Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Kepingan Kebahagiaan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
30/4/2022 05:00
Kepingan Kebahagiaan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ADAKAH saat yang paling dirindukan para pengembara selain menemukan momen kepulangan? Fakta keterlemparan manusia dari langit suci, serta keberpetualangan mereka dari tumpah darah membuat sukma mereka senantiasa resah gelisah. Rindu pulang.

Itulah mengapa mudik atau pulang kampung, selalu menjadi magnet. Sebagian orang tidak habis pikir, mengapa orang-orang rela menghabiskan ongkos, membakar bensin, berdesak-desakan, dan macet berjam-jam hanya untuk satu kata: pulang. Rasionalitas mereka mengukur bahwa semua itu menyiksa, menderita, dan buang-buang waktu.

Namun, seperti judul lagu karangan Iwan Fals, para pemudik itu sudah mengidap Rindu Tebal. Rindu terhadap orangtua, sahabat, kerabat, dan kampung halaman. Apalagi, setelah ongggokan rindu sudah tertimbun selama dua tahun akibat larangan mudik. Dendam rindu tebal hanya bisa dilampiaskan dengan bertemu langsung, dengan pulang kampung.

Mereka ingin menikmati secuil kebahagiaan. Sesuatu yang bagi sebagian orang amat mahal, kendati sederhana. Tatkala pemerintah melarang warga mudik Lebaran 2020 dan 2021, seorang pekerja rumah tangga berkata, “Tuan bisa menikmati berbagai macam kebahagiaan sepanjang tahun, sedangkan kebahagiaan saya cuma sekali setahun, yaitu mudik Lebaran. Apakah kebahagiaan satu-satunya itu pun harus saya korbankan?”

Masih meminjam judul lagu Iwan Fals, bagi banyak orang, mudik itu Libur Kecil Kaum Kusam. Maka, jangan heran saat larangan mudik Lebaran tahun ini dicabut. 'Dendam keumat' untuk melampiaskan rindu pulang meledak. Perlombaan menikmati secuil kebahagiaan itu pun kian tampak: kemarin, hari ini, dan dua hari ke depan.

Berdasarkan perkiraan, ada lebih dari 84 juta orang mudik. Angka itu naik 40% jika dibandingkan dengan jumlah pemudik di tahun sebelum pandemi covid-19. Ada yang pulang dengan naik kereta api, pesawat, bus, travel, kapal laut, juga mobil pribadi, dan sepeda motor.

Jumlah pemudik baik menggunakan mobil pribadi maupun carteran diperkirakan ada 23 juta orang. Adapun yang mengendarai sepeda motor diperkirakan sekitar 17 juta orang. Mereka yang mudik menggunakan sepeda motor jelas amat menantang risiko. Lebih-lebih, banyak di antara mereka membawa anak-anak.

Ini tentu tidak bisa dibenarkan. Menikmati kebahagiaan itu memang 'bahasa kalbu'. Namun, bukan berarti boleh memgesampingkan nalar sebab kalau nalar dikalahkan, alih-alih menjemput kebahagiaan, justru kepedihan dan penderitaan yang didapatkan. Kemudaratan mesti dihilangkan lebih dahulu, walaupun ia mendatangkan kemaslahatan.

Dengan meniadakan kemudaratan, kebahagiaan akan sempurna. Psikolog William James menyatakan kepedulian utama manusia dalam hidupnya ialah kebahagiaan. Bagaimana cara memperoleh, mempertahankan, dan memulihkan kebahagiaan merupakan motif tersembunyi dari tindakan kebanyakan orang. Itu pula motif para pemudik.

Viktor Emil Frankl, neurolog yang nyaris bunuh diri di kamp konsentrasi Nazi, lewat refleksinya menyatakan pencapaian kebahagiaan tertinggi itu terengkuh bukanlah dalam keberhasilan, kesenangan, dan kekuasaan, melainkan dalam keberanian untuk menghadapi kenyataan dengan segala pahit getirnya. Frankl percaya pada kehendak untuk menemukan makna (the will to meaning), lewat kemampuan berdamai dengan kenyataan dan pengorbanan untuk menjadi lebih besar daripada diri sendiri, merupakan sumber kebahagiaan tertinggi.

Para penjemput kepingan kebahagiaan itu memang telah mengalami pahit getirnya kehidupan. Dengan pulang, lewat mudik, mereka berani menghadapi kenyataan itu, walau secara ekonomi, mungkin mereka belum 'sukses' kendati telah berbilang tahun menjadi pengembara. Itulah kiranya kepingan kebahagiaan tertinggi, seperti yang dinyatakan Frankl tadi.

Dalam kesulitan menemukan makna hidup ke depan, orang-orang akan mencarinya dengan berpaling ke belakang. Kepulangan ke kampung halaman, dengan segala klangenannya sambil merembeskan rezeki. Bisa juga demi mencari suaka sementara dari kepengapan hidup di kota besar. Itu semua merupakan mekanisme katarsis. Tujuannya demi mengisi kekosongan makna hidup.

Selamat pulang, selamat mudik, selamat menjemput kebahagiaan. Walau hanya sekeping, secuil, segenggaman. Selamat Lebaran.



Berita Lainnya
  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.