Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
ASAP tebal rapat mengurung
Jeritan yang panjang, rintihan yang dalam
Derak yang terbakar, dia tak diam
Bertanya kepada-Nya, "Mesti apalagi?"
Semua tlah dikerjakan tak ada yang tertinggal
Geladak makin terbenam, harapan belum pudar
Masih ada yang ditunggu mukjizat dari-Nya
Atau bila segalanya harus selesai
Pasrah terserah kepada-Nya
Dia nampak duduk terpekur tengah berdoa
Ia hadirkan semua putranya, ia pamitan
Tanggung jawab yang ia junjung dan rasa kemanusiaan
Ia telah bersumpah selamatkan semua
Ia rela berkorban jiwa dan raga
Di tengah badai pusaran air tegak bendera
Ia tlah gugur begitu jantan, ia pahlawan
Pengorbanannya patut dikenang, jasa-jasanya pantas dicatat
Taburkanlah kembang di atas kuburnya
Berbelasungkawa bagi pahlawan.
Penggalan lirik lagu Sebuah Tragedi 1981 karya Ebiet G Ade itu didedikasikan oleh sang empunya lagu untuk Kapten Abdul Rivai. Kapten Rivai gugur hampir empat setengah dekade lalu. Ia nakhoda kapal Tampomas II yang tenggelam bersama 450 lebih penumpang di perairan Masalembo, Sulawesi, setelah kapal itu terbakar hebat selama lebih dari 30 jam pada 26 Januari 1981.
Sosok Kapten Abdul Rivai yang tabah dan setia hingga akhir hidupnya menjadi cerminan utuh tentang bagaimana layaknya seorang pemimpin bersikap kesatria dan rela berkorban bagi orang lain. Ia teladan sebuah pengorbanan. Ia punya kesempatan untuk selamat dengan cara 'lari dari tanggung jawab seorang nakhoda'. Akan tetapi, ia pantang melakukan itu.
Sejak awal kapal terbakar kurang lebih 30 jam, Kapten Abdul Rivai dengan tenang membagikan pelampung bagi penumpang yang takut terjun ke laut. Seperti yang dituliskan oleh jurnalis kenamaan Bondan Winarno dalam buku Neraka di Laut Jawa: Tampomas II, Kapten Abdul Rivai menolak 'lari dari tanggung jawab'.
"Sebaiknya kita turun, Kep," kata seorang awak kapal yang berada di dekatnya.
"Buat apa kita turun kalau semua penumpang belum selamat?" sahut sang Kapten.
Hingga detik-detik akhir menjelang tenggelam, Kapten Abdul Rivai masih menolong beberapa penumpang perempuan. Seusai menolong, ia melambaikan tangannya dan masuk kembali ke dalam kapal demi kembali berikhtiar menyelamatkan orang lain.
Lalu, pada 26 Januari 1981, Tampomas II yang terbakar hebat itu akhirnya tenggelam di perairan Masalembo, bersama sang nakhoda Kapten Abdul Rivai. Jasad Kapten Abdul Rivai sudah tak dikenali lagi dan sempat dimakamkan secara massal dengan korban Tampomas II lainnya. Hingga kemudian nakhoda KM Sonne yang terlibat dalam pencarian mengungkap keberadaan jasad Kapten Abdul Rivai. Identitasnya terkuak berkat tanda cincin bertuliskan 'Hasanah' yang merupakan nama istrinya.
Lalu, pada Senin siang yang mendung, jasad Kapten Abdul Rivai dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan upacara militer. Namanya dipahat dengan pahatan emas sebagai teladan pengorbanan seorang pemimpin, yang akhir-akhir ini dirasakan kian langka.
Bila di Indonesia ada Kapten Abdul Rivai yang memberi pelajaran moral paling berharga dari tenggelamnya sebuah kapal, sejumlah bilioner juga memberi pelajaran serupa dari tenggelamnya kapal 'legendaris' Titanic.
Seperti yang dituliskan Hamid Basyaib di akun media sosialnya, John Jacob Astor IV, misalnya, berada di Titanic ketika kapal itu karam dan akhirnya tenggelam di Samudra Atlantik Utara (1912). Uang di rekening banknya disebut-sebut cukup untuk membangun 30 kapal supermewah itu.
Namun, ketika menghadapi ancaman kematian, John yang saat itu berusia 48 tahun memilih apa yang dianggapnya secara moral benar. Ia menyerahkan tempatnya di sekoci untuk menyelamatkan dua anak kecil yang ketakutan, yang tak dikenalnya.
Miliuner Isidor Straus, 67, pemilik Macy’s, jaringan toserba terbesar di Amerika, yang juga berada di Titanic, berkata, “Saya tidak akan pernah masuk ke dalam sekoci sebelum orang lain."
Istrinya, Ida Straus, juga menolak untuk naik ke sekoci. Ia memberikan tempatnya kepada pembantu barunya, Ellen Bird. Ia memutuskan untuk menghabiskan saat-saat terakhir hidupnya bersama sang suami.
Orang-orang superkaya ini lebih memilih untuk melepaskan kekayaan, bahkan nyawa, daripada mengorbankan prinsip moral mereka. Pilihan mereka yang mendahulukan nilai-nilai moral, kata penulis Paulyn Pickle, menunjukkan kecemerlangan peradaban manusia dan sifat manusia.
"Mereka yang berpikir, bersikap, dan bertindak sebaliknya, tentu menimbulkan dampak sebaliknya pula pada peradaban umat manusia," tulis Hamid.
Saya tersentak untuk mengumpulkan teladan pengorbanan dari peristiwa tenggelamnya kapal-kapal itu lewat jahitan tulisan di forum ini, seraya berharap siapa tahu masih bisa kita temukan teladan baru dari para pemimpin di antara 'tumpukan jerami' keusangan hal-hal baik.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.
"LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved