Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Wakanda No More

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
14/12/2023 05:00
Wakanda No More
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PARA penggemar Marvel Cinematic Universe pasti kenal betul dengan Wakanda. Sebuah negeri kerajaan yang digambarkan terletak di Afrika Sub-Sahara dengan dikelilingi pegunungan dan hutan lebat. Wakanda ialah kampung halaman Black Panther, satu-satunya superhero ciptaan Marvel yang berasal dari Benua Afrika dan berkulit hitam.

Meski dikesankan primitif, kehidupan di negeri ini sesungguhnya sangat maju. Wakanda dikisahkan merupakan salah satu negeri dengan teknologi paling maju di muka bumi berkat tanahnya yang menyimpan berlimpah kandungan unsur vibranium. Konon, vibranium merupakan logam terkuat di bumi.

Sejatinya, baik Black Panther, Wakanda, maupun vibranium hanyalah fiksi semata. Hanya tokoh, negara, dan logam rekaan yang diciptakan para pekerja superkreatif di semesta Marvel. Namun, karena saking populernya komik dan film Black Panther, istilah-istilah itu, terutama Wakanda, menjadi sangat akrab di telinga kebanyakan orang dan menjelma menjadi seolah-olah nyata, tak sekadar fiksi.

Fenomena itu juga melanda Indonesia. Namun, di Indonesia barangkali memang paling unik dan menarik. Entah dari mana dan kapan munculnya, Wakanda tiba-tiba kerap dipakai warga dan warganet Tanah Air sebagai pengganti kata Indonesia di unggahan-unggahan mereka yang bernada kritik terhadap kerja pemerintahan ataupun perilaku pejabat publik.

Istilah Wakanda ditengarai digunakan untuk menyamarkan objek kritikan demi menghindari jerat hukum yang mungkin saja muncul. Sebutlah contoh, kita semua tahu betapa superiornya UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang bisa dengan mudah menggigit para pengkritik melalui pasal-pasal karetnya.

Boleh jadi tak cuma UU ITE, barangkali banyak aturan lain yang bisa dipakai untuk membungkam kritik yang dilontarkan secara blak-blakan. Belum lagi ancaman intimidasi yang juga acap dilakukan oleh aparat atau kelompok pendukung penguasa. Karena itu, wajar kalau kemudian di antara kritik-kritik itu muncul kreativitas publik menyamarkan Indonesia dengan istilah Wakanda yang kebetulan memang sedang populer.

Akan tetapi, di sisi lain harus diakui itu fenomena yang meresahkan. Yang kita tahu, Indonesia masih negara yang menganut sistem demokrasi, tapi kok bisa sampai rakyatnya merasa ngeri untuk sekadar menyampaikan pendapat yang mungkin berseberangan dengan penguasa?

Kita juga tidak sedang dipimpin penguasa otoritarian, tapi kenapa warganya sampai mesti memasang self-censorship yang teramat ketat sebelum memberikan kritik? Bahkan nama negaranya sendiri harus disamarkan dengan nama negara fiktif.

Dalam konteks ideal, sistem yang demokratis semestinya mengedepankan keterbukaan, kebebasan berbicara, dan kepercayaan publik. Sebaliknya, kalau mengandalkan rasa takut masyarakat untuk menjalankan dan mengendalikan kekuasaan, itu namanya sistem otoritarianisme, hanya rezim otoriter yang melakukan itu.

Keresahan soal penggunaan istilah Wakanda, juga Konoha (ini juga diambil dari kisah fiksi, nama sebuah desa di cerita anime Naruto) itu sebetulnya sudah berulang kali disampaikan oleh calon presiden Anies Baswedan dalam beberapa kali kesempatan, bahkan sebelum masa kampanye pemilu dimulai.

Namun, gongnya terjadi pada debat capres Pemilu 2024 seri pertama, Selasa (12/12) malam lalu. Di situ, dalam pernyataan pemungkas debat, Anies kembali menyentil soal kian luruhnya kebebasan berpendapat dan rasa takut masyarakat yang semakin besar. Ia pun, lagi-lagi, menyinggung soal istilah Wakanda.

Menariknya, Anies memlesetkan gestur dan jargon Negeri Wakanda yang populer di film Blak Panther, yaitu 'Wakanda Forever'. Sambil membuat gerakan tangan menyilang di depan dada, Anies mengatakan,"Wakanda no more". Sesaat kemudian, dengan mengangkat kedua tangan dengan telunjuk mengacung, ia melanjutkan, "Indonesia forever."

Pesan yang bisa kita tangkap, publik mestinya tak perlu takut lagi untuk berbicara dan menyampaikan pendapat. Tidak perlu lagi mengganti kata Indonesia dengan kata ganti Wakanda atau Konoha atau istilah apa pun untuk tujuan menyamarkan. Sudah seharusnya demokrasi dikembalikan ke jalur yang benar, jalur yang membuka ruang seluas-luasnya partisipasi dan pendapat publik.

Sampai hari ini, satu capres sudah menjamin itu. Publik berharap jaminan yang sama juga diberikan oleh dua capres lain, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo sehingga siapa pun pemenang kontestasi Pilpres 2024 nanti dan menjadi pemimpin bangsa, kebebasan berpendapat dan berekspresi publik betul-betul dapat dijunjung tinggi.



Berita Lainnya
  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.