Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Israel Terima Proposal Gencatan Senjata dari AS, Hamas Ajukan Tiga Syarat Balasan

Thalatie K Yani
30/5/2025 08:34
Israel Terima Proposal Gencatan Senjata dari AS, Hamas Ajukan Tiga Syarat Balasan
Israel menyatakan menerima proposal gencatan senjata yang diberikan utusan Amerika Serikat Steve Witkoff.(Media Sosial X)

ISRAEL menerima proposal baru untuk gencatan senjata dengan Hamas dari utusan AS, Steve Witkoff, menurut seorang pejabat Israel.

Pejabat tersebut mengatakan kepada CNN, proposal tersebut mencakup pembebasan 10 sandera yang masih hidup dan 18 jenazah sandera, serta gencatan senjata selama 60 hari. Namun, tidak ada rincian tentang dimulainya negosiasi menuju akhir perang secara permanen.

Sementara itu, Hamas menyatakan kerangka terbaru itu berasal dari Israel dan "tidak memenuhi tuntutan rakyat kami, terutama penghentian perang dan kelaparan," ujar Bassem Naim, anggota biro politik kelompok militan tersebut.

"Namun demikian, kepemimpinan gerakan sedang mengkaji proposal tersebut dengan penuh tanggung jawab nasional, mengingat genosida yang dialami rakyat kami," tambahnya di Facebook.

Tiga Syarat dari Hamas

Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada CNN, pihaknya memberikan tiga poin balasan terhadap proposal terbaru Witkoff.

Menurut pejabat itu, Hamas bersedia membebaskan para sandera dan menerima gencatan senjata 60 hari seperti yang diusulkan AS, namun mereka menginginkan jaminan dari AS bahwa negosiasi menuju gencatan senjata permanen akan terus berlanjut dan pertempuran tidak akan dilanjutkan setelah 60 hari berakhir.

Selain itu, Hamas ingin bantuan kemanusiaan dilakukan melalui jalur Perserikatan Bangsa-Bangsa. Terakhir, mereka menuntut agar Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mundur ke posisi yang mereka duduki pada 2 Maret 2025, sebelum Israel melanjutkan kembali operasi militernya.

Respons Israel dan AS

Menurut Forum Sandera dan Keluarga Orang Hilang, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengatakan kepada keluarga para sandera bahwa ia menerima proposal Witkoff.

Dalam pengarahan pers pada Kamis, juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menegaskan bahwa "utusan khusus Witkoff dan Presiden telah menyampaikan proposal gencatan senjata kepada Hamas yang telah disetujui oleh Israel." Ia menambahkan bahwa diskusi masih berlangsung.

"Kami berharap gencatan senjata di Gaza dapat terjadi agar kita bisa memulangkan semua sandera ke rumah mereka, dan itu sudah menjadi prioritas pemerintahan ini sejak awal," ujar Leavitt.

Ketidakpastian dan Kekecewaan Hamas

Pejabat senior Hamas mengatakan kepada CNN bahwa mereka mengirimkan respons melalui perantara Palestina-Amerika, Bishara Bahbah, yang telah berkomunikasi langsung dengan negosiator Hamas di Doha.

Dua hari lalu, kata pejabat itu, mereka telah mendiskusikan syarat-syarat dengan Bahbah, yang kemudian dikirim ke Witkoff. Namun, setelah Witkoff bertemu dengan pejabat Israel Ron Dermer di Washington, "segalanya berubah 100%."

“Kami sangat terkejut karena Bishara [Bahbah] telah mengatakan 2–3 kali bahwa ia menyetujui kerangka itu dan tidak ada masalah,” kata pejabat Hamas, menyebut proposal terbaru Witkoff sebagai "dokumen dari Israel."

“Kami siap mengembalikan semua sandera dalam satu hari, kami hanya ingin jaminan bahwa perang tidak akan dimulai lagi setelah itu,” kata pejabat itu. “Tapi di dokumen ini kami tidak menemukannya. Mereka ingin melanjutkan perang, kami ingin menghentikannya.”

Naim, anggota biro politik Hamas, juga menulis di Facebook bahwa sebelumnya telah dicapai kesepakatan dengan Witkoff, namun kerangka terbaru yang berasal dari Israel “berarti mempertahankan pendudukan dan melanjutkan pembunuhan serta kelaparan.”

Menurut pejabat Hamas, kelompoknya siap membebaskan separuh dari 20 sandera hidup yang tersisa, meskipun menyebut langkah ini sebagai “risiko besar” karena tidak ada jaminan bahwa Israel akan menghormati kesepakatan.

“Kami tahu Witkoff adalah orang kuat dan bisa melakukan sesuatu. Dia satu-satunya yang bisa mempengaruhi Israel,” kata pejabat itu.

Pejabat yang sama juga menyebutkan pada masa pemerintahan Trump, perjanjian yang menyusul pembebasan Edan Alexander—warga Israel-Amerika—tidak dipenuhi, termasuk ucapan terima kasih dari Presiden Trump dan bantuan kemanusiaan yang tak kunjung mengalir ke Gaza. “Hamas sangat, sangat tertarik mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang dan memulangkan para sandera,” kata pejabat itu.

Politik Dalam Negeri Israel Terbelah

Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, menyebut menerima proposal itu sebagai “kegilaan total,” dan menulis di media sosial bahwa ia “tidak akan membiarkan hal semacam itu terjadi. Titik.”

Namun, pemimpin oposisi Israel Yair Lapid justru mendesak PM Netanyahu untuk menerima proposal tersebut “secara terbuka dan segera.” Ia bahkan menyatakan akan mendukung pemerintah jika anggota koalisi sayap kanan menolak kesepakatan dan hengkang dari pemerintahan. (CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya