Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Omon-Omon

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
11/1/2024 05:00
Omon-Omon
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

BUKAN netizen Indonesia kalau tidak cepat 'memakan' istilah-istilah baru yang punya potensi viral di media sosial. Tidak peduli apakah istilah itu punya arti secara bahasa atau tidak. Tak masalah jika kata itu bahkan tidak ditemukan di kamus bahasa mana pun. Sepanjang dianggap unik, bila perlu aneh, dan dimunculkan dalam momentum peristiwa yang menjadi perhatian banyak orang, itu sudah memenuhi syarat pertama untuk jadi trending.

Ya, omon-omon, istilah yang dijadikan judul tulisan ini ialah contohnya. Silakan Anda cari arti kata itu di setiap kamus, buku, literatur, jurnal yang ada di perpustakaan paling lengkap sekalipun, saya hakulyakin hasil pencariannya bakal nihil. Coba pula Anda tanyakan ke para pakar bahasa dan kosakata, mungkin jawaban mereka bakal seragam: jangkankan tahu artinya, mendengar kata omon-omon pun belum pernah.

Akan tetapi, ya itu tadi, istilah yang tidak punya makna pun tiba-tiba bisa menjadi sangat populer, trending di sejumlah platform media sosial, jadi top of mind karena ada momentum yang membuatnya begitu. Omon-omon menemukan momentumnya di debat Pilpres 2024 edisi ketiga pada Minggu (7/1) lalu. Yang mengenalkan ialah Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 2.

Sedikitnya dua kali Prabowo menggunakan istilah omon-omon dalam debat itu. Dua-duanya, jika dicermati lagi dari rekaman potongan debat yang beredar, sepertinya omon-omon itu ditujukan untuk menyindir kompetitornya, capres nomor urut 1 Anies Baswedan, yang sejak awal debat memang terus menohok Prabowo dengan pertanyaan kritis seputar kinerja Kementerian Pertahanan, termasuk soal penggunaan anggaran.

Yang pertama Prabowo bilang, "Jadi leadership apakah negara, apakah perorangan, tapi terutama negara harus dengan contoh ing ngarso sung tulodo. Kita memimpin, kita membawa agenda, kita mau cerita, itu cerita. Omon-omon tak bisa." Di sini, omon-omon yang dimaksud Prabowo barangkali bisa diartikan 'hanya cuap-cuap' atau 'omong doang'.

Di kesempatan lain, seusai Anies menanggapi pernyataan Prabowo soal Indonesia jadi pemimpin Selatan-Selatan, Menteri Pertahanan itu kembali menjawab dengan mengulang omon-omon. "Kenapa negara-negara Selatan sekarang melihat ke Indonesia? Karena kita berhasil membangun ekonomi kita. Jadi, tidak hanya omon, omon, omon. Kerjanya omon saja. Tidak bisa."

Entahlah, apakah Prabowo memang sudah menyiapkan istilah itu sebelum debat atau hanya spontanitas keluar dari mulutnya sebagai ekspresi kegeraman atas desakan pertanyaan dari Anies. Yang pasti sejak saat itu orang-orang di seantero Nusantara jadi mengenal dan membicarakan omon-omon. Bahkan kemudian publik juga menafsirkan sesuka hati karena kata tak lazim itu memang tak punya arti.

'Baru mo diajak Omon Omon, udah kabur aja..Gondok ya dihajar kanan kiri??!' tulis akun @AraituLaki di platform X, seusai debat rampung. Ada pula kicauan akun @Masinton, "Omon-omon..dikira suhu ternyata cupu!"

Banyak lagi contoh yang bisa kita lihat di media sosial maupun percakapan luring yang menunjukkan betapa penggunaan istilah omon-omon menjadi multitafsir dan pada akhirnya sekadar dijadikan bahan lucu-lucuan. Konsekuensinya, dengan banyak orang aktif memperbincangkan candaan omon-omon, percakapan yang membahas substansi debat pun sedikit banyak teralihkan.

Lantas, apakah itu tujuan dari sang pencetus istilah baru tersebut, yakni mengalihkan fokus penonton debat dari materi yang substantif ke hal yang receh? Jawabannya bisa iya, bisa tidak. Boleh jadi omon-omon memang dimunculkan sebagai bagian dari agenda yang disiapkan, tapi mungkin juga muncul begitu saja karena spontanitas untuk menutupi ketidakmampuan menjawab pertanyaan sekaligus mengalihkan fokus dari intisari pertanyaan.

Ben Okri, novelis asal Nigeria, pernah mengatakan politikus dan pesulap punya banyak kemiripan. Mereka sama-sama mampu mengalihkan perhatian orang-orang dari yang mereka kerjakan sebenarnya. Dalam konteks ini, omon-omon mungkin bisa dianggap sebagai alat sulap dan politikus yang melontarkan omon-omon kiranya sedang bermain sulap. Ia memainkan sulap untuk mengalihkan perhatian publik dari sesuatu yang jauh lebih penting.

Sebagian 'sulapnya' barangkali berhasil mengelabui publik, terutama di awal-awal pascadebat. Keriuhan media sosial dengan deretan panjang postingan yang menyertakan istilah omon-omon menjadi bukti bahwa niat untuk mengalihkan fokus publik lumayan berhasil. Gara-gara omon-omon, perhatian publik terhadap substansi debat nyata betul teralihkan.

Namun, rupanya itu tak bertahan lama. Belakangan, perbincangan publik kiranya sudah terlihat kembali fokus. Percakapan netizen mengenai debat sudah balik ke jalur yang lebih substantif, tak lagi sekadar mengulik guyonan soal omon-omon. Istilah itu pun sudah tidak lagi menjadi trending. Mengapa? Mungkin karena efek sulapnya sudah habis.



Berita Lainnya
  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.