Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Akhirnya Komisaris

11/7/2025 05:00
Akhirnya Komisaris
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan. Di antara sekian kontroversi ihwal itu, kiranya pengangkatan Ade Armando termasuk yang paling kontroversial.

Ade baru saja mendapatkan jabatan empuk di PT PLN Nusantara Power (PLN NP). Di anak perusahaan PLN pada sektor pembangkit tenaga listrik itu, dia masuk jajaran komisaris bersama Suharyono, M Pradana Indraputra, Adam Muhammad, dan Muhammad Syafi'i. Pradana ialah Staf Khusus Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Ada pula Edi Srimulyanti sebagai komisaris utama merangkap komisaris independen.

Seempuk kursi komisaris, kantong Ade tentu akan semakin tebal. Gajinya ratusan juta rupiah. Belum lagi beragam tunjangan lain, THR, dan yang utama tantiem. Bagi kebanyakan rakyat Indonesia, mimpi pun dilarang untuk mendapat penghasilan sebanyak itu saban bulan. Mustahil.

Begitulah Ade akhirnya menjadi komisaris. Dia mendapat kabar penunjukan tersebut pada 2 Juli lalu. Akhirnya? Ya, itulah narasi yang bertebaran di media sosial. Narasi berintonasi negatif, reaksi bernada miring. Doktor ilmu komunikasi dari Universitas Indonesia itu dinilai tak sia-sia menjadi pendukung garis keras kekuasaan selama lebih dari 10 tahun terakhir. Kegigihannya, semangatnya, ketekunannya membela Jokowi dan keluarga dinilai tak percuma, ada hasilnya.

Dulu, saban kali mati-matian membela Jokowi dan trahnya, tiap kali melawan habis-habisan para oposan keluarga Solo itu, netizen selalu berpesan Ade untuk sabar. Sabar menunggu giliran mendapatkan jabatan. Entah menteri, wakil menteri, staf khusus, atau komisaris.

Pesan yang tentu saja merupakan sindiran, nyinyiran. Ade memang terbilang telat mendapat jabatan. Banyak kolega sebarisan yang sudah lebih lama ketiban cuan kekuasaan. Kini, kesabaran itu berbuah manis. Akhirnya. Kata itu sindiran, nyinyiran.

Amat banyak komentar buruk atas penunjukan Ade sebagai komisaris PLN NP. Mereka yang sejak awal berlawanan galak mengecam. Mereka yang dulu teman, sama-sama di barisan Jokowi, tapi kemudian berselisih jalan, tak kalah garang. Saking galaknya, saking garangnya, ada yang menyebut Ade akhirnya menjadi komisaris karena sangat konsisten. Konsisten dalam hal apa? Menjadi penjilat. Duh, begitu burukkah stigma seorang Ade? Sebegitu rendahkah label untuk mantan dosen UI yang kini menjadi politikus PSI itu?

Penjilat ialah sebutan paling hina, sangat nista. Sejak ribuan tahun lalu, filsuf seperti Plato, Aristoteles, Seneca, atau Francis Baron sudah mengingatkan bahaya penjilat. Ia, yang selalu ingin menyenangkan orang lain, terutama pemangku kuasa, dapat merusak integritas dan kebijaksanaan seseorang. Apalagi jika orang yang dijilat memang suka dijilat. Sempurnalah daya rusaknya.

Kembali ke pertanyaan awal, benarkah Ade penjilat sehingga akhirnya menjadi komisaris? Sulit memastikan itu. Yang pasti, Bang Ade memang luar bisa mendukung Jokowi dan keluarganya. Puja-puji kerap kali terlontar dari mulutnya. Dia surplus keyakinan untuk menjuluki Jokowi sebagai presiden terbaik Indonesia.

Tak cuma buat sang bapak, Ade juga menyanjung setinggi gunung Gibran Rakabuming Raka, anak mbarep Jokowi. Kata dia, Gibran yang baru menjabat sekira delapan bulan ialah wakil presiden terbaik sepanjang sejarah. Artinya, Gibran lebih baik ketimbang Bung Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Adam Malik, Try Sutrisno, BJ Habibie, atau wakil-wakil presiden sebelumnya. Hebat, kan?

Lidah tak bertulang. Ade kiranya juga demikian. Dulu, dia luar biasa memusuhi Prabowo. Bahkan, menjelang Pilpres 2024 saat masih pro Ganjar Pranowo, dia membeberkan enam alasan kenapa Prabowo tak layak menjadi presiden. Mulai keterlibatan dalam pelanggaran HAM, hubungannya dengan Cendana, hingga komitmen memberantas korupsi yang diragukan.

Namun, seluruh rakyat negeri ini tahu, Ade berubah haluan. Ganjar ditinggalkan, Prabowo dia jagokan. Alasannya suka-suka dialah. Namanya juga politikus.

Karena itu, tak salah kalau kemudian banyak yang mengaitkan kursi komisaris buat Ade ialah buah dari konsistensinya menjadi fan keluarga Jokowi. Bagaimanapun sang mantan masih berpengaruh. Apalagi ada Gibran sebagai orang nomor dua di Republik ini. Ade akhirnya dapat jabatan tentu juga lantaran berubah sikap mendukung Prabowo.

Perihal kemampuan? Saya, sih, sepakat dengan anggapan kursi mahal itu sekadar menjadi medan bagi-bagi jabatan. Banyak banget, kok, orang yang tak jelas kapasitas dan kapabilitasnya ujug-ujug jadi komisaris.

Pendukung bisa menjadi fan, fan cenderung menjadi pemuja, dan pemuja dapat menjadi penjilat. Apakah Ade demikian? Banyak yang menuduhnya begitu. Tentu dia membantah. Itu haknya.

Terlepas dari kasus Ade, ada pitutur untuk tak menjadi penjilat. Dalam lagunya, Nak-2, legenda hidup Iwan Fals membuat satire luar biasa tajam. Begini petikan liriknya:

'...Sekolahlah biasa saja

Jangan pintar-pintar percuma

Latihlah bibirmu agar pandai berkicau

Sebab mereka sangat perlu kicau yang merdu

Sekolah buatmu hanya perlu untuk titel

Peduli titel didapat atau titel mukjizat

( ya ya ya ya )

Sekolah buatmu hanya perlu untuk gengsi

Agar mudah bergaul tentu banyak relasi

Jadi penjilat yang paling tepat

Kariermu cepat uang tentu dapat

Jadilah Durna jangan jadi Bima

Sebab seorang Durna punya lidah sejuta...'

 



Berita Lainnya
  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.