Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Jus Badudu

Djadjat Sudradjat/Dewan Redaksi Media Grooup
15/3/2016 06:00
Jus Badudu
(ANTARA/Agus Bebeng)

SEANDAIANYA ia menekuni matematika, pelajaran yang ia sukai sejak mula, agaknya Indonesia tak punya ahli bahasa Indonesia terkemuka bernama Jusuf Sjarif Badudu.

Publik Indonesia mengenalnya sebagai Jus Badudu. Bahasa Indonesia, yang kemudian 'terpaksa' ia tekuni, justru membuatnya jatuh cinta.

Di Pulau Jawa, tanah impiannya untuk mengajar, ia menamatkan S-1 di Fakultas Satra Universitas Padjadjaran (1963).

S-2 linguistik ia selesaikan di Leidse Rijksuniversiteit, Leiden, Belanda (1973), dan S-3 di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1975) dengan disertasi berjudul Morfologi Kata Kerja Bahasa Gorontalo.

Jabatan profesor disandangnya (1982) dari almamaternya yang pertama, Unpad, menabalkan kepakarannya dalam ilmu bahasa.

Jus Badudu lahir di Gorontalo, Sulawesi, 19 Maret 1926. Sepekan lagi mestinya ia genap 90 tahun.

Namun, maut menghentikan laju usia sang tokoh kita ini, Sabtu (12/3) malam di RS Hasan Sadikin Bandung.

Jasadnya disemayamkan dengan upacara tentara di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Kota Bandung, sehari kemudian.

"Bangsa Indonesia kehilangan JS Badudu. Sepanjang hidupnya diabdikan untuk bahasa Indonesia. Pengabdiannya jadi teladan kita bersama," kicau Presiden Joko Widodo, di akun Twitter-nya, Ahad silam.

Kita berduka karena perjuangan Jus Badudu yang panjang dan dedikasinya yang tulus pada pendidikan bahasa Indonesia.

Kita mengucapkan selamat berpulang pada tempatnya yang abadi untuk memulai hidupnya yang baru.

Namun, epitafnya yang tertancap di pusara mestinya bukan hanya jadi pengingat namanya, melainkan juga jadi penyebar ajaran-ajarannya.

Nyatanya bahasa Indonesia yang ia bina sejak lama kini kerap 'dihina' bangsanya sendiri.

Dunia dagang dengan para saudagar yang tak tahu makna budaya sendiri seperti tengah mengasingkan bahasa Indonesia.

Tanpa beban mereka gunakan merek dagang bahasa asing untuk mengepung seantero negeri.

Inferioritas itulah penyebabnya. Kota-kota besar di Indonesia pun kini seperti wajah yang kian berproses menjadi asing.

Badudu menekuni pendidikan sejak usia 15 tahun dan mengakhirinya usia 80.

Puluhan buku dan ratusan artikel telah ia tulis.

Beberapa bukunya antara lain Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1993), Kamus Umum Bahasa Indonesia dari revisi kamus Sutan Muhammad Zain (1994), Kamus Serapan Kata-kata Asing (2003), dan Kamus Peribahasa: Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah & Ungkapan (2008).

Ia juga membawakan Siaran Pembinaan Bahasa di TVRI (1977-1979), yang membuat namanya kian kesohor.

Dengan bahasa Indonesia yang ia cintai, ia pun menerima rupa-rupa penghargaan dari negara.

Sebagai pegawai negeri dengan pengabdian, kecakapan, kedisiplinan, dan kesetiaannya selama puluhan tahun ia dianugerahi Satyalancana Karya Satya (1987).

Untuk usahanya yang luar biasa dalam mengembangkan bahasa Indonesia ia diganjar Bintang Mahaputra Naraya (2001).

Sebagai Guru Besar (profesor) Unpad yang yang aktif meningkatkan mutu perguruan tinggi, ia diberi Anugerah Sewaka Winayaroha (2007).

"Dedikasi beliau terlihat dari riwayat mengajarnya," kata Rektor Unpad Tri Hanggono Achmad ketika melepas jenazah almarhum di Masjid Al-Jihad Unpad. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berharap Jus Badudu menjadi teladan. Jus menikah dengan Eva Henriette Alma Koroh, dikaruniai 9 anak, 23 cucu, dan 2 cicit. Sang istri tercinta mendahului berpulang dua bulan silam.

Para pujangga mengamsalkan bahasa ialah pakaian bagi pikiran.

Jika pikiran merusak bahasa, bahasa juga merusak pikiran.

Pikiran yang tak menghargai miliknya sendiri yang paling berharga, bahasa Indonesia yang menyatukan kita, sesungguhnya memang tengah merobek-robek diri sendiri.

Karena itu, kepergian Jus Badudu menjadikan kita kian kehilangan.



Berita Lainnya
  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik