Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
DEMOKRASI di negeri ini masih terus menemui ujian dari masa ke masa. Dari penguasa ke penguasa.
Pengalaman buruk berdemokrasi selama Orde Baru belum juga menyadarkan dan menyatukan langkah kita bahwa pascareformasi seharusnya demokrasi berjalan dengan baik, sehat, dan menggembirakan.
Demokrasi yang berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu demos (rakyat) dan kratos (kekuasaan), masih manis di bibir, tetapi pahit dilaksanakan sebagian elite politik dan kekuasaan.
Baca juga : Jadi Mantan Presiden, Enak?
Perjalanan 79 tahun berbangsa dan bernegara setelah lepas dari penjajahan masih jauh dari harapan untuk meraih 'Nusantara baru, Indonesia maju' sesuai dengan tema HUT Hari Kemerdekaan lalu.
Pasalnya, tata kelola penyelengaraan negara belum tegak lurus dengan cita-cita founding fathers dan UUD 1945. Alinea IV Pembukaan UUD 1945 di antaranya menyatakan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ketiga tujuan pemerintahan itu tidak mungkin terwujud apabila kita meninggalkan demokrasi yang menjadi napas kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip demokrasi ialah kesetaraan. Semua warga negara Indonesia memiliki kesamaan di muka hukum (equality before the law). Tidak boleh ada yang melecehkan atau merasa di atas hukum. Hal itu sejalan dengan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945.
Baca juga : Sean Gelael Optimistis Raih Podium di Sao Paolo
Kesetaraan tak hanya dalam aspek hukum, aspek lainnya sama dan sebangun harus setara, seperti kebebasan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, sebagaimana Pasal 28E ayat 3 UUD 1945.
Kesetaraan ialah harga mati dalam negara demokrasi. Terlebih Indonesia yang memiliki keragaman suku, agama, kepercayaan adat istiadat, bahasa, dan sebagainya, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
Siapa pun punya hak hidup dan berkembang di bawah naungan Pancasila sebagai titik temu berbagai perbedaan (kalimatun sawa), mengutip almarhum Cak Nur. Pancasila inilah kekuatan bangsa Indonesia yang tak pernah lekang oleh waktu meskipun dalam aktualisasinya masih perlu penguatan.
Baca juga : SDN 085 Ciumbuleuit dan SDN 043 Cimuncang Raih Podium Teratas
Pilihan para pendiri bangsa untuk memilih jalan republik ketimbang kerajaan dalam sidang kedua Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 10 dan 11 Juli 1945 menunjukkan Nusantara yang sangat kaya hanya bisa diselamatkan dengan bentuk negara republik, bukan federal, apalagi monarki (kerajaan).
Alhasil, Pasal 1 UUD 1945 menyebutkan ayat (1) Negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk republik dan ayat (2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Walakin, pengelolaan sebagai negara demokrasi tidak semata berdasarkan hukum. Norma etika juga harus dikedepankan sesuai dengan Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
Baca juga : Semangat Juang Jadi Modal bagi Nizar Raih Podium Bali Trail Run Ultra 2024
Dalam ketetapan itu disebutkan bahwa pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportivitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan, serta martabat diri sebagai warga bangsa.
Kini, demokrasi di persimpangan jalan. Dua periode Presiden Joko Widodo memimpin Republik ini dan sebentar lagi akan menanggalkan singgasana empuk kekuasaan, tidak memiliki kemajuan. Demokrasi sekadar berjalan secara prosedural, tetapi substansi demokrasi masih jauh tersemai.
Kebanggaan kita sebagai bangsa tidak sekadar Indonesia menjadi negara demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika dan India. Pesta demokrasi, yakni pemilihan presiden dan pemilihan legislatif yang baru berlalu, memang berlangsung dengan sukses.
Namun, di balik itu semua, praktik politik kotor, seperti politik uang, intimidasi, dan mobilisasi, yang dilakukan kelompok tertentu secara de facto berjalan secara sistematis, masif, dan terstruktur (SMT) meskipun putusan Mahkamah Konstitusi mementahkan hal tersebut.
Demokrasi substantif meniscayakan akuntabilitas, transparansi, partisipasi, serta checks and balances.
Indeks demokrasi dan indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia di era Presiden yang memiliki nama kecil Mulyono ini jeblok. Freedom House menyebut indeks demokrasi Indonesia turun dari 62 poin ke 53 poin pada 2019-2023. Demikian pula IPK Indonesia yang jalan di tempat dengan skor 34 pada 2022-2023.
Demokrasi berjalan semau gue, menang-menangan dengan prinsip homo homini lupus ala Il Principe (Sang Pangeran). Di tengah kemuraman berdemokrasi menjelang Jokowi lengser, pembubaran, perusakan, dan kekerasan pada diskusi Diaspora di Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (28/9), menambah muram potret demokrasi di Tanah Air.
Meski pihak berwenang sudah menetapkan sejumlah tersangka, sebagian pihak pesimistis aparat Bhayangkara mampu mengungkap pemberi order alias sang dalang aksi barbar tersebut, sebagaimana kasus-kasus yang bernuansa politis lainnya. Tabik!
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.
ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.
MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?
PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.
SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).
Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved