Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Dokter di Balik Harga Obat Mahal

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
15/7/2024 05:00
Dokter di Balik Harga Obat Mahal
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor. Impor tersebut berasal dari Tiongkok sebanyak 70%, India 20%, dan sisanya dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Adakah faktor dokter di balik harga obat mahal?

Mahalnya harga obat menjadi perhatian Presiden Joko Widodo yang memimpin rapat terkait dengan relaksasi pajak untuk industri kesehatan di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (2/7). Hadir, antara lain, Menkes Budi Gunadi Sadikin, Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Menkeu Sri Mulyani Indrawati.

Arahan Presiden Jokowi sangat jelas. Ia meminta supaya harga alat kesehatan dan obat-obatan produksi dalam negeri bisa sama dengan produk impor. Presiden juga meminta supaya industri farmasi dan industri alat kesehatan dalam negeri bisa dibangun.

Industri farmasi sebenarnya sudah tumbuh subur. Data dari Kementerian Perindustrian (2021), pada periode 2015-2019, industri farmasi dalam negeri telah bertambah sebanyak 132 industri baru, yakni dari sejumlah 198 industri pada 2015 meningkat menjadi 230 industri pada 2019.

Industri bahan baku obat juga meningkat dari sejumlah delapan industri pada 2016 menjadi 14 industri pada 2019. Seluruh industri tersebut terbagi menjadi tiga jenis perusahaan, yaitu badan usaha milik negara (BUMN), swasta domestik, dan perusahaan multinasional. Sebagian besar merupakan perusahaan swasta domestik.

Pertumbuhan industri farmasi yang ada saat ini tidak terlepas dari komitmen yang kuat dari Presiden Jokowi. Presiden telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan pada 8 Juni 2016.

Inpres itu mengatur banyak hal yang bersifat percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan guna mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing industri alat kesehatan dalam negeri melalui peningkatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan.

Problem serius yang mesti segera dipecahkan saat ini ialah memperbanyak industri farmasi yang bergerak pada pengadaan bahan baku obat. Data yang dirilis Badan POM (2021), hanya ada sekitar 5,8% atau 13 industri yang memproduksi bahan baku obat dari seluruh industri farmasi di Indonesia.

Tanpa mendorong pembangunan pabrik bahan baku obat, sebagian besar industri farmasi yang bergerak di sektor hilir hanya mengimpor bahan baku. Akibatnya ialah harga obat tetap mahal. Jangan heran, apalagi pura-pura heran, jika harga obat di Indonesia 500% lebih mahal daripada Malaysia.

Harus jujur diakui bahwa pemerintah punya komitmen kuat, sangat kuat, untuk memberikan obat murah. Komitmen itu sebagai jawaban atas perintah konstitusi bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan negara wajib untuk menyediakannya. Namun, ini masalah utamanya, masih sebatas komitmen, belum berhasil membangun kemandirian bahan baku obat.

Bukan hanya kali ini digelar rapat di Istana Negara untuk membahas harga obat yang mahal. Pada 12 November 2019, Presiden juga menggelar rapat serupa. Ketika itu pemerintah berikhtiar akan memperbaiki regulasi dan iklim investasi industri farmasi sehingga harga obat-obatan bisa dirasakan murah oleh masyarakat.

Tidak itu saja. Pada 21 November 2019, Presiden Jokowi kembali mempersoalkan 95% bahan baku obat masih impor. “Laporan yang saya terima, 95% bahan baku obat masih tergantung pada impor. Ini sudah enggak boleh lagi dibiarkan berlama-lama,” kata Presiden Jokowi saat memberikan pengantar pada rapat terbatas tentang program kesehatan nasional di Kantor Presiden.

Pada saat itu Presiden Jokowi meminta diperbesar skema insentif bagi riset-riset yang menghasilkan temuan obat dan alat kesehatan terbaru dengan harga yang kompetitif jika dibandingkan dengan produk-produk impor.

Sudah lima tahun berlalu, masalahnya tidak kunjung terpecahkan, persoalan yang sama dibahas lagi dalam rapat. Jauh lebih penting lagi jika pemerintah memastikan tidak ada persekongkolan antara pabrik obat dan dokter yang mengakibatkan harga obat melambung tinggi dan pasien sering mendapat resep yang tidak perlu.

Fakta persekongkolan itu menjadi perhatian Komisi Pemberantasan Korupsi. Diduga, harga obat mahal disebabkan adanya biaya promosi yang tinggi dan pemberian gratifikasi kepada dokter dari pabrikan obat akibat persaingan yang tidak sehat.

Karena itulah, dalam Laporan Tahunan KPK 2016 disebutkan bahwa pada 2 Februari 2016, KPK bersama Kementerian Kesehatan dengan menggandeng sejumlah organisasi kesehatan dan perusahaan farmasi membahas pengaturan sponsorship dari pihak farmasi kepada rumah sakit dan para dokter tenaga kesehatan.

Ada delapan poin kesepakatan. Poin ketiga menyebutkan pemberian sponsorship tidak boleh memengaruhi independensi dokter dan tidak dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan penulisan resep atau anjuran penggunaan obat serta tidak diberikan kepada individu dokter. Kiranya para dokter memegang teguh kesepakatan itu sehingga tidak dikait-kaitkan dengan harga obat yang selalu mahal.



Berita Lainnya
  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.