Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Pemerintah Pastikan Tarif Impor 19% belum Final, Nego dengan AS masih Berlanjut

Ihfa Firdausya
01/8/2025 02:51
Pemerintah Pastikan Tarif Impor 19% belum Final, Nego dengan AS masih Berlanjut
Kesibukan aktifitas bongkar muat kontainer di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta.(MI/Usman Iskandar)

KEMENTERIAN Koordinator Bidang Perekonomian menyampaikan kesepakatan tarif impor dengan Amerika Serikat (AS) masih dinamis. Staf Ahli dan Juru Bicara Kemenko Perekonomian Fithra Faisal Hastiadi menyebut penurunan tarif dari 32% ke 19% itu upaya terbaik yang bisa dilakukan. 

"Namun masih ada ruang diskusi, apalagi ketika ada negara ASEAN yang mendapat tarif lebih rendah. Kita bicara mengenai kedinamisan antarwaktu. Saat mendapat tarif 19%, itu kita nilai ideal sekali dan menjadi best deal," ujarnya dalam diskusi di Universitas Paramadina, Jakarta, Kamis (31/7).

"Tapi kalau yang lain mendapat 15%, kita mendapatkan ruang untuk melakukan the second round negotiation," imbuhnya.

Ia memaparkan bahwa upaya negosiasi untuk mendapatkan tarif 15%-20% adalah skenario ideal. Skenario buruk adalah tetap 32%. Skenario yang tengah atau moderat adalah 25%-30%.

"Kenapa saya bilang ini skenario ideal? Kita bandingkan dengan Inggris, itu bisa dijadikan sebagai baseline. Inggris itu defisit dengan AS. Artinya seharusnya Inggris berhak untuk memberikan tarif kepada AS karena berdasarkan prinsip resiprokal tersebut. Tapi enggak, Inggris malah kena 10%," kata dia.

Selain itu, tarif Indonesia juga 1% lebih rendah dari Vietnam yang dikenakan 20%. Vietnam bahkan diberi semacam klausul khusus, kalau ada transhipment, tarif ditambah 40%. 

"Indonesia memang ada klausul juga tentang transhipment tapi tidak sekeras Vietnam," kata Fithra.

Untuk kondisi ASEAN, katanya, Indonesia masih baik. "Kalau misalnya ada ASEAN misalnya yang kena 15%, kita berhak untuk negosiasi lebih lanjut," ujarnya.

Fithra juga memberi bocoran bahwa pemerintah sedang mengusahakan produk-produk yang memang tidak bersaing langsung dengan AS mendapat fasilitas bebas tarif.

"Seperti nikel, ada cinnamon, spices, critical minerals, kemudian ada agricultural products, coffee, cocoa, dan juga CPO, itu bisa  0%. Jadi ada kemungkinan-kemungkinan itu yang bisa kita telusuri dan eksplorasi," ungkapnya. (Ifa/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza
Berita Lainnya