Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Gencatan Senjata Gaza Terancam, Hamas dan Israel Saling Mengancam

Thalatie K Yani
13/2/2025 08:50
Gencatan Senjata Gaza Terancam, Hamas dan Israel Saling Mengancam
Delegasi Hamas tiba di Kairo untuk membahas implementasi gencatan senjata dengan mediator Mesir dan Qatar.(Time of Gaza)

DELEGASI Hamas tiba di Kairo untuk membahas implementasi perjanjian gencatan senjata Gaza dengan para mediator, menurut pernyataan dari kelompok Palestina tersebut.

Perjanjian rapuh yang dicapai bulan lalu antara Hamas dan Israel tampak tegang, dengan Hamas menyatakan mereka tidak akan tunduk pada ancaman dari Israel dan Amerika Serikat terkait kemungkinan pertempuran baru serta pengungsian massal warga Palestina.

Mediator dari Mesir dan Qatar sedang berusaha menyelamatkan kesepakatan tersebut, menurut Al-Qahera News TV, media yang dikelola negara Mesir dan dekat dengan badan keamanan negara itu.

Hamas memperingatkan akan menunda pembebasan sandera Israel yang dijadwalkan pada Sabtu, dengan alasan Israel melanggar gencatan senjata dengan menembaki warga di Gaza. Di samping itu tidak mengizinkan jumlah tenda, tempat perlindungan, dan bantuan vital lainnya yang telah disepakati untuk masuk ke wilayah tersebut.

“Pendudukan harus menerapkan ketentuan perjanjian gencatan senjata sampai para tahanan dibebaskan. Pendudukan diwajibkan untuk mematuhi protokol kemanusiaan yang telah disepakati,” kata juru bicara Hamas, Hazem Qassem, dalam sebuah pernyataan.

Sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari, tembakan Israel menewaskan sedikitnya 92 warga Palestina dan melukai lebih dari 800 orang lainnya, menurut Munir al-Bursh, direktur jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Selasa.

Dalam kekerasan terbaru, seorang pria berusia 44 tahun tewas dan satu orang lainnya terluka akibat serangan Israel di kota Rafah, di selatan Gaza. Militer Israel mengatakan mereka hanya menembak orang-orang yang mendekati pasukannya atau memasuki area tertentu yang melanggar ketentuan gencatan senjata.

Ancaman Perang Kembali Berkobar

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dengan dukungan Presiden Donald Trump, memperingatkan Israel akan melanjutkan pertempuran jika para sandera tidak dibebaskan pada Sabtu. Trump mengancam “kekacauan besar” akan terjadi jika Hamas tidak membebaskan sandera Israel.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengulangi ancaman itu dalam sebuah unggahan di X, dengan mengatakan jika Hamas tidak membebaskan para sandera Israel sebelum Sabtu, “gerbang neraka akan terbuka bagi mereka, seperti yang dijanjikan Presiden AS.”

“Perang baru di Gaza akan lebih intens daripada sebelum gencatan senjata – dan tidak akan berakhir tanpa kekalahan Hamas serta pembebasan semua sandera,” tulisnya.

Melaporkan dari Amman, Yordania, jurnalis Al Jazeera, Hamdah Salhut, mengatakan militer Israel telah membahas rencana untuk kembali melancarkan serangan. “Namun, beberapa sumber yang berbicara kepada Radio Militer Israel mengatakan bahwa tindakan militer untuk menyelamatkan sandera dari Gaza akan ‘hampir mustahil’ karena Hamas masih sangat aktif,” ujar Salhut.

Komite Internasional Palang Merah juga menyampaikan peringatannya, “pembatalan kesepakatan apa pun” berisiko membawa kembali penderitaan dan keputusasaan yang telah berlangsung selama 16 bulan terakhir.

Hingga saat ini, sedikitnya 48.222 warga Palestina telah dipastikan tewas akibat perang Israel di Gaza. Sementara itu, sedikitnya 1.139 orang tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, dengan lebih dari 200 orang disandera.

Wilayah Gaza masih berada di ambang bencana kemanusiaan, dengan mayoritas penduduknya mengungsi dan infrastruktur hancur akibat perang.

‘Warga Palestina Tidak Bisa Dipindahkan’

Dalam unggahannya, Menteri Pertahanan Israel Katz juga menyinggung rencana Trump agar AS “mengambil alih” dan secara permanen memindahkan warga Gaza. Ia mengatakan serangan baru Israel “juga akan memungkinkan realisasi visi Presiden AS Trump untuk Gaza.”

Trump berjanji menekan Yordania dan Mesir agar menerima pengungsi Palestina yang dipindahkan secara paksa. Namun, kedua negara tersebut menolak.

Pada Rabu, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan Raja Yordania Abdullah II berbicara melalui telepon dan menekankan pentingnya segera memulai rekonstruksi Gaza “tanpa pemindahan rakyat Palestina dari tanah mereka,” menurut pernyataan dari kepresidenan Mesir.

Para pemimpin tersebut juga “menyatakan komitmen mereka” untuk bekerja sama dengan Trump dalam mencapai “perdamaian permanen” di kawasan itu melalui pembentukan negara Palestina yang merdeka, kata pernyataan itu. Pernyataan tersebut muncul sehari setelah Raja Abdullah bertemu dengan Trump di Gedung Putih.

Berbicara kepada Al Jazeera, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi kembali menegaskan Yordania tidak akan bergeser dari penolakannya terhadap proposal Trump. “Ada posisi Yordania yang tegas dan tidak akan berubah … warga Palestina tidak bisa dipindahkan ke Mesir, Yordania, atau negara Arab mana pun,” kata Safadi.

Otoritas Palestina dan negara-negara Arab semuanya bersatu dalam menentang rencana Trump. Hamas menyerukan demonstrasi massal di seluruh dunia “menentang rencana pemindahan paksa dan deportasi.” (Al Jazeera/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik