Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Menguji Jokowi

20/12/2024 05:00
Menguji Jokowi
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KE mana Jokowi akan berlabuh? Bergabung dengan partai yang sudah ada, mendirikan partai baru, atau pilih partai perorangan? Itulah sekuel pertanyaan hari-hari ini setelah PDIP memecatnya.

Bulan madu Jokowi dan PDIP selama dua dekade berakhir. Keanggotaannya sejak 2004 harus disudahi dengan cara yang tidak baik-baik saja. Dipecat frasa yang buruk. Dipecat berarti diberhentikan tidak dengan hormat. Dipecat berarti dianggap melakukan pelanggaran berat yang tak cukup dengan kata maaf, terlebih dia belum pernah minta maaf.

Dalam keputusan yang dibacakan pada Senin (16/12) dinyatakan bahwa sikap, tindakan, dan perbuatan Jokowi selaku kader PDIP yang ditugasi partai sebagai presiden masa bakti 2014-2019 dan 2019-2024 telah melanggar AD/ART partai 2019.

Jokowi juga dinyatakan melanggar kode etik dan disiplin partai lantaran memihak kandidat usungan partai lain di Pilpres 2024. Dia melawan terang-terangan keputusan partai yang mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Jokowi mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Belum cukup, Jokowi dinyatakan telah menyalahgunakan kekuasaannya untuk mengintervensi MK. Itu dinilai sebagai awal rusaknya sistem demokrasi, hukum, dan moral-etika berbangsa bernegara. Pelanggaran Jokowi banyak, juga berat-berat. Putra sulungnya, Gibran, dan menantunya, Bobby Nasution, juga dipecat PDIP. Pertimbangannya serupa.

Pemecatan itu sejatinya tak terlalu mengejutkan. Juga wajar sebab mereka yang dibesarkan PDIP, yang bisa menjadi presiden atau wali kota karena PDIP, justru menjadi musuh politik PDIP. Saya tidak hendak mengatakan siapa yang salah siapa yang benar. Itu urusan mereka, PDIP dan keluarga Jokowi.

Kenapa dipecatnya baru sekarang, padahal pelanggaran sudah terjadi beberapa bulan silam, itu juga urusan PDIP. Benarkah mereka mempertimbangkan martabat Jokowi sebagai presiden sehingga pemecatan tak dilakukan dulu-dulu? Bisa iya, tapi banyak juga yang tak percaya.

Kenapa pula yang dipecat tak kesatria mundur, itu pun urusan Jokowi sekeluarga. Apakah mereka sengaja menunggu dipecat agar terkesan dizalimi demi menarik simpati? Banyak yang menduga demikian.

Apa pun, kemesraan Jokowi dan PDIP sudah usai. Kini pertanyaannya, akan ke mana Jokowi? Pertanyaan itu penting karena suka tidak suka Jokowi ialah tokoh besar dalam perpolitikan Indonesia saat ini. Bukan perkara gampang bagi seseorang memenangi kompetisi wali kota dua periode lalu memimpin Jakarta, dan hanya butuh waktu dua tahun kemudian menjadi presiden. Itulah Jokowi, yang tadinya bukan siapa-siapa melesat menjadi orang paling berkuasa.

Pertanyaan ke mana Jokowi akan berlabuh kian relevan karena dia belum juga mau pensiun. Dia merasa masih produktif dalam percaturan politik. Dia ingin terus unjuk pengaruh. Dia masih demen cawe-cawe.

Jokowi kiranya juga tak ingin membiarkan sang putra, Mas Wapres Gibran, bertualang sendirian. Dia berhasrat anak mbarep-nya itu kelak menjadi orang nomor satu di negeri ini seperti dirinya. Karena itu, harus ada perahu, mesti ada partai politik untuk berkompetisi pada 2029. Jokowi memang bisa terus berpolitik tanpa partai politik, tapi hasilnya pasti jauh dari efektif.

Pertanyaan selanjutnya, haruskah Jokowi mendirikan partai atau bergabung dengan yang sudah ada? Beberapa partai katanya sudah siap menggelar karpet beragam warna buatnya. Gerindra, Golkar, PAN, NasDem, umpamanya. Namun, itu baru pernyataan pribadi per pribadi pengurus. Bisa jadi juga sekadar basa-basi. Belum ada sikap resmi.

Yang pasti, bergabung dengan partai yang sudah eksis ialah cara paling mudah dan murah bagi Jokowi ketimbang mendirikan partai baru. Jangan tanya soal modal Jokowi. Ketokohannya, jaringannya, captive market-nya, logistiknya, cukuplah. Akan tetapi, mendirikan partai tak cukup hanya dengan itu. Perlu kerja ekstra keras dan stamina panjang untuk melahirkan dan membesarkan partainya agar bisa berkompetisi lima tahun mendatang.

Namun, pelaut ulung tak lahir dari laut yang tenang. Inilah kesempatan bagi Jokowi unjuk bukti bahwa dia memang politikus ulung, pemimpin yang punya banyak pengikut. Mendirikan partai ialah caranya. Maukah?

Time will tell. Waktu yang akan menjawab. Setelah dipecat dari PDIP, Jokowi pun bilang biarkan waktu yang menguji. Benar, dia kini diuji apakah memang hebat tanpa partai besar atau sebaliknya, politikus yang cuma bisa eksis karena ada penopang.

 



Berita Lainnya
  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik