Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Gempa Bantul Gugah Memori Warga

Ardi Teristi Hardi
01/7/2023 23:30
Gempa Bantul Gugah Memori Warga
Monumen Jogja Kembali, pengingat peristiwa gempa bumi besar di Yogyakarta pada 2006(Antara/Hendra Nurdiyansyah)

GUNCANGAN gempa yang terjadi pada Jumat (30/6) malam, membuat panik warga Bantul dan sekitarnya. Gempa bumi berkekuatan 6 magnitudo yang terjadi pukul 19:57:43 WIB tersebut pun mengingatkan sebagian warga Bantul akan gempa 2006 silam yang mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia.

Pasalnya, kekuatan gempa tersebut hampir sama. Pada 2006, kekuatan gempa tercatat 5,9 skala Richter atau 6,2 magnitudo. Namun, perbedaannya terletak pada lokasi pusat gempa. Jika lokasi pusat gempa pada 2006 berada di darat, gempa yang terjadi pada Jumat malam kemarin berpusat di laut.\

Data sementara dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Sabtu (1/7), pukul 14 WIB, korban luka-luka 22 orang dan meninggal dunia 1 orang.

Baca juga : Gempa Susulan Masih Terjadi di Yogyakarta, Kekuatannya Terus Melemah

Korban meninggal dunia adalah seorang nenek bernama Sudirah berusia 67 tahun. Nenek tersebut tinggal di Mulyodadi, Bambanglipuro, Bantul.

Panewu Bambanglipuro, Tri Manora menceritakan, Sudirah sedang berbaring di tempat tidur ketika gempa terjadi. Usai gempa reda, suaminya mencari sang istri masih berada di kamar.

Baca juga : Gempa Di Yogyakarta, Kemenkes Siagakan PSC 119

"Diduga, (Sudirah) kaget saat hendak bangun dari tempat tidur," terang Tri. Sudirah pun kemudian meninggal dunia sekitar pukul 21.00 WIB di rumahnya.

Dari pengakuan beberapa orang, mereka teringat gempa 2006. "Gempanya kuat, (rasanya) seperti 2006," terang Windarti warga Piyungan.

Sultan Hamengku Bowono X langsung merespon gempa yang terjadi dengan mengunjungi lokasi terdampak gempa. Sri Sultan menegaskan, masing-masing kabupaten terdampak bencana dapat menggunakan dana darurat dalam merespon dampak gempa. Pemda DIY pun siap akan membantu apabila pemerintah kabupaten masih kekurangan.

Sri Sultan menyebut, dampak gempa relatif berkategori ringan. "Hanya jumlahnya yang paling banyak di Gunungkidul," terang dia sebelum berangkat ke lokasi terdampak gempa bumi, Sabtu (1/7) pagi.

Dari data sementara BPBD per Sabtu (1/7) pukul 14 WIB, kerusakan infrastruktur total 206 unit, yang terdiri Gunungkidul 141 unit, Bantul 40 unit, Kulonprogo 20 unit, Sleman 4 unit, dan Kota Yogyakarta 1 unit.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyampaikan, Bantul, DIY merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks karena terletak pada jalur sumber gempa sesar aktif, yaitu Sesar Opak yang memiliki potensi M6,6. 

Selain itu, Bantul juga berdekatan dengan jalur sumber gempa Megathrust Segmen Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan potensi Mw8,7.

"Berdasarkan peta seismisitas Pulau Jawa dan sekitarnya tampak bahwa sumber gempa Megathrust Selatan Jawa dan Sesar Opak tampak sangat aktif memicu Gempa Dangkal dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman," jelas dia di akun media sosialnya, Sabtu (1/7).

Sebelumnya, Daryono pernah mengingatkan kepada masyarakat DIY, terutama di Bantul, diimbau untuk membuat bangunan yang tahan gempa. Kerusakan akibat gempa tidak hanya disebabkan besarnya magnitodo dan kedekatan dengan pusat gempa, tetapi juga sifat tanah lunak juga menjadi penyebabnya

"Tanah di Bantul ini (sebelah Barat Sesar Opak), gembur, lunak, berpasir, dan tanahnya dangkal. Itu berpotensi mengamplifikasi guncangan," kata dia dalam konferensi Pers Gladi Ruang/ Tabletop Exercise (TTX) Nasional di Bantul, Rabu (21/6).

"Bantul adalah kota yang berdiri di atas agar-agar, city of jello. Ketika terjadi goncangan, tanahnya akan kocak," lanjut dia.

Oleh sebab itu, ia pun menegaskan, pentingnya membuat bangunan yang berstruktur kuat tahan gempa yang mengacu pada building code di Bantul. Jika masyarakat belum mampu membuat bangunan itu, ia mengimbau masyarakat agar membuat bangunan dengan material ringan, seperti bambu atau kayu yang didisain secara menarik.

"Jangan membuat rumah asal bangun. Asal punya batako kemudian dipasang. Itu kan berat dan rentan," kata dia. Padahal, risiko yang paling fatal ketika terjadi gempa bumi adalah kerubuhan bangunan. (Z-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya