Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Johnnie Moore, CEO Baru Yayasan Kemanusiaan Gaza yang Sarat Kontroversi

Ferdian Ananda Majni
06/6/2025 16:12
Johnnie Moore, CEO Baru Yayasan Kemanusiaan Gaza yang Sarat Kontroversi
Ilustrasi.(Dok Al-Jazeera)

DI tengah kecaman global terhadap tewasnya puluhan warga Palestina yang tengah mengantre bantuan di Jalur Gaza, Palestina, Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) secara diam-diam mengangkat pemimpin barunya yang memicu kontroversi. Namanya Johnnie Moore, seorang tokoh Kristen evangelis asal Amerika Serikat yang dikenal memiliki hubungan erat dengan pemerintahan mantan Presiden Donald Trump.

Pengumuman penunjukan Moore sebagai ketua eksekutif yayasan dilakukan pada Selasa lalu menggantikan kepala sebelumnya yang mengundurkan diri hanya beberapa jam sebelum peluncuran inisiatif bantuan baru-baru ini. 

Yayasan tersebut, yang baru mulai mendistribusikan paket makanan minggu lalu, kemudian menghentikan operasinya sementara pada Rabu (4/6) dengan alasan peningkatan organisasi dan efisiensi.

Yayasan ini telah menghadapi banyak tantangan sejak awal, termasuk kekacauan di lokasi distribusi, kekerasan di sekitarnya, hingga dua insiden penembakan yang menyebabkan puluhan warga Palestina tewas, menurut laporan dari tenaga medis lokal.

Siapa Johnnie Moore?

Johnnie Moore dikenal luas di kalangan evangelis Amerika. Sebelum terjun ke dunia hubungan masyarakat, ia menjabat sebagai juru bicara Liberty University, lembaga pendidikan Kristen yang berbasis di Lynchburg, Virginia, dan didirikan oleh Pendeta Jerry Falwell selama lebih dari satu dekade. Ia kemudian mendirikan firma PR-nya sendiri yang berbasis pada nilai-nilai keagamaan.

Moore memiliki keterkaitan kuat dengan lingkar dalam pemerintahan Trump. Ia adalah wakil ketua dewan penasihat evangelis kampanye Trump pada 2016 dan berperan aktif dalam koalisi pemimpin Kristen yang rutin menghadiri pengarahan kebijakan dan pertemuan doa di Gedung Putih.

Perusahaannya, Kairos, diakuisisi oleh JDA Worldwide pada 2022. Moore kini menjabat sebagai presiden perusahaan itu. 

Dalam unggahan media sosial saat mengumumkan akuisisi tersebut, ia menyebut PR sebagai pekerjaan hariannya sembari tetap aktif dalam berbagai inisiatif keagamaan dan kebijakan luar negeri, termasuk menulis buku mengenai penganiayaan terhadap umat Kristen di Timur Tengah dan Afrika.

Pada 2017, Moore mengatakan kepada The New York Times bahwa ia dan komunitas evangelis telah mendesak Presiden Trump untuk mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar AS ke sana. "Itu telah menjadi masalah prioritas sejak lama," ujarnya saat itu.

Moore menggambarkan dirinya sebagai pembangun jembatan dan pembawa damai yang dikenal karena pekerjaan penting di persimpangan antara iman dan kebijakan luar negeri, khususnya di Timur Tengah.

Komitmen Keagamaan dan Dukungan terhadap Israel

Moore adalah pendukung kuat Israel, sejalan dengan keyakinan banyak evangelis Amerika yang meyakini bahwa dukungan terhadap Israel merupakan bagian integral dari interpretasi mereka terhadap nubuat Alkitab. 

Dia juga dikenal sebagai sekutu dekat Mike Huckabee, duta besar AS untuk Israel dan tokoh evangelis senior.

Berbicara kepada The Washington Post pada 2018, Moore mengaku pernah mengatakan kepada pejabat Gedung Putih bahwa mereka yang memberkati Israel akan diberkati. 

Pada November lalu, ia menulis di media sosial bahwa memilih seorang Zionis non-Yahudi seumur hidup sebagai duta besar AS untuk Israel mengirimkan pesan yang kuat kepada teman dan musuh Amerika. Ini merujuk pada dukungannya terhadap Huckabee.

Kritik terhadap Peran di Yayasan Kemanusiaan Gaza

Pengangkatan Moore terjadi di tengah sorotan tajam terhadap pendekatan Yayasan Kemanusiaan Gaza, yang dituding tidak independen dan terlalu dekat dengan Israel. 

Penempatan tentara Israel di sekitar lokasi distribusi memicu kekhawatiran banyak organisasi kemanusiaan, yang mengkritik proyek tersebut karena dianggap mempolitisasi bantuan dan membahayakan warga sipil.

Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa menolak berpartisipasi dalam inisiatif ini karena menilai adanya upaya militerisasi terhadap bantuan kemanusiaan. 

Selain itu, Boston Consulting Group, firma konsultan yang sebelumnya terlibat dalam proyek ini, menyatakan pada Selasa lalu bahwa mereka menarik diri dan akan melakukan audit internal atas keterlibatan mereka.

Moore tetap membela upaya yayasan tersebut. Di tengah laporan kekacauan dan korban jiwa di lokasi distribusi, ia menyatakan bahwa program tersebut berhasil dan layak dirayakan. 

Ketika otoritas kesehatan Gaza melaporkan kematian akibat penembakan di lokasi yayasan, Moore membagikan ulang pernyataan Huckabee yang menuduh media dan Hamas menyebarkan informasi yang salah.

Jejak Aktivisme dan Jaringan Internasional

Moore mencantumkan pengalaman selama 18 tahun bersama World Help, organisasi kemanusiaan Kristen, sebagai bagian dari rekam jejak sukarelanya. 

Dia juga aktif di berbagai dewan penasihat, termasuk di Muslim Coalition for America, organisasi advokasi nonpartisan, dan Universitas Haifa di Israel.

Dalam pernyataan resminya terkait pengangkatan sebagai CEO Yayasan Kemanusiaan Gaza, Moore mengatakan bahwa dirinya akan membantu memastikan komunitas bantuan kemanusiaan dan komunitas internasional yang lebih luas memahami apa yang terjadi di lapangan.

Pihak yayasan hingga saat ini menolak memberikan wawancara kepada media terkait pengangkatan tersebut. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik