Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Teladan Pengorbanan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
19/6/2024 05:00
Teladan Pengorbanan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

ASAP tebal rapat mengurung

Jeritan yang panjang, rintihan yang dalam

Derak yang terbakar, dia tak diam 

Bertanya kepada-Nya, "Mesti apalagi?"

Semua tlah dikerjakan tak ada yang tertinggal

Geladak makin terbenam, harapan belum pudar

Masih ada yang ditunggu mukjizat dari-Nya

Atau bila segalanya harus selesai

Pasrah terserah kepada-Nya

Dia nampak duduk terpekur tengah berdoa

Ia hadirkan semua putranya, ia pamitan

Tanggung jawab yang ia junjung dan rasa kemanusiaan

Ia telah bersumpah selamatkan semua

Ia rela berkorban jiwa dan raga

Di tengah badai pusaran air tegak bendera

Ia tlah gugur begitu jantan, ia pahlawan

Pengorbanannya patut dikenang, jasa-jasanya pantas dicatat

Taburkanlah kembang di atas kuburnya

Berbelasungkawa bagi pahlawan.

 

Penggalan lirik lagu Sebuah Tragedi 1981 karya Ebiet G Ade itu didedikasikan oleh sang empunya lagu untuk Kapten Abdul Rivai. Kapten Rivai gugur hampir empat setengah dekade lalu. Ia nakhoda kapal Tampomas II yang tenggelam bersama 450 lebih penumpang di perairan Masalembo, Sulawesi, setelah kapal itu terbakar hebat selama lebih dari 30 jam pada 26 Januari 1981.

Sosok Kapten Abdul Rivai yang tabah dan setia hingga akhir hidupnya menjadi cerminan utuh tentang bagaimana layaknya seorang pemimpin bersikap kesatria dan rela berkorban bagi orang lain. Ia teladan sebuah pengorbanan. Ia punya kesempatan untuk selamat dengan cara 'lari dari tanggung jawab seorang nakhoda'. Akan tetapi, ia pantang melakukan itu.

Sejak awal kapal terbakar kurang lebih 30 jam, Kapten Abdul Rivai dengan tenang membagikan pelampung bagi penumpang yang takut terjun ke laut. Seperti yang dituliskan oleh jurnalis kenamaan Bondan Winarno dalam buku Neraka di Laut Jawa: Tampomas II, Kapten Abdul Rivai menolak 'lari dari tanggung jawab'.

"Sebaiknya kita turun, Kep," kata seorang awak kapal yang berada di dekatnya.

"Buat apa kita turun kalau semua penumpang belum selamat?" sahut sang Kapten.

Hingga detik-detik akhir menjelang tenggelam, Kapten Abdul Rivai masih menolong beberapa penumpang perempuan. Seusai menolong, ia melambaikan tangannya dan masuk kembali ke dalam kapal demi kembali berikhtiar menyelamatkan orang lain.

Lalu, pada 26 Januari 1981, Tampomas II yang terbakar hebat itu akhirnya tenggelam di perairan Masalembo, bersama sang nakhoda Kapten Abdul Rivai. Jasad Kapten Abdul Rivai sudah tak dikenali lagi dan sempat dimakamkan secara massal dengan korban Tampomas II lainnya. Hingga kemudian nakhoda KM Sonne yang terlibat dalam pencarian mengungkap keberadaan jasad Kapten Abdul Rivai. Identitasnya terkuak berkat tanda cincin bertuliskan 'Hasanah' yang merupakan nama istrinya.

Lalu, pada Senin siang yang mendung, jasad Kapten Abdul Rivai dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan upacara militer. Namanya dipahat dengan pahatan emas sebagai teladan pengorbanan seorang pemimpin, yang akhir-akhir ini dirasakan kian langka.

Bila di Indonesia ada Kapten Abdul Rivai yang memberi pelajaran moral paling berharga dari tenggelamnya sebuah kapal, sejumlah bilioner juga memberi pelajaran serupa dari tenggelamnya kapal 'legendaris' Titanic.

Seperti yang dituliskan Hamid Basyaib di akun media sosialnya, John Jacob Astor IV, misalnya, berada di Titanic ketika kapal itu karam dan akhirnya tenggelam di Samudra Atlantik Utara (1912). Uang di rekening banknya disebut-sebut cukup untuk membangun 30 kapal supermewah itu.

Namun, ketika menghadapi ancaman kematian, John yang saat itu berusia 48 tahun memilih apa yang dianggapnya secara moral benar. Ia menyerahkan tempatnya di sekoci untuk menyelamatkan dua anak kecil yang ketakutan, yang tak dikenalnya.

Miliuner Isidor Straus, 67, pemilik Macy’s, jaringan toserba terbesar di Amerika, yang juga berada di Titanic, berkata, “Saya tidak akan pernah masuk ke dalam sekoci sebelum orang lain."

Istrinya, Ida Straus, juga menolak untuk naik ke sekoci. Ia memberikan tempatnya kepada pembantu barunya, Ellen Bird. Ia memutuskan untuk menghabiskan saat-saat terakhir hidupnya bersama sang suami.

Orang-orang superkaya ini lebih memilih untuk melepaskan kekayaan, bahkan nyawa, daripada mengorbankan prinsip moral mereka. Pilihan mereka yang mendahulukan nilai-nilai moral, kata penulis Paulyn Pickle, menunjukkan kecemerlangan peradaban manusia dan sifat manusia.

"Mereka yang berpikir, bersikap, dan bertindak sebaliknya, tentu menimbulkan dampak sebaliknya pula pada peradaban umat manusia," tulis Hamid.

Saya tersentak untuk mengumpulkan teladan pengorbanan dari peristiwa tenggelamnya kapal-kapal itu lewat jahitan tulisan di forum ini, seraya berharap siapa tahu masih bisa kita temukan teladan baru dari para pemimpin di antara 'tumpukan jerami' keusangan hal-hal baik.



Berita Lainnya
  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.