Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
PERBINCANGAN tentang Ethiopia kembali trending akhir-akhir ini. Setelah empat dekade orang membicarakan negara di Benua Afrika itu karena kelaparan sangat parah, perang antarkelompok, dan hal ihwal terkait dengan kemiskinan ekstrem yang melanda, kali ini orang dibuat kaget karena perkembangan yang menakjubkan secara ekonomi dan capaian-capaian lainnya di Ethiopia.
Dulu, Ethiopia benar-benar berbeda. Lintasan dalam pikiran generasi kelahiran 1970-an tatkala mendengar kata Ethiopia pasti lekat dengan soal kemiskinan, kelaparan, pengangguran, kekerasan, perang saudara, dan sederet persepsi negatif lainnya. Memori kolektif generasi saya tentang Ethiopia juga terwakili secara pas dari penggalan lirik lagu yang diciptakan Iwan Fals:
'Selaksa doa penjuru dunia. Mengapa tak ubah bencana. Menjerit Afrika. Mengerang Ethiopia.'
Bencana kelaparan di Ethiopia saat itu mengundang solidaritas global, termasuk Indonesia yang pada 1980-an sedang menikmati booming pangan beras. Melalui badan PBB FAO, Indonesia mengirim bantuan 100 ribu ton gabah dan uang sebesar US$25 ribu pada 1987. Banyak kalangan bahkan menyimpulkan Ethiopia akan hilang sebagai negara akibat kelaparan dan kemiskinan ekstrem itu.
Namun, kini, negara berpenduduk lebih dari 112 juta jiwa itu berubah drastis. Ethiopia melesat secara ekonomi dan memiliki kemandirian pangan (sesuatu yang kontras sejak '80-an hingga awal 2000-an). Dalam kurun sembilan tahun terakhir, ekonomi Ethiopia tumbuh lebih dari 8%, bahkan pernah mencapai lebih dari 10% dalam beberapa tahun.
Pada 2000, orang masih membicarakan Ethiopia karena kelaparan, perang saudara, dan kemiskinan. Ketika itu, pendapatan per kapita Ethiopia cuma US$350. Namun, kurang dari dua dekade kemudian, pendapatan per kapita penduduk negeri yang tidak pernah dijajah itu melesat 800% menjadi lebih dari US$2.800.
Itulah mengapa informasi soal membubungnya capaian Ethiopia itu menjadi viral akhir-akhir ini. Video wajah ibu kota Addis Ababa yang terus bersolek berseliweran di media sosial, menggantikan gambar-gambar usang lalat-lalat yang mengerubungi tubuh-tubuh jelata kelaparan.
Ethiopia kini menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi sekaligus dengan pemerataan yang menakjubkan. Data Bank Dunia menunjukkan kemiskinan turun drastis. Pada 2000, angka kemiskinan 44%. Pada 2011 turun menjadi 30%.
Sebaliknya, tingkat harapan hidup naik. Pada 2000, usia harapan hidup hanya 52 tahun, lalu sejak 2017 naik menjadi 66 tahun. Indikator perbaikan lainnya ialah angka kematian bayi juga berkurang 50% selama periode tersebut.
Food sustainability index menjadikan Ethiopia sebagai negara adidaya pertanian dan ketahanan pangan, menempati urutan ke 12 di dunia, setingkat di bawah Amerika Serikat di urutan ke 11. Pada saat yang sama, Indonesia yang dulunya negeri berswasembada pangan dan membantu beras untuk Ethiopia kini malah menjadi negeri nett importir untuk beberapa komoditas pertanian.
Kini, banyak yang bertanya, kok, bisa Ethiopia melesat dalam kurun singkat? Semua kisah mengilap Ethiopia itu terjadi karena sejumlah musabab, terutama karena tata kelola pemerintahan yang baik, populasi usia produktif terbesar di Afrika, optimalisasi dan modernisasi sektor pertanian, modernusasi sektor jasa, serta lain-lain.
Di bidang pemerintahan, Ethiopia bersyukur karena memiliki seorang perdana menteri yang 'sudah selesai dengan dirinya sendiri'. Sejak memimpin pemerintahan pada 2018, Perdana Menteri Abiy Ahmad Ali melakukan sejumlah reformasi dan rekonsiliasi yang sukses mempersatukan Ethiopia.
Peraih Nobel Perdamaian 2019 itu percaya bahwa jalan demokrasi dan resolusi konflik akan kian memacu kesejahteraan Ethiopia secara lebih 'langgeng'.
Begitu dilantik sebagai perdana menteri, Abiy segera melakukan upaya untuk membawa perubahan dramatis dalam memperkuat proses demokrasi, meningkatkan perekonomian, dan menyelesaikan konflik perbatasan yang berkepanjangan antara negaranya dan Eritrea. Pada tahun pertama ia memerintah, ribuan tahanan politik dibebaskan dan beberapa kelompok oposisi dikeluarkan dari daftar organisasi pemerintah yang dianggap sebagai kelompok teroris. Dia kemudian menandatangani perjanjian damai dengan salah satu kelompok tersebut yang dirancang untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lebih dari 30 tahun di negara tersebut.
Langkah-langkah untuk mendorong investasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga diumumkan. Abiy membentuk kabinet baru, yang menonjol bukan hanya karena ukurannya yang lebih kecil, melainkan juga karena jumlah perempuan yang ditunjuk oleh Abiy separuh dari total anggota kabinet. Itu kali pertama pemerintahan di Ethiopia memiliki kabinet yang seimbang secara gender.
Ethiopia memberi pelajaran penting bahwa langkah elite untuk memilih demokrasi yang diperkuat, pendidikan yang diperbaiki, dan kesehatan yang ditingkatkan membuat negeri yang pernah diramal bakal punah itu justru melesat. Saya tidak tahu apa maksud para netizen memviralkan kisah sukses Ethiopia itu. Apakah hendak membandingkan dengan kondisi di negeri ini? Entahlah.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.
"LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.
SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.
HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.
ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved