Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Transformasi Febri

20/3/2025 05:00
Transformasi Febri
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DI kalangan pegiat antikorupsi, Febri Diansyah cukup punya nama. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada itu mulai tenar di Indonesia Corruption Watch (ICW) lalu berkibar saat menjadi corong Komisi Pemberantasan Korupsi alias KPK.

Saat di ICW, terlebih ketika menjadi juru bicara KPK, Febri getol memerangi korupsi. Dia mumpuni meng-counter para pihak yang korupsi. Bagi saya, dia ialah juru bicara terbaik yang pernah dimiliki KPK, bahkan di antara institusi negara. Bolehlah dia disejajarkan dengan Boy Rafli Amar, eks Kadiv Humas Polri.

Darah antikorupsi kiranya mengalir di tubuh Febri. Integritas Febri seperti tanpa batas. Namun, itu dulu. Sekarang? Saya tak tahu. Yang saya tahu, setelah mundur dari KPK, setelah mendirikan kantor hukum bersama teman lamanya di ICW, Donal Fariz, ada perubahan berarti dalam dirinya perihal korupsi.

Sebelumnya dia menjadi lawan tangguh para tersangka korupsi dan pengacara mereka, tetapi Febri kini bersulih posisi. Setidaknya dua kali dia justru menjadi pendamping mereka yang terlibat dalam perkara korupsi. Setelah menjadi benteng KPK dalam menghadapi serangan koruptor dan gerombolannya, Febri berbalik peran. Paling tidak dua kali dia berada di barisan 'penyerang' KPK.

Pertama ialah tatkala dia menjadi pengacara mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam kasus dugaan pemerasan terhadap eselon satu di Kementan. Dia mendampingi SYL di tahap penyelidikan dan sebagian penyidikan. Dia mendapatkan kuasa dari kliennya itu pada 5 Oktober 2023, tapi dicabut pada November 2023. Febri mundur. Dia tidak ingin SYL terbebani karena dirinya pernah menjadi bagian dari KPK. Dalam perkembangannya, Syahrul terbukti korupsi.

Kendati tak meneruskan pendampingan terhadap Syahrul, langkah Febri itu tetap disesalkan. Para aktivis mengktitik tajam. Publik pun demikian. Ada apa sebenarnya dengan Febri yang juga disorot miring ketika bersedia menjadi pengacara eks Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo dan istrinya, Putri Candrawathi, dalam kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat?

Belum terjawab lunas pertanyaan itu, Febri menulis pertanyaan baru. Pertanyaan yang bahkan jauh lebih rumit untuk dimengerti ketika baru-baru ini dia masuk tim pengacara Sekjen PDIP Hasto Kristyanto. Hasto ialah terdakwa suap dan perintangan penyidikan dalam kasus Harun Masiku.

Pilihan Febri itu lagi-lagi memantik kritik, bahkan kecaman. Mantan penyidik senior KPK, Praswad Nugraha, menilai Febri seperti mengabaikan teror yang dialami tim KPK saat akan menangkap Hasto dan Masiku dalam OTT pada 2020 yang akhirnya gagal. Sebagai mantan insan KPK, kata dia, Febri seharusnya punya tanggung jawab moral dalam mendukung pemberantasan korupsi.

Eks penyidik senior KPK lainnya, Novel Baswedan, tak kalah kecewa. Dia bilang, Febri bukan hanya membela Hasto di persidangan, melainkan juga ingin mengubah persepsi publik terhadap penanganan KPK dalam perkara itu. Dia memberikan satu kata atas langkah Febri, yakni 'kebangetan'.

Kritik datang pula dari Ketua YLBHI Muhammad Isnur. Febri dianggap berbahaya dalam konteks conflict of interest dan kode etik sebagai advokat sebab dia pernah menjadi bagian KPK. Ada beberapa kata dari Isnur untuk Febri. 'Sangat tidak beretika, inkonsisten'.

Febri memang sulit dipahami. Terlalu cupet nalar sebagian orang untuk mencerna apa yang dia lakukan. Bagaimana bisa dia yang dulu lantang melawan korupsi kini malah menjadi pembela terdakwa korupsi. Bagaimana mungkin dia yang dulu berang bukan kepalang karena KPK dilemahkan kini justru mendampingi orang yang disebut-sebut ikut melemahkan KPK.

Karena itu, jika teman-temannya mempertanyakan etika dan moral Febri, rasanya sah-sah saja. Kalau mereka menyebut Febri inkonsisten, juga ada dasarnya. Benar belaka pepatah lidah tak bertulang. Dulu bilang begini, tapi yang dilakukan sekarang begitu. Dulu, saat mendirikan firma hukum bernama Visi Integritas Law Office, Febri berkomitmen tidak akan menangani perkara korupsi. Namun, realitasnya kini?

Saat memperkenalkan diri ke publik, akun Twitter Visi Integritas Law Office pada 30 Oktober 2020 tegas menyatakan akan tetap bergerak di ranah antikorupsi. 'Mengenal VISI.. kami sedang membangun impian adanya sebuah kantor hukum yang tidak hanya memberikan jasa hukum (sebagai advokat/pengacara), tapi juga memperjuangkan ide dan nilai antikorupsi, dan berperan kuat dalam advokasi membela masyarakat yang jadi korban korupsi serta perlindungan konsumen', tulisnya.

Sebagai pengacara, Febri janji tampil beda. 'Namun, banyak pertanyaan, apakah kami akan mendampingi tersangka atau terdakwa KASUS KORUPSI? Jawabannya: TIDAK', begitu cicitnya pada 24 Januari 2021.

Begitulah, lain dulu beda sekarang. Sungguh, saya termasuk yang menyayangkan pilihan Febri. Sama menyayangkannya ketika Denny Indrayana dan eks komisioner KPK Bambang Widjojanto mendampingi mantan Bupati Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Mardani Maming, dalam praperadilan melawan KPK. Pun ketika eks Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah menjadi pembela M Bahalwan, sang tersangka PLTGU Blok 2 Belawan.

Hak Febri menentukan pilihan, hak publik untuk membuat penilaian. Febri kiranya sudah bertranformasi, yang sayangnya tak apik buat upaya pemberangusan korupsi. Kenapa bisa begitu? Karena uang, demi nama? Hanya Tuhan dan dia yang tahu. Atau jangan-jangan memang benar ujar penulis tenar Jepang, Haruki Murakami. Kata dia, terkadang bukan orangnya yang berubah, melainkan topengnya yang lepas.



Berita Lainnya
  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik