Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
PRESIDEN Iran Masoud Pezeshkian menuduh Amerika Serikat (AS) melakukan pendekatan diplomatik palsu saat mencoba melemahkan pemerintahannya.
Berpidato di hadapan khalayak ramai di Teheran untuk memperingati ulang tahun ke-46 revolusi Iran pada Senin (9/2), Pezeshkian mengatakan Presiden AS Donald Trump berusaha membuat negaranya bertekuk lutut.
Iran semakin frustrasi dengan Trump karena mengembalikan kampanye tekanan maksimum yang dimulainya terhadap negara itu selama masa jabatan pertamanya. Langkah tersebut bertujuan membatalkan ekspor minyak Iran dan aktivitas nuklirnya.
Trump juga mengisyaratkan bahwa ia ingin mencapai kesepakatan dengan Iran terkait program nuklirnya yang terus berkembang.
"Trump mengatakan bahwa ia ingin berunding, tetapi pada saat yang sama, ia menyetujui setiap kemungkinan konspirasi untuk membuat revolusi ini bertekuk lutut," kata Pezeshkian di Azadi Square di kota itu yang merujuk pada presiden AS yang memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran awal bulan ini.
"Ia mengaku terbuka untuk berdialog, tetapi saat mengatakannya, ia menuduh Iran mengganggu stabilitas kawasan. Kami tidak mencari perang," kata Pezeshkian. Iran, "Tidak akan pernah tunduk kepada pihak asing."
Perayaan 10 hari Iran yang menandai penggulingan Shah Mohammad Reza Pahlavi dimulai setiap tahun pada 31 Januari, hari peringatan kembalinya Ayatollah Ruhollah Khomeini ke Teheran dari pengasingan pada 1979.
Pejabat Iran itu mendesak warga untuk menghadiri perayaan dalam jumlah besar tahun ini setelah pengumuman sanksi Trump. Pada Senin, ratusan ribu orang membanjiri jalan-jalan di kota-kota besar, dari Bandar Abbas di selatan hingga Rasht di utara.
Banyak yang meneriakkan slogan-slogan menentang AS dan Israel dan membawa potret Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei serta bendera Iran yang tayang dalam siaran televisi. Bendera Amerika juga dibakar.
"Jika bergandengan tangan, kita mampu menyelesaikan semua masalah negara ini," kata Pezeshkian. Ia menyalahkan AS karena mencoba memecah belah negara ini.
Presiden Iran juga secara khusus menuding AS mendukung Israel karena mengebom orang-orang tak berdosa di Gaza, Libanon, Palestina, Suriah, dan di mana pun yang diinginkannya.
"AS mengeklaim tengah mengupayakan perdamaian," katanya. "Siapa yang benar-benar telah mengganggu perdamaian di kawasan ini? Siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan, kehancuran, dan kerusuhan?"
Pada 4 Februari, Trump mengatakan bahwa ia berharap akan tercapainya kesepakatan dengan Iran bahkan saat ia mengumumkan sanksi baru terhadap negara tersebut.
Trump juga memperingatkan pada hari yang sama bahwa jika Iran mencoba membunuhnya, negara itu akan dihancurkan. "Saya telah meninggalkan instruksi. Jika mereka melakukannya, mereka akan dihancurkan. Tidak akan ada yang tersisa," kata Trump.
Pada November 2024, Departemen Kehakiman AS mengatakan bahwa mereka menggagalkan rencana Iran untuk membunuh Trump. Pejabat Iran saat itu menepis tuduhan tersebut. (Al Jazeera/Z-2)
KETIKA Israel secara intensif menggempur berbagai fasilitas nuklir Iran dalam eskalasi terbaru, dunia justru kembali mengalihkan perhatian pada program nuklir rahasia Israel, Dimona.
IRAN menganggap senjata nuklir tidak manusiawi dan dilarang secara agama. Memiliki senjata nuklir dapat menempatkan Teheran dalam posisi yang lebih rapuh.
AMERIKA Serikat tidak terima dengan kebijakan Republik Islam Iran yang resmi memutus hubungan kerja sama nuklir dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Eskalasi antara Iran dan Israel bukan hanya soal dua negara, tetapi juga cermin dari pembentukan ulang koalisi strategis di Timur Tengah dan perubahan tatanan global.
Pandangan pemerintah AS terhadap dampak kerusakan pada tiga situs nuklir utama Iran masih konsisten, dan penilaian tersebut sejauh ini tidak mengalami perubahan.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyetujui undang-undang yang menghentikan kerja sama negaranya dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
PERANG 12 hari (13-25 Juni) antara Iran versus Israel-AS telah berakhir dengan 'gencatan senjata'.
PEMERINTAH Israel menyatakan kesediaannya untuk menjajaki perdamaian dengan Suriah.
Menghadapi kenyataan adanya perang Iran-Israel saat ini, penulis sebagai eksponen Patriot Soekarnois belum melihat adanya sikap tegas dari pemerintah terhadap perang tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved