Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Gontor

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
10/9/2022 05:00
Gontor
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

GONTOR ialah nama sebuah desa yang berada di Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Namanya menjulang ke seantero negeri sejak tiga bersaudara, yakni KH Ahmad Sahal, KH Zainuddin Fanani, dan KH Imam Zarkasyi, mendirikan pondok pesantren (ponpes) di desa itu.

Ketiganya memberi nama Ponpes Modern Darussalam untuk lembaga pendidikan berbasis Islam yang didirikan pada 20 September 1926 itu. Namun, nama Ponpes Gontor jauh lebih dikenal, melampaui nama Ponpes Modern Darussalam.

Begitulah galibnya. Sejumlah ponpes besar bahkan sengaja mengambil nama lokasi berdirinya pondok sebagai sebutan. Ponpes Tebuireng, Jombang, dan Ponpes Lirboyo, Kediri, misalnya.

KH Hasyim Asy'ari sengaja menjadikan Tebuireng, sebuah dusun kecil di wilayah Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, untuk menamai pondok yang ia dirikan. Pun dengan KH Abdul Karim yang menjadikan Desa Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kediri, sebagai nama ponpes yang ia dirikan.

Keterkaitan antara sebuah ponpes dan nama lokasi tentu bukan sebuah kebetulan belaka. Ada spirit kesadaran sosial dan spiritual dari ponpes itu memberikan kontribusi positif pada lingkungan sekitar. Ada vibrasi positif yang hendak disemai kehadiran sebuah ponpes di daerah itu.

Niat baik yang dikerjakan dengan baik itu membuahkan hasil. Dari rahim Ponpes Tebuireng, kelak lahir Presiden Abdurrahman Wahid. Dari Ponpes Lirboyo, muncul sejumlah ulama berpengaruh seperti KH Said Aqil Siradj.

Dari Ponpes Gontor, apalagi. Banyak intelektual, ulama, pemimpin ormas, birokrat, hingga sastrawan lahir dari kawah candradimuka pionir ponpes modern itu. Ada cendekiawan Nurcholish Madjid, mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, mantan Ketum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, sastrawan Emha Ainun Nadjib, mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid, mantan Wakil Menlu AM Fachir, dan masih banyak lagi.

Jadi, kontribusi ponpes itu jauh melampaui niat awal para pendiri yang 'hanya' ingin memberi arti positif bagi lingkungan sekitar. Sebagian besar santri meyakini capaian itu tidak lepas dari barokahnya para kiai, baik pendiri pondok maupun para penerusnya.

Untuk itu, ketika muncul kabar dugaan tindak kekerasan oleh santri senior yang berujung pada meninggalnya santri junior di Ponpes Gontor, saya kaget bukan kepalang. Bahkan, hampir tidak percaya. Kekagetan serupa disampaikan para alumnus Gontor.

Bagi mereka, antara Gontor dan kekerasan itu jauh panggang dari api. Saya mengutip catatan Hariqo Satria, pegiat media sosial yang juga alumnus Gontor lulusan 1999. Di medsosnya, ia menulis bagaimana para santri dididik menjadi kaum intelektual dan ahli ilmu yang wajib menjauhi kekerasan, bahkan kekerasan verbal sekalipun.

Santri Gontor itu, tulisnya, jangankan memukul, mem-bully saja sudah diusir dari pondok. Santri yang menghina orang lain secara fisik dan SARA, akan dikeluarkan dari Gontor, apalagi menganiaya hingga hilangnya nyawa. ‘Seluruh Gontorian merasakan kesedihan keluarga almarhum AM’, tulis Hariqo.

Ia mengisahkan sejumlah ajaran yang berisi larangan yang mesti dijauhi para santri. Itu di antaranya ajaran tidak boleh taasub atau fanatik, termasuk fanatik kesukuan. Karena itu, ada larangan agar tidak ada asrama santri khusus daerah tertentu. Semua merayakan keberagaman.

Dilarang pula fanatik ormas, seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain. Bahkan, dilarang fanatik terhadap Gontor itu sendiri. Santri diminta berjiwa bebas. Santri hanya boleh fanatik terhadap kebenaran dan kepentingan bangsa.

Untuk itu, saya sepakat belaka pada pendapat para pemimpin Ponpes Gontor yang menyerahkan secara transparan peristiwa itu kepada proses hukum. Tidak ada seinci pun keberatan dari Gontor untuk menginvestigasi kasus kekerasan. Itu akan menghilangkan setitik nila dari sebelanga susu.

Langkah itu sekaligus bakal membuktikan bahwa kekerasan tidak akan mendapatkan ruang, apalagi beranak pinak, di lingkungan pesantren. Saya percaya sepenuhnya, Gontor akan terus melanjutkan misi besar kemuliaan.

Misi itu ialah membentuk generasi unggul menuju terbentuknya khaira ummah (umat terbaik). Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat. Lalu, mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang, menuju terbentuknya ulama yang intelek.

Misi terakhirnya ialah mewujudkan warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Saya ikut berduka atas kematian, sekaligus saya percaya kebaikan tetap akan berumur panjang.



Berita Lainnya
  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.

  • Perseteruan Profesor-Menkes

    26/5/2025 05:00

    ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”

  • Koperasi dan Barca

    24/5/2025 05:00

    KOPERASI itu gerakan. Ibarat klub sepak bola, gerakan koperasi itu mirip klub Barcelona. Klub dari Catalan, Spanyol, itu dari rakyat dan milik rakyat.