Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
SEORANG sastrawan mati, tapi karya-karyanya bisa jadi akan terus hidup. Produktivitasnya berhenti, tetapi pembacanya bisa jadi terus bertumbuh. Sajak dan novel-novelnya mungkin terus diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dan dikaji dengan aneka tafsir; drama-dramanya akan terus dipentaskan meski sang penulisnya terbaring di astana tak berepitaf.
Begitu pula dengan Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin yang akrab dipanggil Nh Dini (29 Februari 1936 - 4 Desember 2018), yang melahirkan banyak karya. Ia wafat dalam kecelakaan jalan raya di Semarang. Itu sebabnya ada yang mengatakan pengarang mati dalam ‘hidup
abadi’. Epos Odyssey dan Iliad karya pujangga buta Yunani, Hommer, abad 8-7 Masehi salah satu contohnya. Karya-karyanya terus hidup meski telah melampaui waktu hampir tiga milenium.
Wafatnya Nh Dini tak tergantikan. Ia berbeda dengan pembesar negara, misalnya, ketika berpulang segera dilantik penggantinya. Pengarang tidak! Ia lahir dari rahim alam sosial-budaya (keluarga) di situ dan bertumbuh lewat disiplin diri yang kerap bersifat personal. Ia wafat tanpa pengganti.
Biografi Nh Dini setidaknya tumbuh dalam alam seperti itu di Semarang. Ia bungsu lima bersaudara pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Dongeng dan cerita yang dibawakan sang ibu menghidupkan imajinasinya. Sejak kanak-kanak, buku pelajarannya kerap penuh tulisan pelampiasan hati.
Sang ibunda, pembatik, selalu bercerita pada Dini tentang apa yang diketahui dari bacaan seperti Panji Wulung, Penyebar Semangat, dan tembang-tembang Jawa. Kebiasaan sang ibunda punya pengaruh besar membentuk watak Dini akan lingkungannya. Seusai membaca sebuah cerita, ia rekonstruksi dengan keyakinan menulis lebih bagus lagi. Ia lakukan terus-menerus.
Di sekolah menengah ia rajin mengisi majalah dinding dengan sajak dan cerita pendek. Ia mulai membacakan prosa berirama di RRI Semarang. Dini terus menulis meski menjadi pramugari dan menikah dengan seorang diplomat Prancis yang sibuk, Yves Coffin, pada 1960.
Ia mendapat penghargaan, antara lain, Anugerah Sastra Asia Tenggara (The SEA Write Award) dari Kerajaan Thailand pada 2003, Lifetime Achievement Award Ubud Writers and Readers Festival ( 2017).
Novelnya yang pertama Pada Sebuah Kapal (1972) butuh proses 10 tahun meski menulisnya hanya sebulan. Menyusul antara lain, La Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Trans (1983), Pertemuan Dua Hati (1) (1986), Tirai Menurun (1993), Tanah Baru, Tanah Air Kedua (1997), Hati yang Damai (2) (1998), dan Dari Parangakik ke Kamboja (3) (2003).
Novel terbarunya yang terbit Maret lalu, Gunung Ungaran: Lerep di Lerengnya, Banyumanik di Kakinya, membuktikan Dini seorang penulis yang tak pernah berhenti. Ia setia menulis ikhwal dunia perempuan, yang tak jauh darinya.
Filsuf Prancis Roland Barthes boleh saja bilang dalam esainya The Death of The Author, ketika pengarang menulis karyanya, maka ia telah mati, terpisah dari teksnya. Teks itu bukan milik sang pengarang lagi, melainkan milik pembaca. Namun, menjadi sah pula pembaca menghubung-hubungkannya dengan biografi penulisnya. Pendekatan biografi serupa ini memang bisa menyesatkan, tetapi juga tak berdosa.
Sejak bercerai dengan suaminya (1984), ia pulang ke Indonesia dan terus bergiat di lapangan ini tanpa henti meski royaltinya tak menghidupi. Ia mendirikan pondok baca anak-anak di Sekayu, Semarang. Hidup Dini konsisten ada di lingkaran ini: menulis, buku, dan membaca. Sebuah dunia yang kian terpojokkan di era digital.
Ia beberapa kali sakit. Pengarang ternama ini tak mampu membayar ongkos rumah sakit ketika harus dirawat. Ia jual harta miliknya yang tak seberapa untuk kebutuhan hidupnya. Begitulah nasib pengarang di negeri yang kaya budaya ini. Padahal, putra bungsunya, Pierre Coffin, sutradara ternama di Hollywood, tapi Dini memang perempuan pantang meminta.
Sejak 2003, ibu dua anak ini, menetap di Kompleks Graha Wredha Mulya, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, dengan tetap membuka taman bacaan untuk anak-anak. Ia edukasi anak-anak membaca sebanyak-banyaknya buku beragam tema, termasuk dongeng, fiksi, cerita rakyat, para tokoh, geografi atau lingkungan Indonesia, dan petualangan. Ia seleksi dengan hati-hati buku-buku itu.
Begitulah perjalanan seorang pengarang hingga wafatnya. Entah kapan dan di mana lahir Nh Dini yang lain dengan dedikasi yang sama pada sastra dan buku. Masyarakat yang kian dibuat tegang oleh para politikus yang tak kunjung jadi negarawan ini kian berutang pada sang pengarang, oasis di tengah masyarakat yang suka bicara, tetapi kurang suka membaca. Selamat berpulang, Nh Dini.*
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.
ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.
MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?
PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.
SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).
Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved