Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Pemimpin yang Memuliakan Rakyat

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
02/2/2024 05:00
Pemimpin yang Memuliakan Rakyat
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KISAH ini barangkali tak lagi asing, terutama bagi umat Islam, tetapi sangat layak untuk terus kita jadikan etalase keteladanan. Kisah ini ialah contoh terbaik bagaimana seharusnya seorang pemimpin bersikap, berperilaku, dan bertindak. Kisah yang kiranya juga sangat relevan untuk hari-hari belakangan.

Kisah ini meriwayatkan episode kehidupan salah satu sahabat Nabi, Umar bin Khattab. Umar ialah khalifah kedua dari khulafaur rasyidin atau pemimpin yang bijaksana setelah Muhammad. Dia dikenal taat kepada Allah SWT, pemberani, adil, sederhana, amanah, dan sangat memperhatikan rakyatnya.

Alkisah, pada suatu malam menjelang dini hari, Umar melakukan kebiasaan rutinnya, yakni turun ke masyarakat untuk melihat langsung kondisi rakyatnya. Kalau istilah sekarang blusukan. Sesampai di sebuah dusun terpencil, telinga Umar menangkap suara tangis anak kecil. Sebentar berhenti, lalu menangis lagi. Sungguh memilukan hati.

Umar pun mendekati sumber tangisan di sebuah gubuk yang terbuat dari kulit kayu. Dilihatnya seorang ibu di depan tungku seolah sedang memasak. Sesekali si ibu mengaduk panci, sesekali dia membujuk anaknya untuk tidur. "Diamlah wahai anakku. Tidurlah kamu sesaat sambil menunggu bubur segera masak," ucap sang ibu.

Mendengar bujukan ibunya, sang bocah tertidur, tetapi tak lama terbangun dan kembali menangis. Adegan itu terus terulang, lagi dan lagi. Umar yang penasaran kemudian mendekat, lantas mengetuk pintu sambil unjuk salam. Dia tak memperkenalkan diri sebagai khalifah. Dia lebih suka dan sudah terbiasa menyamar sebagai orang biasa.

Umar lalu menanyakan apa yang sedang dimasak si ibu, kenapa pula sang anak terus menangis. Dengan sedih, ibu itu menceritakan bahwa anaknya menangis karena kelaparan dan dia tak punya apa-apa untuk dimasak. Untuk mengelabuhi dan menghibur anaknya, dia merebus sebongkah batu. Dia juga kesal, marah, kepada pemimpinnya. "Celakalah Amirul Mu'minin Umar ibnu Khattab yang membiarkan rakyatnya kelaparan."

Setelah mendengar sumpah serapah ibu itu, Umar pergi dan menangis memohon ampun kepada Allah. Ia merasa ceroboh hingga tak tahu rakyatnya kesusahan. Tanpa pikir panjang dia segera pulang, mengambil sekarung gandum, dan memanggul sendirian untuk diberikan kepada ibu tadi.

Pengawal Umar yang melihat pemimpinnya tergopoh-gopoh membawa karung gandum menawarkan diri membantu, tetapi Umar menolaknya. "Apakah kalian mau menggantikanku menerima murka Allah akibat membiarkan rakyatku kelaparan? Biar aku sendiri yang memikulnya karena ini lebih ringan bagiku ketimbang siksaan Allah di akhirat nanti," jawab Umar.

Umar ialah pemimpin sejati, pemimpin yang sesungguhnya. Pemimpin yang bertabiat pelayan, bukan majikan. Pemimpin yang hiba, tulus, tanpa pamrih apa pun, kala melayani rakyatnya.

Umar memberikan sekarung gandum kepada seorang ibu semata untuk meringankan beban hidup warganya. Dia mengucurkan bantuan atau istilah sekarang bansos bukan karena ada udang di balik bakwan. Dia bukan tipe pemimpin yang suka membajak, apalagi memersonifikasi, sumber daya negara untuk kepentingan pribadi atau keluarganya.

Umar memberikan bansos bukan untuk pencitraan atau lantaran ingin mendapatkan imbalan dukungan demi melanggengkan kekuasaan. Dia tak pernah aji mumpung. Mumpung berkuasa, mumpung bisa melakukan segalanya.

Umar setiap saat berkeliling membantu rakyatnya yang hidup susah. Dia tak perlu menunggu jelang-jelang pemilihan untuk mengucurkan bansos dan beragam program kekhalifahan lainnya.

Umar pun tak pernah merapel bantuan langsung tunai jelang hari-H pemungutan suara demi mendongkrak elektabilitas orang yang didukungnya. Dia juga tak hobi kunjungan ke daerah-daerah hanya untuk menunjukkan seolah peduli dan dekat dengan rakyat, untuk dielu-elukan.

Umar jelas murah hati, amanah, tapi dia tidak ingin disebut sebagai pemimpin yang pemurah, yang amanah. Dia tak perlu membagikan sembako di depan istana lalu diwartakan ke segala penjuru agar orang-orang menjulukinya sebagai orang baik.

Umar suka membantu rakyat, tapi bukan dengan cara menghina. Dia sopan, tak pernah melempar-lemparkan bantuan seolah menikmati ketika rakyatnya beradu badan berebutan. Dia pemimpin yang selalu memuliakan rakyatnya.

Adakah pemimpin di negeri ini yang seperti Umar bin Khattab? Jelang Pilpres 2019, Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri memirip-miripkan gaya kepemimpinan Presiden Jokowi dengan Umar. Katanya, Jokowi dekat dengan rakyat. Pada 2020, perumpamaan serupa disematkan politikus PDIP Arteria Dahlan. Alasannya, Jokowi suka blusukan termasuk malam-malam.

Itu dulu, ketika PDIP masih sebarisan dengan Jokowi. Sekarang? Bisa jadi mereka menyesal setengah mati membuat penganalogian sedahsyat itu. Lagi pula, emangnya Jokowi seperti Umar bin Khattab? Bagaimana pembaca?



Berita Lainnya
  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.