Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Populisme Islam

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
05/1/2021 05:00
Populisme Islam
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

POPULISME Islam ialah politik yang memosisikan umat  berhadaphadapan dengan elite. Populisme Islam mengalami pergeseran dari populisme yang bertujuan mencapai penguasaan ekonomi menjadi populisme yang bertujuan meraih kekuasaan politik. Keduanya dibalut identitas-identitas etnik, ras, dan agama.

Populisme Islam awal di Indonesia digerakkan Syarikat Dagang Islam. SDI bergerak dalam penguatan ekonomi pengusaha muslim, terutama dalam menghadapi kekuatan bisnis Tionghoa yang didukung Belanda. Ketika itu, anggapan umat dimarginalisasi penguasa baik secara politik maupun ekonomi merebak.

Vedi R Hadiz menyebut populisme Islam awal itu populisme tradisional (more traditional populism) atau populisme Islam lama (older Islamic populism). Populisme Islam lama atau populisme berbasis kelas ekonomi ini kiranya berlanjut di masa Orde Lama dan Orde Baru.

Di masa Orde Lama, tepatnya pada April 1950, Presiden Soekarno meluncurkan kebijakan ekonomi populis, yakni Program Benteng.  Tujuannya membina pembentukan kelas pengusaha Indonesia pribumi. Pada Mei dan Juni 1953, muncul tuduhan Program Benteng  diskriminatif dan itu menyebabkan kabinet Wilopo jatuh. Kabinet Burhanuddin Harahap dan Menteri Keuangan Soemitro Djojohadikusumo meninjau ulang Program Benteng pada September 1955. Syarat berdasarkan etnik dicabut dan diganti dengan persyaratan ketat mengenai pembayaran di muka. Kebijakan Benteng resmi dicabut pada 1957.

Di masa Orde Lama itu pula, tepatnya pada 1956, di pertemuan Ekonomi Nasional Seluruh Indonesia, pengusaha Mohammad Assat, dengan dukungan partai politik Islam modern Masyumi, meluncurkan gerakan menuntut kebijakan afirmatif bagi pengusaha pribumi. Nasionalisme ekonomi Assat memupuk sentimen anti-Tionghoa.

Di masa Orde Baru berlangsung gelombang populisme antikonglomerat Tionghoa yang digerakkan pengusaha pribumi terkemuka, akademisi sosialis, anggota parlemen populis, dan pemimpin muslim.  Pada 1972, Presiden Soeharto mengumumkan rencana pemerintah membeli 50%-60% saham perusahaan pengusaha Tionghoa dan memberikannya kepada pengusaha pribumi. Rencana itu urung dilakukan karena Pak Harto menganggap pengusaha Tionghoa sukses karena memiliki modal dan keterampilan memadai. Presiden Soeharto mengeluarkan kebijakan memberikan akses modal dan keterampilan kepada pengusaha pribumi sembari mendorong mereka bekerja sama dengan pengusaha Tionghoa.

Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia yang kelahirannya direstui Presiden Soeharto menjalankan program pemberdayaan ekonomi umat yang bersifat populis.

Menjelang kejatuhannya, Pak Harto menyerang pengusaha ‘tertentu’ sebagai penyebab krisis ekonomi dan mengatakan itu permainan yang tak akan pernah mendapat berkah Tuhan. Seusai bertemu Pak Harto, Ketua MUI Hasan Basri mendorong pemerintah mengambil langkah mengurangi kesenjangan kekayaan dengan membentuk ekonomi rakyat dan mendorong bisnis pribumi.

Populisme Islam dalam konteks ekonomi kiranya gagal. Pengusaha Tionghoa-nonmuslim tetap menguasai ekonomi. Isu ekonomi sulit digunakan untuk memobilisasi massa lantaran rakyat relatif puas dengan kondisi ekonomi Indonesia.

Di era reformasi, populisme Islam bergeser ke upaya meraih kekuasaan politik yang tetap dibalut dengan identitas-identitas. Hadiz menyebutnya populisme Islam baru (new Islamic populism).

Pada Pilpres 2014 dan 2019, Prabowo Subianto beraliansi dengan kelompok Islam. Prabowo di Pilpres 2014 menyerang rivalnya, Jokowi, dengan senjata identitas dengan mengatakan Jokowi bukan muslim dan keturunan Tionghoa Singapura. Di Pilpres 2019, Prabowo dikatakan calon presiden pilihan ulama. Prabowo hendak memosisikan Jokowi sebagai elite berhadapan dengan umat.

Namun, Prabowo yang capres pilihan ulama itu mengambil pengusaha sebagai cawapresnya. Jokowi yang bukan pilihan ulama justru meminta ulama menjadi cawapresnya. Populisme agama bikin dunia politik terbolak-balik.

Populisme Islam politik paling fenomenal apalagi kalau bukan Pilkada DKI 2017. Lewat Aksi Bela Islam berjilid-jilid, kelompokkelompok Islam menolak Basuki Tjahaja Purnama yang Kristen dan Tionghoa kembali menjabat Gubernur DKI dengan alasan dia menistakan agama. Populisme Islam makin terasa ketika Anies Baswedan dalam pidato pengukuhannya sebagai Gubernur DKI kira-kira menyebut saatnya kaum pribumi berkuasa atau mengambil alih kendali atas Jakarta. Kelompok-kelompok Islam dan Anies memosisikan Ahok sebagai elite berhadap-hadapan dengan umat.

Karena menggunakan identitas etnik dan agama sebagai senjata, populisme Islam lama dan populisme Islam baru bersifat diskriminatif. Diskriminasi berkebalikan dengan demokrasi. Populisme agama sekali lagi bikin dunia politik terbolak-balik. Itulah sebabnya Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan tidak menginginkan populisme Islam berkembang di Indonesia.



Berita Lainnya
  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.