Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Merayakan Anomali

19/8/2025 05:00
Merayakan Anomali
Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

BANGSA Indonesia baru saja merayakan 80 tahun usia kemerdekaan. Beragam perhelatan nan megah ala negara dan perhelatan nan sederhana ala rakyat digelar. Dari kota ke desa menguar pesta kemerdekaan, lepas dari penjajahan.

Semuanya larut dalam kebahagiaan dan sukacita yang mendalam meskipun di balik keriaan itu banyak kenyataan pahit yang harus diterima rakyat. Realitas pahit itu salah satunya diekspresikan dengan tulisan di sebuah kaus pengendara sepeda motor yang viral bergambar bendera One Piece, simbol bajak laut dari serial anime Jepang, 'Hidup cuma Sekali malah Jadi WNI'.

Di tengah kegalauan rakyat untuk menyambung hidup mereka, hari ini makan apa, beragam anomali hadir yang menyesakkan hati rakyat.

Hati mereka terpotek-potek dan teriris-iris.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian anomali adalah ketidaknormalan, penyimpangan dari normal, atau kelainan.

Negara belum bisa melaksanakan kewajibannya sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 bahwa negara di antaranya berkewajiban untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum.

Rakyat masih berjuang memenuhi hak-hak dasar mereka, seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan. Belum lagi rakyat di sejumlah daerah dibebani pajak bumi dan bangunan (PBB) yang 'membagongkan' dari 200% sampai 1.000%.

Kalaupun rakyat bekerja membanting tulang, berangkat kerja dalam kegelapan subuh dan pulang dalam kegelapan malam, gaji yang diterima mereka malah 'bercanda'. Gaji yang diterima dalam sekejap habis. Bagi mereka, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2025 sebesar 5,12% tidak ngaruh.

Berjibun pula anak bangsa ini yang ke sana-kemari membawa map untuk melamar pekerjaan, tetapi tak kunjung didapat. Celakanya, lowongan kerja yang seharusnya jatah minimal lulusan sekolah dasar, seperti PPSU atau pasukan oranye di Jakarta, malah diserbu lulusan sarjana.

Di sisi lain, sejumlah wakil rakyat di Senayan yang kerjanya 'bercanda' alias hanya datang, duduk, dengkur (tidur), atau titip absen, bisa mendapatkan gaji dan fasilitas yang fantastis.

Ada juga wakil menteri yang kerjanya hanya wira-wiri, kadang diwawancarai jurnalis pun emoh, bisa merangkap jabatan sebagai komisaris BUMN.

Artinya, sang wamen bisa memegang double job dan dobel pula penghasilan mereka setiap bulan. Sebanyak 30 wamen menjadi komisaris BUMN. Mirisnya rangkap jabatan wamen terjadi ketika penghematan anggaran dikumandangkan pemerintah.

Di sisi lain, rangkap jabatan wamen itu berpotensi konflik kepentingan sehingga mengganggu terwujudnya good corporate governance (GCG), yakni transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran. Seharusnya jabatan tersebut diberikan kepada ahlinya yang memiliki integritas, bukan bagi-bagi jabatan atau barter politik.

Anomali yang tak kalah membuat miris di tengah defisit APBN 2025 yang terus melebar, target awal sebesar Rp616,2 triliun (2,53% dari produk domestik bruto) menjadi Rp662 triliun (2,78% dari PDB) dan utang luar negeri yang makin menggunung, sebesar US$433,3 miliar atau sekitar Rp7.014,2 triliun, kebocoran anggaran nyaris tak terbendung.

Salah satunya ialah kebocoran dalam penyaluran dana bantuan sosial (bansos). Padahal, pemberian bansos itu merupakan bagian dari kewajiban pemerintah sesuai dengan Pasal 34 ayat (1) UUD 1945.

Pemerintah mengguyur program bansos dan subsidi pada tahun ini sebanyak Rp504,7 triliun. Namun, sebanyak 46% di antaranya salah sasaran.

Perkara salah sasaran penyaluran bansos bukan monopoli pemerintahan Prabowo karena terjadi juga pada hampir setiap pemerintahan di negeri ini.

Salah target bansos acap kali terjadi. Anehnya, tak ada pihak yang merasa bertanggung jawab atas ketidakakuratan sasaran, inclusion error, dan exclusion error. Proses hukum pun nihil.

Mereka yang tidak mengambil pelajaran dari sejarah, kata George Santayana (1863-1952), filsuf dari Spanyol-Amerika, ditakdirkan untuk mengulanginya.

Anomali jangan dirayakan, apalagi diulangi. Tabik!



Berita Lainnya
  • Topeng Arogansi Bopeng Kewarasan

    18/8/2025 05:00

    ADA persoalan serius, sangat serius, yang melilit sebagian kepala daerah. Persoalan yang dimaksud ialah topeng arogansi kekuasaan dipakai untuk menutupi buruknya akal sehat.

  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.