Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Alat Perusak Keindahan

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
18/1/2024 05:00
Alat Perusak Keindahan
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

APA hal yang paling mencemari lingkungan belakangan ini? Seorang kawan tiba-tiba menodong saya dengan pertanyaan sembari memasang mimik serius dan terlihat jengkel. Karena dia tampak serius, saya pun coba memikirkan jawabannya dengan tak kalah serius.

Namun, sebelum saya sempat menjawab, dia sudah nyeletuk duluan. "Jawabannya itu," kata dia sambil menunjuk ke arah jajaran spanduk, bendera, dan baliho kampanye yang terpasang di pinggir jalan, di tengah pembatas jalur jalan, dan bahkan di sisi-sisi luar jembatan penyeberangan orang (JPO).

Rupanya si kawan tadi tak sungguh-sungguh berniat bertanya. Dia cuma ingin memuntahkan kemuakannya melihat pemandangan tak sedap yang terpampang di depan mata kami. Saat itu kami sedang ngopi di sebuah kedai kopi di sisi jalan lumayan besar di bilangan Jakarta Selatan. Di sepanjang ruas jalan itu, ratusan, bahkan mungkin ribuan alat peraga kampanye (APK) terpasang tak beraturan.

Ada bendera parpol dengan bambu yang diikat seadanya di pagar pembatas jalan. Ada poster calon anggota legislatif yang dipaku di batang pohon, ada pula baliho capres-cawapres yang posisinya sudah agak doyong karena bambu penyangganya tak kuat menahan beban.

Sama sekali enggak ada indah-indahnya. Berantakan. Asal pasang, asal tempel, asal paku saja, yang penting wajahnya terpampang. Jadi, bohong kalau ada yang mengatakan pemasangan alat-alat peraga para peserta pemilu itu tidak membuat mata sepet dan hati dongkol. Malah, saking jengkelnya ada yang memelesetkan kepanjangan APK menjadi alat perusak keindahan.

Selain itu, karena pemasangannya yang tidak proper akibat ketiadaan standar teknis, deretan APK itu membahayakan pengguna jalan. Kisah dua pengendara sepeda motor di Kebumen, Jawa Tengah, yang mesti menanggung celaka gara-gara tertimpa baliho kampanye yang roboh, beberapa waktu lalu, hanya salah satu contoh.

Sesungguhnya teramat aneh, di era digital seperti sekarang, di zaman ketika kecerdasan buatan (artificial intelligence) sudah begitu merasuk ke kehidupan manusia, pola kampanye model kuno seperti itu ternyata masih ada. Terlebih untuk Pemilu 2024 yang sebagian besar pemilihnya nanti generasi muda, terutama milenial dan gen Z, yang diasosiasikan sebagai generasi melek teknologi, generasi kreatif; masak, sih, cara-cara lama nan usang bin norak seperti itu masih saja dipakai?

Alat peraga kampanye sejatinya memiliki peranan penting dalam menyosialisasikan parpol dan kontestan pemilu. Sejujurnya, tidak banyak kontestan pemilu, terutama caleg, yang baik nama maupun wajahnya dikenal publik. Dengan alat peraga itulah sebetulnya mereka punya wadah untuk mengenalkan diri sekaligus 'menjual diri'.

Namun, coba kita ambil analogi pemasaran produk. Kalau dalam kampanye pemasaran produk itu yang dipakai ialah cara dan alat peraga yang enggak up to date, apalagi yang norak dan malah bikin konsumen geram dan muak, apakah kira-kira produk itu bakal laku? Tentu saja tidak. Yang terjadi justru bisa sebaliknya, konsumen akan menandai produk yang dikampanyekan dengan serampangan itu untuk tidak dibeli.

Kiranya benar kata pakar politik dari Amerika Serikat, Roger Berkowitz, "Pada kesuksesan setiap kampanye selalu hadir para perancang pesan yang sensitif dan kreatif." Itu bisa diartikan, nihilnya kreativitas dan sensitivitas dalam kampanye akan menyebabkan pesannya tidak tersampaikan, malah mungkin tercampakkan.

Karena itu, semestinya semua kontestan pemilu sadar bahwa yang mereka lakukan selama ini, menjual diri dengan membombardir area-area publik dengan APK model usang itu, tidak akan efektif. Justru bisa menjadi blunder karena menciptakan kebencian pada sebagian publik.

Akan tetapi, yang lucu sebetulnya bukan cuma kontestan pemilu. Respons pemerintah kadang-kadang juga tak kalah melawak. Bayangkan saja ketika keindahan satu wilayah dirusak sebaran APK yang tak beraturan, pemerintah daerah malah terkesan mendiamkan. Tak ada teguran, apalagi sanksi.

Lebih aneh lagi ketika APK yang merusak dibiarkan, pada saat yang sama ada APK yang kreatif, tampilannya menarik, dan tidak menimbulkan kerusakan malah diturunkan alias disetop. Kasus penghentian kampanye capres Anies Baswedan melalui videotron di Jakarta dan Bekasi, tempo hari, kian mengonfirmasi kelucuan dan keanehan itu.

Betul, langkah dan pergerakan di papan catur politik memang sering kali mengejutkan dan aneh. Namun, mbok, ya, jangan begitu-begitu amat. Ada APK yang lebih pantas untuk dicopot, ada kontestan pemilu yang layak disanksi karena melanggar aturan pemasangan, lha ini, kok, APK yang jelas-jelas tak bermasalah dan tak menimbulkan masalah malah di-take down. Ajaib.



Berita Lainnya
  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.