Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Belajar dari Koin Jagat

17/1/2025 05:00
Belajar dari Koin Jagat
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/ebet)

BAGAIMANA orang Indonesia memperlakukan ruang-ruang publik? Sebagian jawabannya bisa kita lihat dari topik yang belakangan hangat terkait dengan maraknya permainan Koin Jagat. Lewat permainan berbasis aplikasi tersebut, secara tidak langsung terkonfirmasi bahwa kepedulian sebagian masyarakat untuk menjaga ruang dan fasilitas publik masih minim.

Singkatnya, Koin Jagat ialah permainan berburu koin yang disebar secara fisik maupun virtual di ruang-ruang publik. Koin-koin yang didapatkan itu nantinya dapat ditukarkan dengan uang tunai. Nilainya lumayan, koin perunggu, misalnya, bisa bernilai Rp300 ribu hingga Rp1 juta. Nilai koin perak dan koin emas tentu lebih besar lagi.

Iming-iming hadiah uang sungguhan itulah salah satu yang membuat orang-orang, terutama anak muda, terpancing ikut memainkan Koin Jagat. Bukankah menjadi suatu kenikmatan tersendiri bisa mendapatkan uang dari aktivitas yang sifatnya hiburan seperti bermain gim?

Lagi pula, seperti dikatakan ahli sejarah Johan Huizinga, manusia pada dasarnya ialah makhluk bermain (homo ludens). Lewat bukunya, Homo Ludens: a Study of the Play Element in Culture (1938), Huizinga memperkenalkan konsep homo ludens dalam pengertian bahwa bermain ialah karakteristik yang mendasari budaya dan sifat manusia. Dengan konsep itu, bisa dikatakan naluri bermain merupakan salah satu unsur paling fundamental dalam kebudayaan manusia.

Naluri bermain yang dipunyai setiap manusia itulah yang pada era digital saat ini betul-betul dimanfaatkan para pengembang permainan daring untuk menciptakan gim-gim yang seru, atraktif, dan interaktif. Namun, sayangnya tak cuma itu, banyak pula gim daring yang aneh-aneh, termasuk mempromosikan kekerasan, pornografi, dan lain-lain.

Permainan Koin Jagat mungkin bisa dikategorikan dalam gim yang aneh-aneh itu. Permainannya berbasis virtual, tapi praktiknya sampai mengacak-acak fisik ruang publik. Niatnya mungkin mau memadukan teknologi digital dengan pengalaman nyata dalam perburuan koin, tetapi ujungnya malah menimbulkan dampak buruk karena lokasi yang dipilih penyedia aplikasi untuk 'menyimpan' koin-koin itu berada di area umum.

Contohnya banyak. Dari berita-berita yang kita baca belakangan ini, aktivitas perburuan Koin Jagat, salah satunya membuat kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, menjadi berantakan. Sejumlah fasilitas umum, seperti taman dan lampu penerangan, rusak akibat perilaku pemain. Bahkan paving block sampai dicopotin hanya demi memburu koin-koin itu.

Kawasan Tebet Eco Park di Jakarta Selatan juga kena getah dari permainan itu. Kini, pengelolanya harus memasang pembatas untuk menghindari kerusakan lebih lanjut. Hal yang sama terjadi di Bandung, Surabaya, Bali, dan beberapa kota besar di Indonesia. Mungkin saking jengkelnya, Pemerintah Kota Surabaya sampai memperingatkan masyarakat dengan menyebarkan poster larangan di media sosial dengan pesan 'Stop rusak fasilitas umum hanya untuk berburu koin jagat'.

Begitu banyaknya kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan permainan itu, apalagi yang kena sasaran ialah kepentingan umum, tak salah bila ada orang yang kemudian memelesetkan koin jagat menjadi koin jahat. Sebetulnya, sih, bukan koinnya yang jahat, melainkan pencipta gimnya, para influencer yang mempromosikannya, dan para pemain yang sradak-sruduk dan seenaknya merusak fasilitas publik.

Kini, developer Koin Jagat sudah 'bertobat'. Itu kabar baik. Mereka akan menghapus aktivitas berburu Koin Jagat dan menggantinya dengan Misi Jagat setelah Co-Founder Jagat, Barry Beagen, bertemu dengan Wakil Menkomdigi Angga Raka Prabowo. Misi Jagat, dalam fase awal, katanya akan mendorong perbaikan ruang publik. Itu juga harus diawasi, jangan sampai nanti melenceng lagi jadi misi jahat.

Akan tetapi, dalam konteks yang lebih makro, tentu persoalannya tak cukup selesai di situ. Sedikitnya ada dua problem besar yang mesti menjadi perhatian, terutama oleh negara. Yang pertama terkait dengan pengawasan gim-gim berbasis aplikasi online.

Sudah saatnya Kemenkomdigi lebih proaktif menyisir gim-gim yang berpotensi memunculkan dampak buruk ke masyarakat. Itu setidaknya bisa terindikasi dari gim-gim yang mengandung unsur kekerasan, pornografi, termasuk judi. Jadi, jangan cuma menunggu ekses buruknya viral dulu baru bergerak.

Problem kedua, kembali ke kalimat pembuka tulisan ini soal perlakuan publik terhadap ruang dan fasilitas publik yang masih cenderung abai. Memang, dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan negara 100% karena sesungguhnya penjagaan terhadap ruang dan fasilitas umum merupakan tanggung jawab bersama. Tanggung jawab itu menyebar (defuse responsibility) untuk semua warga.

Namun, sudah menjadi tugas negara untuk terus memberikan edukasi, meningkatkan literasi masyarakat tentang pentingnya keberadaan ruang-ruang publik yang aman dan nyaman. Dengan belajar dari koin jahat, kiranya penting juga bagi negara terus mengerek literasi digital masyarakat sehingga mereka mampu memahami dampak aktivitas online terhadap dunia nyata, termasuk etika bermain gim berbasis lokasi.



Berita Lainnya
  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.