Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Tiga Cara Mengubah Kebiasaan Masyarakat Hadapi Pandemi Covid-19

Ardi Teristi
14/7/2020 17:50
Tiga Cara Mengubah Kebiasaan Masyarakat Hadapi Pandemi Covid-19
Warga terkena sanksi push up karena tidak mengenakan masker di Alun-alun Kota Tegal, Jawa Tengah, Selasa (2/6/2020).(Antara)

GURU Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Djamaludin Ancok mengatakan, ada tiga hal yang bisa mengajak masyarakat untuk berubah, yakni adanya sanksi, ajakan, dan kesadaran.

Pertama, orang bisa berubah dan patuh pada aturan karena mereka takut dihukum. Oleh sebab itu, peraturan dan penerapan sanksi yang tegas diperlukan untuk mengubah kebiasaan. Sanksi diperlukan supaya orang ngerti, you berubah kalo tidak kena hukum," jelas dia dalam siaran pers dari Humas UGM, Selasa (14/7).

Kedua, orang juga bisa berubah karena ada yang mengajak untuk berubah. Oleh sebab itu, peran seorang komunikator sangat diperlukan dalam hal ini untuk memengaruhi agar mau berubah.

Baca juga: Sumbar Matangkan Persiapan MTQ di Tengah Pandemi

Ketiga, orang bisa berubah karena ada kesadaran dari diri sendiri lewat internalisasi dengan pengetahuan. "Kita harus membuat orang lain dan meyakinkan mereka sadar betul bahaya virus korona atau covid-19 bagi diri mereka sendiri," pungkasnya.

Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM Dr Wening Udasmoro menambahkan, salah satu tantangan pemerintah dalam penangulangan penularan covid-19 adalah mengubah budaya disiplin warga masyarakat. Bahkan, mendisiplinkan budaya menggunakan masker atau cuci tangan tidak semudah membalikkan telapak tangan.

"Beratnya menerapkan budaya baru pada masa pandemi disebabkan tiga faktor, yakni sisi ekonomi, ideologi dan budaya,"  terang dia.

Baca juga: Pemprov Kalteng Lakukan Tracing Masif Lacak Sebaran Covid-19

Dari sisi ekonomi, masyarakat sekarang saat ini berusaha untuk bangkit agar memiliki daya tahan dengan kemampuan ekonomi yang terbatas. Mereka melanggar disiplin dengan alasan membutuhkan makan.

Dari sisi ideologi, anggota kelompok agama ada yang mengabaikan aturan protokol kesehatan covid-19. Mereka melakukan hal itu demi bisa melakukan ibadah layaknya dalam kondisi normal.

"Kita bisa lihat banyak kluster yang muncul dari kelompok ini. Resistensi ini bukan hanya terjadi di Tanah Air, tapi juga di negara lain," jelas dia.

Baca juga: Sah, NasDem Serahkan Dukungan ke Calon Bupati Poso Petahana

Yang ketiga, dari faktor budaya, masyarakat tidak disiplin demi menjalankan kebiasaan yang disukai mereka, yaitu kumpul-kumpul. "Karena tidak sabar ingin berkumpul, justru berisiko jadi sarana baru penyebaran covid-19," terang dia.

Kebijakan pemerintah dalam membangun budaya tatanan baru perlu memahami ketiga faktor tersebut. Dengan pemahaman itu, pemangku kebijakan diharapkan mampu mendesain dan mengimplementasikan aturan dengan baik. (X-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik