Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Torang Memang Bisa

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
09/10/2021 05:00
Torang Memang Bisa
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PEMBUKAAN Pekan Olahraga Nasional (PON) edisi ke-20 memang sudah lewat. Sudah sepekan, malah. Namun, vibrasinya masih terasa hingga kini. Bahkan, bagi rakyat Papua, peristiwa itu akan terngiang seumur hidup. Jadi kisah indah yang diceritakan dari generasi ke generasi.

Inilah untuk pertama kalinya, Papua menghelat upacara yang meriah, kolosal, megah, mengharukan. Banyak orang, baik yang berasal dari Papua maupun dari luar Papua, menitikkan air mata. Mereka tidak menyangka Bumi Cenderawasih yang kerap mendapatkan cap minor dan stigma, sanggup mempersembahkan energi positif ke sekujur negeri. Tekad Torang Bisa tidak sekadar slogan kosong. Ia menjelma menjadi persembahan yang membetot decak kagum dan air mata haru.

Sedianya, PON Papua digelar pada 2020. Namun, pandemi korona memaksa perhelatan itu ditunda. Dalam kondisi pandemi yang serbatidak pasti, sempat muncul beragam keraguan apakah PON masih layak digelar. Lebih jauh lagi, bahkan ada keraguan apakah Papua masih bisa menggelar event berskala besar tingkat nasional.

Di situlah, lagi-lagi saya mesti angkat topi untuk 'kekerasan hati' Jokowi. Presiden tidak pernah beringsut barang seinci pun untuk tetap menggelar PON di wilayah paling timur Indonesia tersebut. Saat memimpin rapat bersama Menteri Pemuda dan Olahraga, Komite Olahraga Nasional Indonesia, serta Gubernur Papua, pada 13 Juli 2021, sama sekali tidak ada keraguan pada diri Presiden Joko Widodo untuk jalan terus dengan PON Papua. Padahal, ketika itu, gelombang kedua kasus covid-19 tengah mencapai puncaknya.

Sebulan setelah itu, Kepala Negara bahkan mengeluarkan instruksi percepatan pembangunan infrastruktur untuk keperluan PON Papua. Puncaknya, pada 2 Oktober 2021, Presiden pun hadir di Papua, membuka langsung PON. Dalam kilatan cahaya dan warna-warni kembang api, Jokowi menjawab keraguan orang akan Papua. Bahkan, menjawab sinisme sebagian kecil orang yang menyangsikan Jokowi bakal all out mempertahankan PON Papua.

Bukan cuma membuka PON, Jokowi juga meresmikan sejumlah proyek infrastruktur yang telah selesai dikerjakan, dari infrastruktur olahraga, creative hub, terminal bandara, hingga fasilitas lintas batas di wilayah paling timur. Semuanya masuk bagian 'mengurus' Papua sebagaimana dijanjikan saat kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden, baik pada 2014 maupun 2019. Toh, sinisme tetap ada.

 

Sinisme itu muncul karena mereka menganggap Jokowi tak ubahnya politisi lainnya, yang kerap mengutamakan pertimbangan pengambilan kebijakan berdasarkan kalkulasi politik. Sebagian besar dihitung dari 'apa untungnya bagi saya'. Apa insentif politik Papua bagi Jokowi sehingga ia harus ngotot menjadikan Papua tempat PON plus menggenjot infrastruktur penunjangnya. Secara jumlah penduduk, jauh lebih sedikit ketimbang Jawa dan Sumatra, misalnya. Padahal, insentif dukungan politik berbanding lurus dengan jumlah penduduk.

Dari situlah saya membaca bahwa Jokowi tidak sedang mengejar insentif politik elektoral atau dukungan semata. Ada pesan penting dari Jokowi kepada seluruh warga bangsa untuk tidak sekadar melihat Papua sebagai wilayah dengan kekayaan alam melimpah. Selama ini, ada persepsi umum bahwa relasi pusat dan Papua lebih didominasi aspek-aspek ekonomi, terutama bagaimana sumber daya alam Papua yang sudah dieksploitasi bisa kembali ke warga Papua. Cara 'mengembalikannya' pun pakai rumus-rumus dagang, dengan terus-menerus meningkatkan transfer dana otonomi khusus.

Padahal, Papua bukan semata kekayaan alam dan relasi dagang. Papua juga mata air talenta-talenta hebat, baik talenta olahraga, seni, maupun manusia-manusia cerdas di bidang akademis. Sebut saja ahli fisika teori di Institut Teknologi Bandung Hans Jacobus Wospakrik. Hans merupakan putra Papua yang keahliannya di bidang fisika diakui dunia. Karena reputasinya, Hans pernah digandeng Martinus JG Veltman, peraih nobel bidang fisika asal Belanda, untuk melakukan berbagai riset bersama.

Ada juga Septinus George Saa, yang pernah memenangi medali emas Olimpiade fisika. Kini, Septinus, putra Papua itu, menjadi peneliti di bidang aerospace di Florida, Amerika Serikat. Selain itu, ada puluhan legenda sepak bola asal Papua yang menjadi tulang punggung timnas Indonesia. Ada Simson Rumahpasal, Johannes Auri, Rully Nere, Adolf Kabo, Boaz Solossa, hingga Ricky Kambuaya dan Matius Rumakiek.

Singkat kata, Papua tidak sekadar emas, gas, nikel, dan tembaga. Papua juga mutiara-mutiara talenta berkualitas juara. Apa yang sedang dilakukan Jokowi, selain menunaikan janji kampanye, juga ingin mengasah mutiara-mutiara itu demi kebanggaan bangsa, khususnya kebanggaan masyarakat Papua. PON ialah simbol besarnya.

Jika dulu Presiden Abdurrahman Wahid menghadirkan pendekatan kultural untuk Papua, kini Jokowi meneruskannya. Tidak hanya simbol dan pendekatan kultural, tapi juga mengerjakan infrastruktur penerobos sekat dan penghubung Papua. Ya, Papua kini kian terbuka. Papua bisa mempersembahkan kebanggaan bangsa. Torang benar-benar bisa.



Berita Lainnya
  • Mengakhiri Anomali

    19/8/2025 05:00

    BANGSA Indonesia baru saja merayakan 80 tahun usia kemerdekaan.

  • Topeng Arogansi Bopeng Kewarasan

    18/8/2025 05:00

    ADA persoalan serius, sangat serius, yang melilit sebagian kepala daerah. Persoalan yang dimaksud ialah topeng arogansi kekuasaan dipakai untuk menutupi buruknya akal sehat.

  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.