Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Muslihat Debat

Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group
26/12/2023 05:00
Muslihat Debat
Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PERIBAHASA buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya tampaknya belum usang atau basi. Faktanya, peribahasa itu masih relevan dengan realitas saat ini, seperti kontestasi Pemilihan Presiden 2024.

Peribahasa itu tepat untuk melihat jurus calon wakil presiden pasangan calon (paslon) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka pada debat cawapres, yakni jurus bertanya terkait dengan singkatan atau istilah yang belum lazim terdengar. Jurus yang sama dilakukan ayahnya, Presiden Joko Widodo, pada debat capres pada Pilpres 2014 dan 2019.

Debat calon presiden dan calon wakil presiden dalam Pilpres 2024 sejatinya ialah adu gagasan, bukan pamer istilah atau singkatan yang belum diketahui lawan debat khususnya dan umumnya masyarakat sebagai calon pemilih.

Namun, debat cawapres pada 22 Desember 2023 yang bertema ekonomi (baik ekonomi kerakyatan maupun ekonomi digital), keuangan, investasi pajak, perdagangan, pengelolaan APBN-APBD, infrastruktur, dan perkotaan menjadi ajang unjuk kebolehan dalam penguasaan istilah/singkatan.

Hal itu ditunjukkan Gibran saat bertanya kepada cawapres dari paslon nomor urut 3 Mahfud MD terkait dengan bagaimana membuat regulasi carbon capture and storage. Tak hanya itu, Gibran bertanya kepada cawapres dari paslon nomor urut 1 Abdul Muhaimin Iskandar terkait dengan upaya meningkatkan rating SGIE.

Mahfud tidak menjelaskan pengertian carbon capture and storage, tetapi menjelaskan secara helicopter view prinsip-prinsip membuat sebuah regulasi, seperti kajian akademis. Berbeda dengan Muhaimin, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa itu secara jujur mengaku tidak memahami singkatan SGIE.

Dalam merespons Muhaimin, Gibran kemudian menjelaskan singkatan SGIE, yakni state of the global islamic economy. Indonesia, kata Gibran, berada pada posisi keempat dunia dalam hal pengembangan ekosistem ekonomi syariah di tingkat dunia. Baik kepada Mahfud maupun Muhaimin, Gibran terkesan menampilkan gaya mengetes dan mengejek.

Jurus yang dilakukan Gibran pernah dilakukan Presiden Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019. Pada Pilpres 2014 Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla, sedangkan Prabowo Subianto dengan Hatta Rajasa.

Pada saat debat capres, Jokowi menanyakan soal langkah meningkatkan peran TPID. Prabowo pun gelagapan menjawabnya karena tidak mengetahui singkatan itu. "Tunggu, singkatan TPID apa, ya, Pak?" Jokowi pun menjawab, "TPID ini untuk tim pengendalian inflasi daerah, Pak Prabowo. Terima kasih," ujar dia.

Setali tiga uang, pada Pilpres 2019, mantan Wali Kota Surakarta itu lagi-lagi menyasar Prabowo dengan istilah asing, yakni cara mendukung perkembangan startup unicorn di Indonesia.

Lagi-lagi mantan Danjen Kopassus itu kelabakan menjawabnya karena Jokowi tidak menjelaskan apa itu unicorn, perusahaan rintisan bernilai di atas US$1 miliar, atau setara Rp14,1 triliun, seperti Gojek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak. "Yang Bapak maksud unicorn? Maksudnya yang online-online itu, iya, kan?" kata Prabowo bertanya balik.

Di kedua debat itu, Prabowo tidak membalas atau menyiapkan singkatan atau istilah teknis. Padahal, Prabowo bisa saja menyerang balik dengan menanyakan istilah asing/teknis pada debat selanjutnya, misalnya, dengan terkait dunia pertahanan.

Pada Pilpres 2024, cawapres Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD juga tampak tidak menyiapkan istilah asing/teknis kepada Gibran. Hal itu menunjukkan Muhaimin dan Mahfud tidak pernah terpikir untuk mengikuti jejak Jokowi yang berhasil mempermalukan Prabowo dalam debat Pilpres 2014 dan 2019.

Debat capres-cawapres yang merupakan implementasi Pasal 50 ayat 1 dalam PKPU No 15 Tahun 2023 merujuk Pasal 277 ayat 1 UU No 7 Tahun 2017 sebenarnya menjadi sarana bagi rakyat untuk memilih calon pemimpin bangsa.

Meski masih debatable, apakah debat mampu memengaruhi calon pemilih atau tidak, yang pasti melalui debat rakyat bisa melihat aspek kognitif (kecerdasan), penguasaan visi, misi, dan program, serta mampu melihat konteks permasalahan aktual.

Selain itu, secara afektif, rakyat bisa mengetahui sikap, watak, perilaku, minat, emosi, dan nilai yang dianut para capres-cawapres. Dari kedua ranah tersebut rakyat bisa menilai kelayakan mereka untuk menjadi pemimpin yang mengurus 275 juta rakyat Indonesia. Masih ada waktu bagi rakyat untuk mengikuti debat capres-cawapres yang tersisa tiga kali lagi.

Bagi capres-cawapres yang kedodoran dalam menjelaskan rasionalisasi program kerja mereka atau sempat menyampaikan data yang diduga bohong dalam debat sebelumnya, masih ada kesempatan kepada mereka untuk memperbaikinya. Bila ada capres-cawapres yang memiliki niat busuk mempermalukan lawan debat dengan istilah-istilah khusus, sebaiknya dihentikan.

Penulis India-Amerika Serikat kenamaan, Deepak Chopra, mengatakan semakin sedikit Anda membuka hati Anda kepada orang lain, semakin banyak hati Anda menderita. Jadi, buat apa ada muslihat dalam debat? Tabik!



Berita Lainnya
  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.