Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PEMIMPIN Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menepis prospek negosiasi dengan Amerika Serikat. Ia menyatakan bahwa pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa perundingan semacam itu tidaklah cerdas, bijaksana, atau terhormat.
Pernyataannya, yang disampaikan selama pertemuan dengan perwira angkatan udara Iran pada Jumat (7/2), muncul beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump menegaskan kembali seruannya untuk perjanjian perdamaian nuklir baru yang diverifikasi dengan Teheran.
Newsweek telah menghubungi Gedung Putih untuk memberikan komentar melalui email.
Komentar Khamenei melemahkan upaya terkini oleh Presiden reformis Iran Masoud Pezeshkian, yang terpilih pada 2024, setelah berkampanye tentang keterlibatan dengan Barat. Komentar tersebut juga kontras dengan sinyal sebelumnya dari Teheran bahwa negosiasi dapat dilakukan.
Dorongan baru Trump untuk mencapai kesepakatan muncul saat AS memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran di bawah strategi tekanan maksimum.
Khamenei menyarankan bahwa negosiasi dengan AS tidak akan menghasilkan kemajuan yang berarti. Ia pun mengutip kegagalan di masa lalu.
"Kami bernegosiasi, kami memberi konsesi, kami berkompromi, tetapi kami tidak mencapai hasil yang kami tuju," katanya. Ia merujuk pada perjanjian nuklir 2015 yang ditarik AS selama masa jabatan pertama Trump.
Ia juga menunjuk pada peran Trump dalam membatalkan kesepakatan tersebut. "Orang yang menjabat saat ini telah membatalkan perjanjian tersebut. Ia mengatakan akan melakukannya dan ia melakukannya."
Sementara Khamenei tidak menolak perundingan sepenuhnya, pernyataannya mengirimkan sinyal kuat bahwa negosiasi tetap tidak mungkin terjadi.
Trump, yang secara sepihak menarik Amerika Serikat dari perjanjian nuklir 2015, menyarankan bahwa perjanjian baru harus segera dicapai.
Pada Selasa, saat memberlakukan kembali sanksi, ia menyatakan, "Kita akan melihat apakah kita dapat mengatur atau menyelesaikan kesepakatan dengan Iran."
Ia menindaklanjutinya dengan pernyataan lain pada Rabu, menulis di Truth Social, "Saya lebih suka Perjanjian Perdamaian Nuklir Terverifikasi yang akan memungkinkan Iran tumbuh dan makmur secara damai."
Trump juga menepis laporan bahwa AS dan Israel tengah mempersiapkan serangan militer terhadap Iran. Ia menyebut klaim tersebut sangat dibesar-besarkan.
"Jika mereka mengancam kita, kita akan mengancam mereka sebagai balasannya. Jika mereka bertindak berdasarkan ancaman mereka, kita akan bertindak berdasarkan ancaman kita. Jika mereka melanggar keamanan negara kita, kita, tanpa ragu, akan membalasnya dengan cara yang sama," ujar Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Di pihak lain, Presiden Donald Trump mengatakan, "Kita tidak ingin bersikap keras terhadap Iran. Kita tidak ingin bersikap keras terhadap siapa pun. Namun, mereka tidak mungkin memiliki bom nuklir."
Dengan Khamenei yang mengabaikan perundingan dan Trump yang mengisyaratkan minatnya pada kesepakatan baru, masa depan diplomasi AS-Iran masih belum pasti.
Pemerintah Pezeshkian telah menunjukkan keinginan untuk berunding, tetapi pengaruh Khamenei dapat membatasi fleksibilitas diplomatik Iran. (Newsweek/Z-2)
AMERIKA Serikat mengevakuasi staf diplomatik dari kedutaan besarnya di Baghdad, Irak. Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi itu kepada Anadolu, Rabu (11/6).
Pemerintah Indonesia terus melakukan pendampingan melalui perwakilan RI di Amerika Serikat dengan bantuan konsuler.
AS dan Tiongkok mencapai kemajuan yang meredakan perang dagang.
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) RI mengungkapkan bahwa sudah ada 58 warga negara Indonesia (WNI) yang terdampak operasi penindakan imigran di Amerika Serikat hingga saat ini.
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesepakatan telah dicapai antara AS dan Tiongkok untuk meredam tensi perang dagang berkepanjangan.
PEMERINTAHAN Presiden Donald Trump tengah mendorong pelaksanaan deportasi massal dengan target ambisius yaitu mendeportasi satu juta imigran tanpa dokumen.
MISI Iran di PBB, Rabu (11/6), menegaskan bahwa jalan ke depan yaitu melalui diplomasi, bukan militerisme, sembari mengkritik pernyataan terbaru dari kepala Komando Pusat AS.
ISRAEL memberi tahu pejabat Amerika Serikat bahwa mereka sepenuhnya siap untuk meluncurkan operasi militer di Iran. Demkian laporan penyiar CBS News yang mengutip sejumlah sumber.
IRAN mengancam akan menargetkan pangkalan militer AS di wilayah tersebut jika konflik pecah. Presiden Donald Trump mengatakan dia kurang yakin tentang tercapainya kesepakatan nuklir.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dia kurang yakin dibandingkan beberapa bulan lalu tentang prospek mencapai kesepakatan dengan Iran atas program nuklirnya.
Departemen Keuangan AS yang menjatuhkan sanksi kepada lebih dari 20 perusahaan karena dituduh memfasilitasi pengiriman minyak mentah Iran senilai miliaran dolar ke Tiongkok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved