Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi mengumumkan kebijakan tarif resiprokal AS terhadap sejumlah negara. Indonesia masuk di dalam daftar kebijakan tarif timbal balik tersebut sebesar 32 persen.
Pengenaan tarif impor AS tersebut lantaran pemerintahan Trump melihat Indonesia sebagai salah satu negara yang membukukan surplus dagang cukup besar dengan AS. Selain itu, Indonesia juga dinilai menerapkan tarif impor 64 persen ke barang AS, termasuk memanipulasi mata uang dan menimbulkan hambatan perdagangan.
Keputusan Trump menimbulkan riuh protes dari sejumlah negara yang masuk di dalam daftar kebijakan tarif resiprokal AS. Lain halnya dengan Indonesia, pemerintah justru bergeming.
Penyampaian keterangan perihal kebijakan AS itu sedianya diagendakan pada Kamis (3/4) pagi secara virtual. Dari undangan yang diedarkan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Menteri Luar Negeri, dan Wakil Menteri Perindustrian direncanakan bakal menjadi narasumbernya.
Namun kegiatan konferensi pers secara daring itu akhirnya ditunda hingga waktu yang belum dapat dipastikan setelah awak media menanti hampir 1 jam dari kegiatan yang dijadwalkan pukul 10.45 WIB tersebut. Dalihnya, pemerintah ingin menyiapkan jawaban dan keterangan yang menyeluruh.
Membisunya pemerintah dinilai menunjukkan ketidaksiapan dan ketidaktahuan apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. "(Pemerintah) seperti tak paham apa yang sedang terjadi," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Syafruddin Karimi, Kamis (3/4).
Padahal pernyataan dari pengambil keputusan dinanti oleh publik dan pasar. Mode hening yang diterapkan pemerintah amat disayangkan. Sebab kebijakan tarif resiprokal AS dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi Indonesia.
Pelemahan rupiah, pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG), terganggunya geliat industri di dalam negeri, hingga resesi ekonomi menjadi ancaman yang mungkin terjadi di dalam negeri lantaran kebijakan AS tersebut.
"Setidaknya Menteri Perdagangan dan Menlu sudah mesti keluar responsnya. Apa mau retaliasi atau mau kecewa diperlakukan begitu oleh AS yang dipandang Indonesia selama ini sebagai negara sahabat. Publik perlu mendengar bagaimana respon kebijakan dari pemerintah RI. Banyak kepala negara sudah merespon," jelas Syafruddin.
Dalam lingkup ASEAN, Indonesia menjadi negara di urutan keempat yang dikenakan tarif tinggi, berada di bawah Vietnam (46%), Myanmar (44%), dan Thailand (36%). Sementara di bawah Indonesia ialah Malaysia (24 persen), Filipina (17 persen), dan Singapura (10 persen).
Dampak yang paling berpotensi mengganggu kinerja ekonomi Indonesia diperkirakan bakal terjadi dari sektor perdagangan internasional. Sebab, merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia membukukan surplus perdagangan barang sebesar US$16,842 miliar dengan AS di 2024.
Surplus itu banyak ditopang oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya HS 85; pakaian dan aksesorinya (rajutan) HS 61; dan alas kaki HS 64. (H-3)
Melalui Indonesia-EU CEPA, Uni Eropa berkomitmen untuk menghapuskan tarif sebesar 98% dari seluruh pos tarif dan 99% dari total nilai impor.
Pemerintah sedang mengusahakan produk-produk yang memang tidak bersaing langsung dengan AS mendapat fasilitas bebas tarif.
Jika AS menganggap Indonesia dan ASEAN sebagai mitra dagang, Trump seharusnya menghapus segala bentuk sweeping tariffs.
Pemanfaatan akses pasar BRICS juga dipandang akan berdampak positif dalam jangka panjang bagi perekonomian Indonesia.
Melalui LPEI, pemerintah memberikan pembiayaan sekaligus proteksi asuransi untuk memastikan ekspor ke negara non tradisional dapat dieksekusi dengan lebih aman.
Rencana Trump diduga merupakan bagian dari strategi negosiasi dagang terhadap negara-negara yang belum menyepakati ketentuan tarif impor dengan AS.
Lebih dari 60 negara di seluruh dunia tengah berjibaku merespons gelombang tarif baru dari Amerika Serikat
MENTERI Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan pemerintah akan terus melakukan negosiasi agar bisa menekan tarif ekspor ke Amerika Serikat (AS) yang saat ini ditetapkan 19%.
KOMISI Eropa menangguhkan tarif balasan yang rencananya akan diberlakukan atas impor Amerika Serikat (AS) senilai 93 miliar euro atau setara Rp1.765 triliun.
TARIF resiprokal antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sebesar 19% akan mulai berlaku pada 7 Agustus 2025.
INDUSTRI alat kesehatan (alkes) dalam negeri menghadapi tantangan baru seiring dengan tarif impor yang ditetapkan sebesar 19% ke Amerika Serikat.
Sejumlah produk komoditas strategis Indonesia tengah diupayakan agar dikenai tarif lebih rendah dari 19%, atau bahkan diharapkan bisa mendekati 0%, alias bebas pungutan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved