Headline

PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.  

Fokus

Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.

Thailand-Kamboja Gencatan Senjata sambil Negosiasi Tarif Trump

Ferdian Ananda Majni
30/7/2025 08:00
Thailand-Kamboja Gencatan Senjata sambil Negosiasi Tarif Trump
Foto selebaran ini diambil dan dirilis Angkatan Darat Kerajaan Thailand, menunjukkan para komandan Angkatan Darat Kerajaan Thailand (kanan) dan Angkatan Darat Kerajaan Kamboja (kiri) bertemu di perbatasan Thailand-Kamboja, dekat pos perbatasan Chong Chom(AFP)

GENCATAN senjata antara Thailand dan Kamboja tampaknya bertahan, Selasa (29/7), ketika para komandan militer bertemu. Padahal, Bangkok menuduh gencatan senjata dilanggar dengan pertempuran kemarin dini hari.

Setelah perundingan damai di Malaysia pada Senin (28/7), kedua belah pihak sepakat bahwa gencatan senjata tanpa syarat akan dimulai pada tengah malam untuk mengakhiri pertempuran mematikan atas perebutan beberapa kuil kuno di zona sengketa sepanjang perbatasan mereka sekitar 800 kilometer.

Militer Thailand mengatakan, kemarin, bahwa pasukan Kamboja melancarkan serangan bersenjata ke beberapa wilayah. Ini dinilainya sebagai upaya untuk merusak rasa saling percaya. Akan tetapi, militer mengatakan bentrokan kemudian berhenti.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, menegaskan bahwa tidak ada bentrokan bersenjata satu sama lain di wilayah mana pun. Kedua belah pihak mengatakan pertemuan kemarin pagi antara komandan militer yang berseteru di sepanjang perbatasan--yang dijadwalkan sebagai bagian dari pakta--telah berlangsung.

Cerita petani 

Di Desa Ta Miang, Thailand, tujuh kilometer dari perbatasan, Wanta Putmo mengatakan ledakan terus-menerus selama lima hari terakhir membuatnya tidak bisa tidur di bunker sempit yang ia tempati bersama sembilan orang lain. "Saya merasa sedikit lega, tetapi tidak sepenuhnya," kata petani, 68, itu kepada AFP, setelah bertahan hidup sebagian besar dengan ikan kaleng dan mi instan sumbangan seorang biksu setempat.

"Mungkin jika tidak mendengar suara tembakan dan penembakan besok, saya mungkin merasa tenang dan dapat pulang," tambahnya.

Tentara Thailand mengatakan tiga pertemuan di perbatasan menghasilkan kesepakatan antara para perwira senior untuk langkah-langkah deeskalasi, termasuk penghentian bala bantuan atau pergerakan pasukan yang dapat menyebabkan kesalahpahaman. Namun, militer Thailand juga mengaku telah menangkap 18 tentara Kamboja dalam pertempuran pascagencatan senjata setelah pasukan Kamboja melancarkan tembakan gencar dan tidak langsung ke wilayah Thailand.

"Saat ini, di hari-hari awal gencatan senjata, situasinya masih rapuh," ujar juru bicara urusan luar negeri pusat krisis perbatasan Bangkok, Maratee Nalita Andamo.

Bukan senyum palsu

Pemimpin Kamboja Hun Manet dan Penjabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai berjabat tangan terkait kesepakatan gencatan senjata pada Senin dalam perundingan damai yang diselenggarakan oleh Malaysia dan dihadiri delegasi dari Amerika Serikat dan Tiongkok.

"Saya melihat foto-foto kedua pemimpin berjabat tangan," kata Kittisak Sukwilai, seorang pekerja apotek, 32, di kota Surin, Thailand, sekitar 50 kilometer dari perbatasan. "Saya hanya berharap ini bukan sekadar kesempatan berfoto dengan senyum palsu dan tangan-tangan itu tidak benar-benar siap untuk saling menusuk dari belakang."

Berbicara kepada wartawan dalam kunjungannya ke Indonesia, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan pertempuran kecil antara Kamboja dan Thailand setelah batas waktu gencatan senjata selesai ketika para komandan bertemu.

Seorang jurnalis AFP di dekat perbatasan Kamboja mengatakan suara ledakan berhenti dalam 30 menit menjelang tengah malam. Ketenangan berlanjut hingga kemarin malam.

Jet, roket, dan artileri menewaskan sedikitnya 43 orang sejak Kamis (24/7) dan membuat lebih dari 300.000 orang mengungsi. Ini mendorong intervensi dari Presiden AS Donald Trump selama akhir pekan.

Ketegangan tersebut melampaui jumlah korban tewas sebanyak 28 orang dalam kekerasan secara sporadis dari 2008 hingga 2011 di wilayah sengketa itu. Area tersebut diklaim kedua negara karena demarkasi samar yang dibuat administrator kolonial Prancis di Kamboja pada 1907.

Mendekati Trump

Di sisi perbatasan Kamboja, beberapa pengungsi terlihat meninggalkan pusat penampungan, kemarin, untuk kembali ke rumah. Di pihak Thailand, Penjabat Perdana Menteri Phumtham mendesak warga untuk menunggu instruksi resmi sebelum berangkat.

Kedua negara diketahui sedang mendekati Trump untuk mengamankan kesepakatan perdagangan dan menghindari ancaman tarif sangat tinggi. Departemen Luar Negeri AS mengatakan para pejabatnya berada di lapangan untuk mengawal perundingan damai.

"Saya menginstruksikan tim perdagangan saya untuk memulai kembali negosiasi perdagangan," tulis Trump di platform Truth Social yang mengeklaim berkontribusi terhadap kesepakatan gencatan senjata setelah pengumuman.

"AS dan saya masih bernegosiasi," kata Menteri Keuangan Thailand, Pichai Chunhavajira, kemarin. "Kami masih menunggu keputusan AS apakah akan menerima proposal kami."

Thailand mengatakan 15 tentara dan 15 warga sipilnya tewas. Kamboja hanya mengonfirmasi delapan warga sipil dan lima korban tewas dari pihak militer.

Lebih dari 188.000 orang meninggalkan wilayah perbatasan Thailand. Sekitar 140.000 orang mengungsi dari rumah mereka di Kamboja. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya