Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
'Seperti hujan yang jatuh tanpa pernah bertanya, harapan selalu datang meski kita tak pernah memintanya' (Sapardi Djoko Damono).
MUNGKIN kita tidak sedang meminta agar harapan itu tiba. Barangkali kita tidak sedang meronta agar kebaikan, bahkan kegemilangan, segera menggamit kita. Seyogianya kita tidak mendesak Tuhan untuk secepatnya memperbaiki hidup kita. Itu semua karena harapan akan datang kendati kita tidak memintanya atau mendesakkannya.
Namun, faktanya, untaian kata-kata sastrawan Sapardi Djoko Damono yang menurut anak sekarang 'bikin merinding' itu sulit ditemukan saat ini, pada waktu-waktu sulit sekarang ini. Setelah tahun berganti, jutaan orang, baik yang terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, baik secara keras maupun berbisik, meminta agar harapan datang dan terjaga.
Mereka menyangsikan bahwa harapan masih seperti hujan yang jatuh ke bumi, masih bisa datang tanpa diminta. Jutaan orang di negeri ini mungkin masih punya dan percaya bahwa harapan itu ada, tapi sinarnya kian meredup. Di lapangan ekonomi, sebagian orang mencoba menjaga harapan dengan bersandar pada keyakinan bahwa 'rezeki Tuhan yang mengatur', atau 'rezeki tidak akan tertukar'.
Namun, angka-angka statistik 'meneror' mereka detik demi detik. Mereka menengok ke kanan dan ke kiri, menoleh ke belakang, para pekerja formal bertumbangan diempas badai pemutusan hubungan kerja (PHK). Ada yang berikhtiar membuka usaha kecil-kecilan dengan membuat beragam produksi, tapi hasilnya tak maksimal diserap pasar.
Barang masih menumpuk karena tidak dibeli. Para konsumen yang biasanya royal membeli hasil produksi kini banyak yang menahan diri. Para konsumen melakukan 'efisiensi'. Mereka sekuat tenaga menjaga agar dompet tidak terus tergerus oleh kebutuhan yang perlu, tapi tidak mendesak. Mereka hanya 'membiarkan' dompet terbuka untuk berbelanja hal-hal yang perlu dan mendesak.
Dengan demikian, terkonfirmasilah keadaan itu dari data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, data di pengujung 2024. BPS melaporkan inflasi 2024 sebesar 1,57% secara tahunan (year on year/yoy). Itulah laju inflasi terendah sejak 1958. Banyak yang mengira inflasi rendah berarti baik. Inflasi rendah sebangun dengan terbitnya harapan.
Namun, belum tentu. Inflasi yang terlalu rendah justru kian mengonfirmasi bahwa daya beli kita yang rontok, akhir-akhir ini, benar adanya. Mengapa bisa begitu? Karena inflasi rendah 2024 terjadi dipicu lesunya permintaan. Permintaan lesu karena daya beli melemah.
Kelas menengah dan mereka yang menuju kelas menengah menahan belanja karena mesti kompromi terhadap isi kantong. Konsumsi rumah tangga memang masih tumbuh, tapi pertumbuhannya mengerut, belum bisa menyamai, apalagi melampaui, angka pertumbuhan sebelum pandemi covid-19.
Sebelum pandemi, konsumsi rumah tangga sanggup tumbuh di atas 5% per tahun. Namun, sejak setahun terakhir, pertumbuhan konsumsi rumah tangga turun naik dan tidak pernah menyentuh 5%. Pertumbuhan konsumsi patut dicermati karena ia merupakan penyangga utama pertumbuhan ekonomi nasional kita. Sektor konsumsi rumah tangga berkontribusi lebih dari separuh bagi pertumbuhan ekonomi.
Di lapangan hukum, sebagian besar masyarakat juga nyaris kehilangan harapan. Hukum kian dirasakan tidak adil dan tidak tegak. Meminjam istilah kolumnis Mahbub Djunaidi, hukum kita 'doyong-doyong'. Doyongnya terlihat kepada orang-orang di 'level atas'.
Bagaimana tidak dikatakan doyong jika ada koruptor pengeruk uang negara hingga Rp300 triliun cuma dihukum penjara 6,5 tahun dan membayar ganti rugi kurang dari 0,1% dari kerugian negara yang ditimbulkan? Masak iya, hukuman penjara itu cuma beda 6 bulan jika dibandingkan dengan vonis atas pencuri sound system mobil di Ambon yang tidak merugikan negara, tapi merugikan orang lain enggak sampai Rp1 miliar.
Kini, setelah menghadapi kepahitan akibat tersungkurnya daya beli, banyak orang juga kena mental karena hukum membikin frustrasi. Ketidakpercayaan terhadap hukum menebal, di tengah isi dompet yang kian menipis.
Karena itu, wajar belaka bila publik curiga, jangan-jangan memang harapan sudah tidak lagi bisa datang seperti hujan. Jangan-jangan, harapan tidak lagi gratis. Harapan muncul jika dijemput, dijanjikan rupa-rupa sesaji dan fasilitas, diminta dengan meronta-ronta.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.
"LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.
SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.
HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved