Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Gontor

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
10/9/2022 05:00
Gontor
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

GONTOR ialah nama sebuah desa yang berada di Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Namanya menjulang ke seantero negeri sejak tiga bersaudara, yakni KH Ahmad Sahal, KH Zainuddin Fanani, dan KH Imam Zarkasyi, mendirikan pondok pesantren (ponpes) di desa itu.

Ketiganya memberi nama Ponpes Modern Darussalam untuk lembaga pendidikan berbasis Islam yang didirikan pada 20 September 1926 itu. Namun, nama Ponpes Gontor jauh lebih dikenal, melampaui nama Ponpes Modern Darussalam.

Begitulah galibnya. Sejumlah ponpes besar bahkan sengaja mengambil nama lokasi berdirinya pondok sebagai sebutan. Ponpes Tebuireng, Jombang, dan Ponpes Lirboyo, Kediri, misalnya.

KH Hasyim Asy'ari sengaja menjadikan Tebuireng, sebuah dusun kecil di wilayah Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, untuk menamai pondok yang ia dirikan. Pun dengan KH Abdul Karim yang menjadikan Desa Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kediri, sebagai nama ponpes yang ia dirikan.

Keterkaitan antara sebuah ponpes dan nama lokasi tentu bukan sebuah kebetulan belaka. Ada spirit kesadaran sosial dan spiritual dari ponpes itu memberikan kontribusi positif pada lingkungan sekitar. Ada vibrasi positif yang hendak disemai kehadiran sebuah ponpes di daerah itu.

Niat baik yang dikerjakan dengan baik itu membuahkan hasil. Dari rahim Ponpes Tebuireng, kelak lahir Presiden Abdurrahman Wahid. Dari Ponpes Lirboyo, muncul sejumlah ulama berpengaruh seperti KH Said Aqil Siradj.

Dari Ponpes Gontor, apalagi. Banyak intelektual, ulama, pemimpin ormas, birokrat, hingga sastrawan lahir dari kawah candradimuka pionir ponpes modern itu. Ada cendekiawan Nurcholish Madjid, mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, mantan Ketum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, sastrawan Emha Ainun Nadjib, mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid, mantan Wakil Menlu AM Fachir, dan masih banyak lagi.

Jadi, kontribusi ponpes itu jauh melampaui niat awal para pendiri yang 'hanya' ingin memberi arti positif bagi lingkungan sekitar. Sebagian besar santri meyakini capaian itu tidak lepas dari barokahnya para kiai, baik pendiri pondok maupun para penerusnya.

Untuk itu, ketika muncul kabar dugaan tindak kekerasan oleh santri senior yang berujung pada meninggalnya santri junior di Ponpes Gontor, saya kaget bukan kepalang. Bahkan, hampir tidak percaya. Kekagetan serupa disampaikan para alumnus Gontor.

Bagi mereka, antara Gontor dan kekerasan itu jauh panggang dari api. Saya mengutip catatan Hariqo Satria, pegiat media sosial yang juga alumnus Gontor lulusan 1999. Di medsosnya, ia menulis bagaimana para santri dididik menjadi kaum intelektual dan ahli ilmu yang wajib menjauhi kekerasan, bahkan kekerasan verbal sekalipun.

Santri Gontor itu, tulisnya, jangankan memukul, mem-bully saja sudah diusir dari pondok. Santri yang menghina orang lain secara fisik dan SARA, akan dikeluarkan dari Gontor, apalagi menganiaya hingga hilangnya nyawa. ‘Seluruh Gontorian merasakan kesedihan keluarga almarhum AM’, tulis Hariqo.

Ia mengisahkan sejumlah ajaran yang berisi larangan yang mesti dijauhi para santri. Itu di antaranya ajaran tidak boleh taasub atau fanatik, termasuk fanatik kesukuan. Karena itu, ada larangan agar tidak ada asrama santri khusus daerah tertentu. Semua merayakan keberagaman.

Dilarang pula fanatik ormas, seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain. Bahkan, dilarang fanatik terhadap Gontor itu sendiri. Santri diminta berjiwa bebas. Santri hanya boleh fanatik terhadap kebenaran dan kepentingan bangsa.

Untuk itu, saya sepakat belaka pada pendapat para pemimpin Ponpes Gontor yang menyerahkan secara transparan peristiwa itu kepada proses hukum. Tidak ada seinci pun keberatan dari Gontor untuk menginvestigasi kasus kekerasan. Itu akan menghilangkan setitik nila dari sebelanga susu.

Langkah itu sekaligus bakal membuktikan bahwa kekerasan tidak akan mendapatkan ruang, apalagi beranak pinak, di lingkungan pesantren. Saya percaya sepenuhnya, Gontor akan terus melanjutkan misi besar kemuliaan.

Misi itu ialah membentuk generasi unggul menuju terbentuknya khaira ummah (umat terbaik). Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat. Lalu, mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang, menuju terbentuknya ulama yang intelek.

Misi terakhirnya ialah mewujudkan warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Saya ikut berduka atas kematian, sekaligus saya percaya kebaikan tetap akan berumur panjang.



Berita Lainnya
  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.