Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PERDANA Menteri Benjamin Netanyahu menghadapi kemarahan dari para pengunjuk rasa di luar parlemen Israel, Knesset, di Yerusalem. Sehari setelah ia melanjutkan perang di Gaza, yang mengakhiri gencatan senjata dua bulan dengan Hamas.
Di Jalan Raya 1 – jalan utama yang menghubungkan Tel Aviv ke Yerusalem – para pengunjuk rasa membentangkan spanduk bertuliskan: “Masa depan koalisi atau masa depan Israel.”
Spanduk itu menegaskan pesan yang disampaikan oleh ribuan orang ke ibu kota: selama hampir 18 bulan perang dan gencatan senjata yang rapuh, Netanyahu terus memprioritaskan kelangsungan politiknya daripada keamanan negaranya, nyawa sandera Israel, dan kehidupan warga Palestina di Gaza.
Kemarahan dalam tuduhan tersebut terasa nyata, hanya sehari setelah Israel membombardir Gaza, menewaskan lebih dari 400 orang dan melukai ratusan lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Militer Israel mengatakan mereka telah melancarkan "aktivitas darat yang ditargetkan" di Gaza, merebut kembali sebagian wilayah utama di daerah tersebut.
Bagi Netanyahu, penghentian gencatan senjata membantu memperkuat koalisinya yang rapuh di tengah persidangan kasus korupsinya yang sedang berlangsung dan menjelang pemungutan suara penting terkait anggaran Israel.
Dimulainya kembali pertempuran membuat Netanyahu mendapatkan kembali dukungan dari Itamar Ben-Gvir, menteri sayap kanan ekstrem yang keluar dari pemerintahan sebagai bentuk protes terhadap kesepakatan gencatan senjata pada Januari lalu. Pada hari Selasa, tak lama setelah pemboman baru di Gaza, partainya, Jewish Power, mengumumkan akan bergabung kembali dengan koalisi Netanyahu.
Namun, bagi banyak warga Israel, pertempuran yang kembali berkobar justru membangkitkan perasaan putus asa – dan kemarahan terhadap pemerintah. Sementara bagi warga Palestina, ini berarti berakhirnya masa jeda singkat yang hanya berlangsung dua bulan.
Selain itu, dimulainya kembali perang tidak sejalan dengan keinginan banyak warga Israel, menurut jajak pendapat terbaru dari lembaga think tank Israel Democracy Institute yang berbasis di Yerusalem. Pada awal Maret, mereka menyatakan mayoritas besar warga Israel mendukung gencatan senjata.
Lebih dari 70% warga Israel mendukung negosiasi dengan Hamas untuk mengakhiri pertempuran dan penarikan pasukan Israel dari Gaza sebagai imbalan atas pembebasan para sandera yang tersisa, menurut lembaga tersebut. Yang mencolok, sebagian besar (61,5%) pemilih dari partai Likud yang dipimpin Netanyahu mendukung kelanjutan tahap kedua kesepakatan gencatan senjata.
Kini, saat Netanyahu semakin bersikeras dengan kampanye perangnya, banyak yang khawatir tentang bagaimana masyarakat Israel yang sudah terpecah belah akan bertahan.
Berdemonstrasi bersama ribuan orang di luar Knesset, Yuval Yairi, seorang seniman dari Yerusalem dan mantan direktur sekolah seni, mengatakan kepada CNN bahwa dia percaya pertempuran ini dimulai kembali karena alasan politik – yaitu agar Netanyahu mempertahankan dukungan sekutu sayap kanannya menjelang tenggat waktu pemungutan suara anggaran pada 31 Maret. Ia juga mengatakan bahwa perang ini merusak demokrasi Israel.
“Saya sangat khawatir dengan kemungkinan perang saudara. Bangsa ini terpecah. Kadang-kadang tampak tidak ada jalan keluar. Orang-orang tidak lagi percaya pada demokrasi. Mereka tidak percaya pada kehidupan yang kita miliki sebelum semuanya dimulai. Anda bisa melihat perpecahan: agama di satu sisi, sekularisme di sisi lain. Ini tampak tanpa harapan,” kata Yairi.
Elias Shraga, ketua Gerakan untuk Pemerintahan Berkualitas di Israel, sebuah lembaga pemantau hukum, setuju bahwa perang Netanyahu di Gaza dijalankan untuk mempertahankan kekuasaannya.
“Netanyahu ingin menghindari keadilan. Ini satu-satunya alasan kita menghadapi kudeta rezim dan perang berdarah ini. Ini adalah kombinasi yang berbahaya,” kata Shraga kepada CNN.
Netanyahu dijadwalkan memberikan kesaksian dalam persidangan korupsinya, tetapi sidang itu dibatalkan karena dimulainya kembali operasi militer di Gaza hanya beberapa jam sebelum ia dijadwalkan hadir di pengadilan. Perdana menteri membantah melakukan kesalahan apa pun.
“Salah satu alasan dia ingin menghindari keadilan adalah karena dia ingin mempertahankan koalisinya dan dia siap mengorbankan rakyatnya, itu saja. Sederhana sekali,” kata Shraga, menambahkan bahwa dimulainya kembali pertempuran sekali lagi menunjukkan bahwa Netanyahu “tidak peduli dengan para sandera” di Gaza yang seharusnya dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata.
“Kita mengorbankan anak-anak kita dalam hal ini, sementara (Perdana Menteri kita) menjual jiwanya,” kata Shraga.
Netanyahu berpendapat bahwa tekanan militer terhadap Hamas diperlukan untuk mengembalikan para sandera.
Pemimpin oposisi Yair Lapid bergabung dalam demonstrasi hari Rabu, yang menurutnya bertujuan “memastikan bahwa pemerintah memahami bahwa mereka tidak bisa berbuat sesuka hati.”
Mengenakan pita kuning sebagai tanda dukungan bagi para sandera yang ditahan di Gaza, Lapid mengatakan kepada CNN bahwa para pengunjuk rasa “berusaha memberi tahu dunia bahwa Israel tidak akan tinggal diam saat demokrasi kami dirampas.”
Saat para demonstran memukul panci dan wajan serta meneriakkan, “Bawa mereka pulang sekarang,” sebuah komite di Knesset menyetujui rancangan undang-undang kontroversial yang bertujuan mengubah susunan panel yang memilih hakim di Israel, yang disebut Komite Seleksi Kehakiman. (CNN/Z-2)
Sektor pertahanan memperkuat peran aktif Indonesia di forum internasional untuk mendorong penyelesaian konflik global, termasuk di Israel-Palestina dan Rusia-Ukraina.
Israel berencana menyetujui proyek permukiman E1 di Tepi Barat yang tertunda. Namun proyek ini menuai kecaman internasional.
Keputusan Indonesia meningkatkan langkah bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Jalur Gaza didasari dengan semakin mendesaknya tuntutan aksi konkret akibat kekejaman Zionis Israel.
MENTERI Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, mengatakan pihaknya telah menyiapkan daftar personel polisi Palestina yang akan menjalani pelatihan di Mesir dan Yordania.
JUMLAH kematian akibat malanutrisi di tengah pengepungan dan krisis pasokan makanan di Jalur Gaza bertambah menjadi 235 orang, termasuk 106 anak.
MILITER Israel menghancurkan lebih dari 300 rumah selama tiga hari terakhir di lingkungan Zeitoun, Jalur Gaza tengah. Ini merupakan rencana pendudukan yang sedang berlangsung.
Indonesia didorong untuk melakukan tindakan yang tegas dalam mendukung Palestina tidak hanya sekedar pernyataaan-pernyataan dukungan.
Israel disebut tengah berunding dengan lima negara, termasuk Indonesia, untuk menerima warga Gaza
Bersama dengan Satgas Garuda Merah Putih II, BAZNAS menyiapkan 80 ton bantuan pangan yang akan dikirim melalui jalur airdrop ke Gaza melalui Yordania dan Mesir.
BAZNAS RI bersama Kemenlu, TNI, dan KBRI Amman mematangkan rencana penyaluran bantuan kemanusiaan untuk Gaza melalui metode airdrop
Bantuan tersebut didistribusikan di empat titik wilayah Distrik Syeikh Radwan, Jabaliya City, North Gaza, dengan penerima manfaat sebanyak 14.000 jiwa atau 2.800 kepala keluarga.
Sultan mengatakan, bantuan makanan dan selimut yang akan di-supply melalui udara tersebut akan memberikan harapan dan kehangatan bagi anak-anak di Gaza di musim dingin.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved