Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
"DI mana dunia?" Itulah kalimat terakhir yang dibagikan Yaqeen Hammad, gadis berusia 11 tahun asal Gaza, dalam salah satu video terakhirnya di media sosial.
Beberapa hari kemudian, pada Jumat (23/5) ia menjadi korban serangan udara Israel di Deir Al-Balah.
Kepergiannya menjadi sorotan dunia bertepatan dengan peringatan Hari Anak-Anak Tak Berdosa Korban Agresi Internasional pada 4 Juni sebagai simbol masa depan anak-anak yang direnggut oleh konflik.
Yaqeen, yang dikenal sebagai influencer termuda di Gaza, rutin membuat video penyemangat dan aktif dalam kegiatan kemanusiaan bersama saudaranya melalui organisasi nirlaba Ouena.
Di tengah pengepungan dan konflik, ia membagikan kiat bertahan hidup untuk membantu masyarakat. Kini, wajah dan pesannya menjadi simbol kepedihan akan nasib anak-anak di tengah konflik berkepanjangan.
Menurut UNICEF, lebih dari 50.000 anak menjadi korban tewas atau luka sejak pecahnya konflik terbaru antara Israel dan Hamas.
Ribuan lain mengalami pengungsian atau menjadi yatim piatu akibat kekerasan yang terus berlanjut sejak serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 lain.
Dokter bedah trauma asal Amerika Serikat (AS) Dr. Feroze Sidhwa menyampaikan kesaksian memilukan dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada 28 Mei.
Selama dua kali misinya ke Gaza, termasuk yang terbaru di bulan Maret dan April di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, ia menyatakan bahwa kondisi rumah sakit di wilayah tersebut sangat memprihatinkan.
"Saya bekerja di rumah sakit tanpa sterilitas, listrik, atau anestesi," ujarnya seperti dilansir Arab News, Rabu (4/6).
"Anak-anak meninggal bukan karena luka mereka tidak bisa disembuhkan, tetapi karena kami kekurangan darah, antibiotik, dan persediaan paling dasar," tambahnya.
Dia juga menekankan bahwa selama lima minggu bertugas, tidak ada satu pun pasiennya yang merupakan pejuang, melainkan anak-anak dan warga sipil yang menderita akibat ledakan dan luka parah.
Menurut data PBB, hingga Mei 2025, sekitar 470.000 orang di Gaza berada di ambang kelaparan, sementara seluruh penduduk wilayah tersebut mengalami kerawanan pangan ekstrem.
Sebanyak 71.000 kasus malanutrisi akut diperkirakan terjadi hingga Maret 2026, termasuk 14.100 yang tergolong parah. Krisis ini semakin diperparah dengan minimnya akses bantuan kemanusiaan yang terhambat oleh konflik dan blokade.
Pada 24 Mei, satu hari setelah kematian Yaqeen, serangan udara Israel menghantam rumah Dr. Alaa Al-Najjar, seorang dokter anak di Khan Younis yang tengah bertugas di rumah sakit.
Ledakan tersebut menewaskan sembilan dari 10 anaknya, termasuk bayi berusia tujuh bulan dan anak tertua yang baru berumur 12 tahun.
Suaminya, Dr. Hamdi, juga dokter, akhirnya meninggal pada 31 Mei akibat luka parah.
Dua hari kemudian, dunia dikejutkan oleh kemunculan Ward Jalal Al-Sheikh Khalil, bocah tujuh tahun yang selamat dari kobaran api setelah serangan udara menghantam Sekolah Fahmi Al-Jarjawi di Kota Gaza.
Dalam video yang menyebar luas, Ward menangis dan berkata lirih.
"Terjadi penembakan dan semua saudara kandung saya tewas," ujarnya.
Serangan tersebut diklaim oleh Israel menargetkan kompleks militan, tetapi menyebabkan kematian puluhan warga sipil, termasuk 18 anak-anak.
"Dalam kurun waktu 72 jam akhir pekan ini, gambar-gambar dari dua serangan mengerikan memberikan bukti lebih lanjut tentang biaya yang tidak masuk akal dari perang kejam terhadap anak-anak di Jalur Gaza," kata Edouard Beigbeder, Direktur Regional UNICEF.
Selain kerusakan fisik, krisis kesehatan mental anak-anak di Gaza juga mengkhawatirkan.
Menurut War Child Alliance, hampir setengah dari anak-anak menunjukkan tanda-tanda keinginan bunuh diri. Anak-anak sekecil lima tahun bertanya mengapa mereka selamat sementara keluarga mereka tidak.
"Berapa banyak lagi anak perempuan dan laki-laki yang harus mati? Tingkat kengerian seperti apa yang harus disiarkan langsung sebelum masyarakat internasional benar-benar bertindak?" pungkas Beigbeder. (I-2)
KETIADAAN Hamas di Tepi Barat ternyata tidak membuat wilayah Palestina itu aman dari penjajahan Israel.
KELOMPOK antipendudukan Yahudi-AS, IfNotNow, memprotes perang dan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Jalur Gaza, Palestina, di luar Hotel Trump International, New York City.
LEBIH dari 10 anggota Partai Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat AS mendesak pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui negara Palestina. Demikian laporan portal Axios.
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu tengah mempersiapkan peluncuran rencana perang terbaru di Gaza yang diklaim bertujuan menghancurkan Hamas dan membebaskan puluhan sandera.
“Banyak korban masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan maupun tergeletak di jalan-jalan, karena tim penyelamat kesulitan menjangkau lokasi,”
PEMERINTAH Israel mengumumkan akan membuka kembali jalur perdagangan sektor swasta ke Jalur Gaza secara terbatas.
Shon Weissman dilaporkan sudah berada di Duesseldorf dan bahkan telah menjalani tes medis bersama Fortuna Diesseldorf.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved