri, yang bersangkutan masih punya otak kriminal untuk memerkosa?
Babi kiranya tidak punya otak, encer ataupun tumpul, baik untuk kriminal, yaitu berpikir jahat seperti memerkosa, maupun berpikir canggih demi kemajuan peradaban alam semesta di era global. Begitu dikebiri, selesailah urusan syahwat kebinatangannya, tinggal tunggu ‘dikiloin’. Tapi manusia? Apakah syahwat kebinatangan untuk berbuat kriminal, untuk memerkosa, dengan sendirinya ikut hilang dari otak karena dikebiri?
Pertanyaan lain, apakah sistem hukum kita kekurangan hukuman terberat? Faktanya, hukuman terberat tidak dipakai hakim dengan alasan yang benar, tapi tidak benar. Apakah pelaku pemerkosaan di bawah umur masih tepat dipandang sebagai anak-anak. Padahal, kejahatan yang dilakukannya kejahatan orang dewasa? Belum lagi sinyalemen, tidak semua laporan pemerkosaan dilanjutkan, tuntas ditangani polisi. Apalagi, bila polisi ditengarai terlibat pemerkosaan, seperti diduga terjadi di Manado.
Kisah pengebirian babi dan semua pertanyaan itu, khususnya berkaitan dengan neuroscience, bertujuan agar Presiden Jokowi tidak terburuburu mengeluarkan perppu hukuman kebiri. Kita percaya, sebelum mengambil keputusan, Presiden tidak hanya mendengarkan para pembantunya, tapi juga pandangan berbagai disiplin dan otoritas, terutama ahli otak/saraf, apakah kebiri juga berpengaruh pada otak sehingga tidak mampu memberi perintah melakukan pemerkosaan?
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.
ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.
MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?
PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.
SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).
Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved