Lupa Melawan

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
28/3/2020 05:10
Lupa Melawan
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(Dok.MI/Ebet)

SEORANG teman mengunggah berita lama di grup aplikasi pertukaran pesan pada 25 Maret 2020. Berita itu berisi pernyataan Presiden Jokowi pada 2 Maret 2020 yang isinya kira-kira pemerintah mengalokasikan anggaran sebagai insentif untuk menarik wisatawan dari negara-negara yang bukan episentrum virus korona. Si teman pengunggah berita tersebut menambahkan frasa 'melawan lupa'.

Hampir bersamaan dengan unggahan si teman, jagat maya disesaki unggahan ulang pernyataan Presiden Jokowi tersebut dengan disertai berbagai komentar yang isinya mempersalahkan Presiden. Nuansa 'melawan lupa' terasa juga dalam cicitan-cicitan di media sosial itu.

Saya menduga frasa 'melawan lupa' itu dicantumkan untuk mengingatkan kita, supaya kita tidak lupa, bahwa pemerintah salah besar mengambil kebijakan itu. Namun, ada jarak waktu sekitar 20 hari dari sejak Presiden Jokowi mengungkapkan kebijakan itu sampai orang ramai mempersoalkannya. Itu artinya ketika program itu diluncurkan, kita lupa melawan alias lupa mengingatkan pemerintah.

Pemerintah tentu punya alasan meluncurkan kebijakan itu. Alasannya ialah menjaga ekonomi tetap berputar di tengah pandemi covid-19. Karena itu, yang 'didatangkan' wisatawan dari negara-negara yang bukan episentrum covid-10. Pemerintah pun sudah menyiapkan protokolnya.

Dunia sedang menghadapi situasi yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Betul sejarah mencatat dunia pernah mengalami berbagai wabah. Akan tetapi, situasi dan kondisinya berbeda dan karakter virus yang mewabah juga sangat berbeda dan baru pula. Semua negara dalam kondisi belajar menghadapi pandemi covid-19 ini. Semua negara melakukan trial and error dalam melawan covid-19.

Tiongkok menjadi tempat awal berjangkitnya covid-19. Tiongkok belajar lebih dulu mengatasi virus korona tersebut dan pintar lebih dulu. Tiongkok kini relatif pulih. Negara-negara lain kini belajar dari Tiongkok. Amerika yang musuh bebuyutannya bahkan meminta bantuan kepada Tiongkok.

Benarlah ungkapan 'belajarlah sampai ke negeri China'. Ada yang menyebut ungkapan itu hadis atau pernyataan Nabi Muhammad SAW. Ada pula yang menyebutnya pepatah Arab. Entah hadis atau pepatah Arab, faktanya kita semua kini belajar dan meminta bantuan kepada Tiongkok.

Kebijakan memberi insentif pariwisata demi mendatangkan wisatawan dari negara-negara bukan episentrum covid-19 merupakan upaya pemerintah mengatasi pandemi korona serta dampak ekonominya. Pada saat itu, kebijakan tersebut boleh jadi tidak salah. Namun, ketika hampir seluruh negara terjangkit korona, kebijakan itu tentu tidak tepat lagi.

Anggap saja pemerintah waktu meluncurkan kebijakan itu sedang belajar menghadapi pandemi covid-19 dan dampaknya. Orang yang sedang belajar wajar bila melakukan kesalahan. Jangan marahi orang belajar dengan memberi embel-embel 'melawan lupa' segala.

Masa pemerintah tak boleh salah? Ungkapan 'tak boleh salah' bisa mematikan kreativitas. Orang enggan mencoba atau melakukan apa pun karena takut salah dan dipersalahkan. Yang paling penting ialah memperbaiki atau mengoreksi secepatnya. Toh, pemerintah telah mengoreksi dan urung menjalankan kebijakan insentif pariwisata tersebut. Lagi pula, siapa yang mau ke Indonesia ketika covid-19 belakangan menjangkiti makin banyak orang di sini.

Ada pula yang 'mempersalahkan' Presiden Jokowi enggan memutuskan lockdown lantaran khawatir dituduh 'mengikuti' kemauan Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta. Presiden Jokowi itu orang terbuka.

Jokowi tanpa sungkan memuji Anies yang meluncurkan kebijakan meliburkan sekolah demi menghadapi covid-19. Sehari setelah Anies mengumumkan peliburan sekolah, Jokowi 'ikut-ikutan' Anies mengumumkan imbauan social distancing. Pun, pemerintah dalam waktu dekat menerbitkan aturan karantina atau lockdown wilayah.

Akan tetapi, Jokowi tak segan meminta transportasi publik di Jakarta dipulihkan setelah kebijakan Anies membatasi operasinya memunculkan kerumunan. Jokowi menyampaikan permintaan atau perintah itu tanpa mempersalahkannya.

Berhentilah saling menyalahkan karena hal itu bisa melemahkan. Sampaikanlah usul atau ide kepada pemerintah secara baik, tanpa mempersalahkan. Kita semua mesti bersatu untuk saling menguatkan demi keberhasilan menghadapi covid-19.

Informasi yang 'menyalahkan' ialah informasi yang menakutkan, dan sesuatu yang menakutkan itu, menurut para psikiater dan psikolog, bisa memperlemah daya tahan atau imunitas tubuh kita. Padahal, daya tahan dan imunitas saat ini merupakan tameng paling jitu untuk melawan covid-19.



Berita Lainnya
  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.