Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Menyembelih Kemunafikan

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
21/6/2024 05:00
Menyembelih Kemunafikan
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

HARI Raya Idul Adha 1445 Hijriah baru saja lewat. Akan tetapi, kiranya nilai dan semangat Idul Kurban tetap punya arti penting saat ini hingga nanti. Salah satunya ialah kita sebagai manusia membuang jauh-jauh sifat kebinatangan dan terus mengedepankan sifat kemanusiaan.

Menyembelih sifat kebinatangan, itulah salah satu nilai yang kerap ditekankan dalam khotbah Idul Adha. Itu pula yang disampaikan Hasyim Asy'ari saat menjadi khatib salat Idul Adha di Lapangan Pancasila Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah, Senin (17/6).

Hasyim orang penting. Dia Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), institusi yang bertanggung jawab atas baik-buruknya penyelenggaraan pemilu dan pilkada. Pileg dan pilpres sudah usai yang sayangnya diiringi banyak penilaian buruk, bahkan dianggap yang terburuk. Adapun pilkada sedang berproses untuk berpuncak pada pencoblosan, November mendatang.

Soal agama, Hasyim bukan orang biasa. Dia aktif di ormas Nahdlatul Ulama (NU) yang pemahamannya tentang Islam tidak sembarangan. Jemaah yang ambil bagian dalam salat Idul Adha di Simpang Lima pun tak semuanya rakyat kebanyakan. Ada orang-orang penting, bahkan yang paling penting di negeri ini, yakni Presiden Jokowi.

Ceramah sang khatib pun begitu mengena, isinya berkorelasi tinggi dengan kehidupan bernegara hari-hari ini. Dalam khotbahnya, Hasyim berbicara soal sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia. Dia menyebut sifat mementingkan diri sendiri hingga sifat sombong. Sifat yang menganggap bahwa hanya golongannya yang selalu benar serta memperlakukan sesamanya atau selain golongannya sebagai musuh.

Sifat kebinatangan lain yang diutarakan Hasyim ialah selalu curiga, menyebarkan isu yang tidak benar, fitnah, rakus, dan tamak. Pun dengan ambisi yang tidak terkendalikan, tidak mau melihat kenyataan hidup, tidak mempan diberi nasihat, dan tidak mampu mendengar teguran. Sifat-sifat tercela itu, jika terus dipelihara dan bercokol dalam diri seseorang, akan membawa ketidakstabilan dalam hidup dan ketidakharmonisan dengan lingkungan.

Sifat-sifat tersebut, demikian Hasyim menambahkan, akan memudahkan jalan bagi terciptanya perpecahan. Karena itu, Islam dalam ajaran kurbannya menghendaki setiap muslim mau mengorbankan sifat-sifat itu agar kestabilan dan ketenteraman hidup dalam masyarakat serta kedamaian antarsesama dapat diwujudkan.

Apa yang membedakan manusia dan binatang? Dari perspektif sains, manusia ialah binatang. Manusia masuk keluarga besar kingdom of animalia. Manusia ialah binatang bertulang belakang, lebih mengerucut lagi manusia dikelompokkan sebagai mamalia, manusia ialah primata, manusia ialah kera. Kita termasuk hominid, kita ialah Homo sapiens.

Dalam sudut pandang linguistik, manusia ialah binatang yang berbicara, yang dari bicara itu kemudian menjadi bahasa. Secara biologis, manusia ialah makhluk yang memiliki dua kaki, dua tangan, dua mata, dua telinga, berjalan, melahirkan, dan lain sebagainya. Itu sama dengan beberapa binatang lainnya.

Namun, terdapat perbedaan mendasar antara manusia dan binatang.

Kata Imam Al-Ghazali, manusia punya akal, al-insanu hayawanun nathiq, sedangkan binatang tidak. Karena berakal, semestinya manusia tak hidup dengan sifat-sifat binatang, tidak serakah, tidak rakus, tidak tamak, manut saat diberi nasihat, luruh ketika ditegur. Selayaknya, manusia menjunjung tinggi nilai-nilai, moral, etika, juga patuh pada paugeran. Tidak semena-mena, tidak semaunya mentang-mentang bergelimang harta atau kuasa.

Belakangan di negeri ini, katanya moral dan etika telah menjadi barang superlangka. Ia tak lagi penting bagi para penghamba uang dan kuasa. Termasuk di mata sejumlah pemimpin institusi negara yang seharusnya meninggikan moral dan etika. Akhir-akhir ini, konon kerakusan, ketamakan, dan keserakahan merajalela. Ada yang gelojoh, menjadi budak nafsu untuk mendapatkan lebih banyak daripada yang diperlukan.

Sudah begitu parahkah bangsa ini dalam berbangsa? Banyak yang mengiakan, tidak sedikit yang mengamini. Oleh sebab itu, kiranya pas betul khotbah Hasyim akan pentingnya menyembelih sifat-sifat kebinatangan. Pertanyaannya, oleh dan kepada siapa nilai-nilai itu mesti disampaikan?

Dalam statusnya, teman saya mengaku diingatkan temannya tentang sajak 'Presiden Penyair' Sutardji Calzoum Bachri setelah seorang pemimpin lembaga negara berceramah di Idul Adha. Sajak itu berjudul Para Munafik Ismail (2005). Begini baitnya.

Para ismail yang munafik

bergegas menyodorkan leher

''sembelihlah kami''

 

Ibrahim yang hanif bilang

-tak, kalian tak boleh mati!

agar menjadi pertanda biar umat waspada.



Berita Lainnya
  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.