Piagam Temasek

05/3/2025 05:00
Piagam Temasek
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

'ONE of the tragic illusions that many countries of the third world entertain is the notion that politicians and civil servants can successfully perform entrepreneurial functions' (Goh Keng Swee, menkeu pertama Singapura).

Kutipan pernyataan Tuan Goh Keng Swee di atas menjadi prinsip dasar pembentukan Temasek Holdings Singapura, sebuah institusi yang sukses mengelola aset negara hingga lebih dari lima dekade. Temasek jadi rujukan dunia. Ia salah satu institusi bentukan negara yang sangat sukses di kancah global.

Kutipan pernyataan menteri keuangan pertama Singapura itu bisa diterjemahkan secara bebas: 'Salah satu ilusi tragis yang dimiliki banyak negara di dunia ketiga ialah anggapan bahwa politikus dan pegawai (aparatur) negara dapat berhasil menjalankan fungsi kewirausahaan'.

Prinsip itu diterapkan secara konsisten saat Singapura mendirikan Temasek. Institusi itu jauh (dijauhkan) dari tangan politikus dan pemerintahan sejak pendiriannya hingga kini. Tujuannya Temasek tidak masuk 'ilusi besar sukses kewirausahaan di tangan politikus dan aparat negara'. Buah dari mempertahankan prinsip itu nyata: Temasek sehat dan sukses.

Ada sejumlah prinsip dasar yang dijadikan semacam 'Piagam Temasek' yang dipeluk teguh dan erat. Isi nilai-nilai pada 'piagam' itu: memberikan keuntungan yang berkelanjutan dalam jangka panjang, melibatkan perusahaan portofolio untuk meningkatkan nilai pemegang saham dan mendukung praktik tata kelola yang baik, berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di tempat beroperasi.

Selain itu, berinvestasi pada potensi manusia, membangun dengan keberanian, dan menjadi katalisator solusi secara keberlanjutan. Dalam menjalankan semua hal itu, Temasek menjalankan prinsip berusaha untuk bersetia pada tata kelola, berbuat benar, dan berbuat baik. Mereka juga punya tekad, 'melakukan hal-hal hari ini dengan memikirkan hari esok'.

Saya sengaja menuliskan nilai-nilai baik dan terbukti dari Temasek itu dengan maksud 'siapa tahu bisa ditiru Danantara'. Akhir bulan lalu, Indonesia punya lembaga investasi negara baru: Danantara. Modal awalnya tembus Rp1.000 triliun dan diproyeksikan bakal mengelola aset lebih dari Rp14.700 triliun. Ambisinya besar, yakni menjadi mesin penggerak ekonomi, sebagaimana Temasek di Singapura.

Namun, optimisme besar itu ditanggapi secara hati-hati oleh publik. Bahkan ada yang ragu-ragu, skeptis, Danantara bisa sebesar, bahkan melampaui, mimpinya. Skeptisisme sebagian kalangan terutama didorong masih lekatnya persinggungan aparatus negara, juga politikus, dengan lembaga pengelola aset dan investasi BUMN itu.

Lembaga dengan komposisi 'kepengurusan' seperti itu, demikian dugaan mereka yang skeptis, bisa jadi malapetaka. Sejarah menunjukkan lembaga yang tidak dijauhkan dari tangan-tangan politik dan kepentingan kekuasaan akan jadi bancakan, lalu tersungkur. Salah satunya 1MDB (1Malaysia Development Berhad). Malaysia bikin 1MDB dengan dalih memajukan ekonomi.

Hasilnya? Miliaran dolar malah nyelonong ke rekening pribadi pejabat tinggi, dipakai untuk membeli properti mewah, lukisan mahal, sampai memproduksi film Hollywood. Akhirnya skandal itu terbongkar, rakyat Malaysia pula yang harus menomboki. Mengapa? Transparansi tidak terjadi, sekelompok elite politik dan pemerintahan memegang kendali, akuntabilitas rendah.

Itu jauh berbeda dari Temasek. Pada 1974, Singapura melahirkan Temasek Holdings. Banyak yang skeptis saat itu dengan mengapungkan pertanyaan, "Apa iya, negara sekecil itu mau mengelola dana triliunan?" Namun, lima dekade kemudian, skeptisisme itu terbukti salah. Temasek kini jadi raksasa investasi dengan portofolio global lebih dari S$400 miliar (sekitar Rp4.600 triliun).

Apa rahasianya? Profesionalisme dan disiplin bisnis, sebagaimana 'manifesto' yang dicetuskan Goh Keng Swee, menteri keuangan pertama Singapura. Temasek enggak diganggu tangan-tangan politik. Mereka investasi di perusahaan yang memang layak. Kalau BUMN yang mereka pegang lelet, ya dilepas. Enggak ada cerita perusahaan merugi terus disubsidi demi menjaga gengsi atau kepentingan kongsi.

Jangan cuma awalnya yang terlihat menjanjikan. Lalu, seiring dengan berjalannya waktu, akibat terlalu banyak intervensi pemerintah, misalnya, membuat lembaga itu kehilangan efektivitasnya. Alih-alih menguntungkan, malah jadi beban negara.

Karena itu, pertanyaannya, apakah Danantara bisa meniru cara yang ditelurkan dalam 'Piagam Temasek'? Apakah ada nyali untuk bilang 'tidak' pada kepentingan politik dan kepentingan kekuasaan yang sempit? Saya, sih, berharap prinsip-prinsip bersetia pada tata kelola yang baik, berusaha yang baik, dan berbuat baik dengan cara-cara yang baik bisa ditegakkan. Semoga.



Berita Lainnya
  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.