Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Kontroversi lagi dari PSSI

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
16/9/2022 05:00
Kontroversi lagi dari PSSI
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DULU, dulu sekali, ada adagium bahwa sepak bola Indonesia lebih dikenal karena sepak terjang pengurus PSSI ketimbang prestasi tim nasional. Rupanya, setelah berpuluh-puluh tahun terlewati, adagium itu masih berlaku hingga kini.

Antara pengurus PSSI dan skuad 'Merah Putih' sungguh berbeda keterkenalan mereka. Pengurus PSSI terkenal karena kerap membuat heboh, sementara timnas sudah teramat lama tanpa suara. Diam untuk pamer keberhasilan, diam seolah tiada kemampuan untuk membuat para pecinta sepak bola negeri ini bangga.

Bayangkan, terakhir kali timnas merasakan nikmatnya juara pada 1991 di SEA Games Manila. Artinya, sudah 31 tahun kita puasa gelar. Prihatin? Tentu saja. Namun, itu belum seberapa. Lebih prihatin lagi, di tengah konsistensi resesi prestasi, pengurus PSSI masih saja semaunya sendiri.

Lagi-lagi, sepak bola kita dibuat ramai di luar lapangan. Kepengurusan PSSI di bawah Ketua Umum M Iriawan kiranya sewajah dengan para pendahulunya. Tak usah kita terlalu banyak menghitung hari yang sudah terlampaui untuk mengatakan bahwa PSSI masih sama seperti dulu, PSSI yang hobi kontroversi. Cukuplah kita tengok hari-hari belakangan ini.

Ambil contoh awal Juni 2022. Ketika itu, skuad 'Garuda' tampil apik untuk mengalahkan Kuwait di Kualifikasi Piala Asia 2023 2-1. Kemenangan itu memang bersejarah. Itulah kemenangan pertama Indonesia dalam enam pertemuan selama 42 tahun atas Al-Azraq.

Publik tentu senang atas kemenangan itu. Namun, kegembiraan berubah menjadi kekesalan. Pecinta sepak bola kesal karena klaim bahwa dalam kemenangan atas Kuwait ada andil Iriawan. Dalam ulasannya di laman resmi PSSI, Iwan Bule dipuji setinggi langit.

Selang sebulan kemudian, PSSI kembali panen hujatan. Penyebabnya, Iriawan ikut-ikutan mengangkat trofi Piala AFF U-16 2022 seusai Indonesia menundukkan Vietnam di final di Maguwoharjo, DIY. Podium juara ialah milik pemain, kepunyaan tim. Kalau ada pengurus ikut naik podium, mengangkat piala, apa kata dunia?

Akhir-akhir ini, kontroversi datang lagi dari PSSI. Pemantiknya, pembatalan penggunaan Jakarta International Stadium (JIS) sebagai arena uji coba lawan Curacao. Alasannya, PSSI menilai JIS belum sesuai dengan standar FIFA sehingga belum layak untuk menjamu tim asal Karibia itu.

Curacao ialah negeri mungil yang berpopulasi cuma 155 ribu lebih, tetapi berperingkat ke-84 FIFA, atau 71 tingkat di atas Indonesia. Ada beberapa poin yang diungkapkan PSSI dengan mengerucut ke dua hal, yakni safety dan security. Sekjen PSSI Yunus Nusi dengan fasih membeberkan sederet kondisi JIS yang tak layak, yang dianggap tak memenuhi standar FIFA, itu. Singkat cerita, latih tanding kontra Curacao di JIS pada 27 September nanti dipindahkan ke Pakansari.

Pindah stadion sejatinya hal biasa. Namun, kepindahan dari JIS menjadi tak biasa. Penyebabnya? Apa lagi kalau bukan Anies Baswedan. Ya, karena JIS dibangun Anies, soal JIS menjadi liar.

Bagi para pembenci, sikap PSSI ialah mesiu baru untuk menyerang Anies. Para buzzer yang selama ini garang menyerang mendapatkan amunisi tambahan.

Kebalikannya buat pecinta Anies. Menurut mereka, PSSI tengah bermain politik. PSSI dianggap hendak menjatuhkan Anies. Ramai pula tudingan pemindahan laga lawan Curacao ke Pakansari ialah bagian dari upaya Iwan Bule investasi simpati ke masyarakat Jawa Barat. Dia disebut-sebut hendak maju memperebutkan kursi Jabar-1.

Ketika meliput Piala Dunia 2022 di Korea Selatan, saya menyambangi sejumlah stadion tempat laga digelar. Ada Stadion Piala Dunia Seoul, Munhak Incheon, Asiad Busan, Suwon, Gwangju, dan Munsu Ulsan. Semuanya bagus, dan yang pasti sudah memenuhi standar FIFA.

Ketika meliput Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, saya hadir di beberapa stadion. Ada Soccer City dan Ellis Park di Johannesburg, Stadion Cape Town di Cape Town, Mbombela di Nelspruit, dan Loftus Verfeld di Pretoria. Semuanya bagus dan yang pasti sudah memenuhi kriteria FIFA. Pun ketika saya mewartakan Piala Eropa 2004 di Portugal.

Namun, dari semua stadion itu kiranya tak ada yang semegah JIS. Kecuali Soccer City, kapasitasnya pun tak sebanyak JIS. JIS berdaya muat 87 ribu penonton. JIS juga canggih. Ia satu-satunya stadion di Asia Tenggara yang punya atap buka tutup sehingga ketika hujan sederas apa pun tak perlu khawatir lapangan tergenang.

Saya tidak tahu pasti apakah dengan segala kehebatannya itu JIS belum punya kelayakan FIFA seperti kata PSSI. Namun, bolehlah kita bermain logika. Apa iya stadion sebesar itu, semegah itu, secanggih itu, hanya berkualifikasi nasional atau regional? Sungguh naif pembangun stadion menghabiskan biaya Rp4,5 triliun, tapi cuma untuk kelas tarkam.

Saya yakin, Pemprov DKI Jakarta tidak sebodoh itu. Mereka pun sudah mengklarifikasi bahwa rancang bangun dan pelaksanaan pembangunan JIS sudah berpatokan pada ketentuan FIFA.

Saya tidak ingin mengatakan PSSI telah bermain politik. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa olahraga, termasuk sepak bola, haram hukumnya dijadikan kuda tunggangan politik. Kick politics out of football, itulah jargon dunia kulit bundar.

Ada baiknya FIFA bersuara soal JIS. Jika memang belum layak, pengelola mesti segera membenahi. Jika sebaliknya, kiranya Iwan Bule dan kawan-kawanlah yang memang tak layak mengurusi PSSI. Pecinta sepak bola nasional sangat merindukan prestasi, bukan lagi kontroversi.



Berita Lainnya
  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?