Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
ISRAEL telah menghancurkan Turkish-Palestinian Friendship Hospital, satu-satunya rumah sakit khusus kanker di Gaza, yang memicu kecaman dari badan-badan internasional dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Dikutip dari Worldecho News, ada rekaman yang dibagikan di media sosial pada hari Jumat (21/3) waktu setempat yang menunjukkan ledakan besar melanda rumah sakit di Gaza tengah, yang telah rusak parah akibat serangan udara Israel sejak Oktober 2023.
Militer Israel mengoonfirmasi penghancuran tersebut, dan mengeklaim bahwa rumah sakit tersebut telah digunakan oleh Hamas. Namun, tidak ada bukti yang diberikan untuk mendukung klaim tersebut.
Pemerintah Turki, yang mendanai pembangunan rumah sakit tersebut dengan sumbangan sebesar 34 juta dolar AS pada tahun 2017, mengutuk serangan tersebut sebagai upaya yang disengaja untuk membuat Gaza tidak dapat dihuni.
Penghancuran rumah sakit itu, telah menyebabkan ribuan pasien tidak memiliki akses untuk mendapatkan pengobatan kanker. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, fasilitas tersebut terakreditasi untuk merawat hingga 30.000 pasien kanker setiap tahunnya.
Rumah sakit tersebut terpaksa ditutup pada 1 November 2023 karena kekurangan bahan bakar. Empat pasien kemudian meninggal karena kurangnya perawatan medis, menurut Kementerian Kesehatan.
Kepala departemen onkologi rumah sakit, Dr Zaki Al-Zaqzouq, mengatakan tim medis telah memeriksa rumah sakit selama gencatan senjata baru-baru ini dan menemukan bahwa, meskipun ada kerusakan dari serangan sebelumnya, masih bagian-bagian dari fasilitas tersebut masih berfungsi.
"Semua serangan terhadap infrastruktur medis oleh pihak manapun merupakan pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan internasional, dan kami menentang hal ini," kata wakil juru bicara PBB, Farhan Haq dikutip dari Worldecho News.
Haq, lebih lanjut, mencatat bahwa semua rumah sakit di Gaza telah mengalami beberapa tingkat kerusakan selama perang yang sedang berlangsung, dan menggambarkan situasi ini sebagai "tidak dapat ditoleransi" bagi penduduk sipil.
Serangan meningkat
Serangan terbaru Israel di Gaza telah meningkat menyusul gagalnya gencatan senjata dengan Hamas pada awal pekan ini.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bersumpah bahwa operasi akan terus berlanjut dengan "intensitas yang semakin meningkat" hingga Hamas membebaskan para sandera yang tersisa.
"Semakin Hamas melanjutkan penolakannya untuk membebaskan para sandera, semakin banyak wilayah yang akan hilang," kata Gallant.
Hamas telah mengatakan bahwa mereka sedang mempertimbangkan proposal gencatan senjata dari Amerika Serikat.
Sementara itu, Jerman, Prancis, dan Inggris telah mendesak Washington untuk mendukung pemulihan gencatan senjata segera dan mendorong bantuan kemanusiaan untuk masuk ke daerah kantong tersebut. (Ndf/I-1)
Video tawanan Israel yang kurus dan lemah di Gaza memicu kecaman global. Negara Barat menuntut pembebasan segera.
Witkoff menyatakan bahwa sebagian besar warga Israel ingin para sandera pulang dan sebagian besar warga Gaza juga ingin para sandera pulang.
Israel menganggap perlucutan senjata Hamas sebagai salah satu dari beberapa syarat utama bagi kesepakatan apa pun untuk mengakhiri konflik.
Satu staf Palang Merah Palestina dilaporkan tewas, tiga lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menghantam markas PRCS.
Hamas menegaskan tidak akan menyerahkan senjata, kecuali terbentuk negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.
PEMERINTAH Gaza menuduh Israel sengaja menciptakan kekacauan untuk menghambat penyaluran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Mengenai para tentara Kamboja yang ditangkap, Perdana Menteri Manet mencatat bahwa melindungi nyawa mereka telah menjadi prioritas utama sejak saat penangkapan mereka.
Donald Trump menegaskan bahwa Rusia harus menyetujui gencatan senjata di Ukraina sebelum tanggal 8 Agustus, atau akan menghadapi sanksi baru dari Amerika Serikat.
Pemerintahan AS boikot konferensi PBB untuk mendukung solusi dua negara, menyebutnya sebagai aksi publisits tidak tepat waktu.
THAILAND dan Kamboja akhirnya mencapai kesepakatan untuk melakukan gencatan senjata tanpa syarat setelah lima hari pertempuran di wilayah perbatasan yang disengketakan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved