Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Pemimpin yang Memuliakan Rakyat

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
02/2/2024 05:00
Pemimpin yang Memuliakan Rakyat
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KISAH ini barangkali tak lagi asing, terutama bagi umat Islam, tetapi sangat layak untuk terus kita jadikan etalase keteladanan. Kisah ini ialah contoh terbaik bagaimana seharusnya seorang pemimpin bersikap, berperilaku, dan bertindak. Kisah yang kiranya juga sangat relevan untuk hari-hari belakangan.

Kisah ini meriwayatkan episode kehidupan salah satu sahabat Nabi, Umar bin Khattab. Umar ialah khalifah kedua dari khulafaur rasyidin atau pemimpin yang bijaksana setelah Muhammad. Dia dikenal taat kepada Allah SWT, pemberani, adil, sederhana, amanah, dan sangat memperhatikan rakyatnya.

Alkisah, pada suatu malam menjelang dini hari, Umar melakukan kebiasaan rutinnya, yakni turun ke masyarakat untuk melihat langsung kondisi rakyatnya. Kalau istilah sekarang blusukan. Sesampai di sebuah dusun terpencil, telinga Umar menangkap suara tangis anak kecil. Sebentar berhenti, lalu menangis lagi. Sungguh memilukan hati.

Umar pun mendekati sumber tangisan di sebuah gubuk yang terbuat dari kulit kayu. Dilihatnya seorang ibu di depan tungku seolah sedang memasak. Sesekali si ibu mengaduk panci, sesekali dia membujuk anaknya untuk tidur. "Diamlah wahai anakku. Tidurlah kamu sesaat sambil menunggu bubur segera masak," ucap sang ibu.

Mendengar bujukan ibunya, sang bocah tertidur, tetapi tak lama terbangun dan kembali menangis. Adegan itu terus terulang, lagi dan lagi. Umar yang penasaran kemudian mendekat, lantas mengetuk pintu sambil unjuk salam. Dia tak memperkenalkan diri sebagai khalifah. Dia lebih suka dan sudah terbiasa menyamar sebagai orang biasa.

Umar lalu menanyakan apa yang sedang dimasak si ibu, kenapa pula sang anak terus menangis. Dengan sedih, ibu itu menceritakan bahwa anaknya menangis karena kelaparan dan dia tak punya apa-apa untuk dimasak. Untuk mengelabuhi dan menghibur anaknya, dia merebus sebongkah batu. Dia juga kesal, marah, kepada pemimpinnya. "Celakalah Amirul Mu'minin Umar ibnu Khattab yang membiarkan rakyatnya kelaparan."

Setelah mendengar sumpah serapah ibu itu, Umar pergi dan menangis memohon ampun kepada Allah. Ia merasa ceroboh hingga tak tahu rakyatnya kesusahan. Tanpa pikir panjang dia segera pulang, mengambil sekarung gandum, dan memanggul sendirian untuk diberikan kepada ibu tadi.

Pengawal Umar yang melihat pemimpinnya tergopoh-gopoh membawa karung gandum menawarkan diri membantu, tetapi Umar menolaknya. "Apakah kalian mau menggantikanku menerima murka Allah akibat membiarkan rakyatku kelaparan? Biar aku sendiri yang memikulnya karena ini lebih ringan bagiku ketimbang siksaan Allah di akhirat nanti," jawab Umar.

Umar ialah pemimpin sejati, pemimpin yang sesungguhnya. Pemimpin yang bertabiat pelayan, bukan majikan. Pemimpin yang hiba, tulus, tanpa pamrih apa pun, kala melayani rakyatnya.

Umar memberikan sekarung gandum kepada seorang ibu semata untuk meringankan beban hidup warganya. Dia mengucurkan bantuan atau istilah sekarang bansos bukan karena ada udang di balik bakwan. Dia bukan tipe pemimpin yang suka membajak, apalagi memersonifikasi, sumber daya negara untuk kepentingan pribadi atau keluarganya.

Umar memberikan bansos bukan untuk pencitraan atau lantaran ingin mendapatkan imbalan dukungan demi melanggengkan kekuasaan. Dia tak pernah aji mumpung. Mumpung berkuasa, mumpung bisa melakukan segalanya.

Umar setiap saat berkeliling membantu rakyatnya yang hidup susah. Dia tak perlu menunggu jelang-jelang pemilihan untuk mengucurkan bansos dan beragam program kekhalifahan lainnya.

Umar pun tak pernah merapel bantuan langsung tunai jelang hari-H pemungutan suara demi mendongkrak elektabilitas orang yang didukungnya. Dia juga tak hobi kunjungan ke daerah-daerah hanya untuk menunjukkan seolah peduli dan dekat dengan rakyat, untuk dielu-elukan.

Umar jelas murah hati, amanah, tapi dia tidak ingin disebut sebagai pemimpin yang pemurah, yang amanah. Dia tak perlu membagikan sembako di depan istana lalu diwartakan ke segala penjuru agar orang-orang menjulukinya sebagai orang baik.

Umar suka membantu rakyat, tapi bukan dengan cara menghina. Dia sopan, tak pernah melempar-lemparkan bantuan seolah menikmati ketika rakyatnya beradu badan berebutan. Dia pemimpin yang selalu memuliakan rakyatnya.

Adakah pemimpin di negeri ini yang seperti Umar bin Khattab? Jelang Pilpres 2019, Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri memirip-miripkan gaya kepemimpinan Presiden Jokowi dengan Umar. Katanya, Jokowi dekat dengan rakyat. Pada 2020, perumpamaan serupa disematkan politikus PDIP Arteria Dahlan. Alasannya, Jokowi suka blusukan termasuk malam-malam.

Itu dulu, ketika PDIP masih sebarisan dengan Jokowi. Sekarang? Bisa jadi mereka menyesal setengah mati membuat penganalogian sedahsyat itu. Lagi pula, emangnya Jokowi seperti Umar bin Khattab? Bagaimana pembaca?



Berita Lainnya
  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam